Tuntut Oknum Protokoler dan Satpol PP Disanksi , Lewat Pintu Belakang, Petugas Terkecoh

Ratusan Mahasiswa UR Serbu Kantor Gubri

Ratusan Mahasiswa UR Serbu Kantor Gubri

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Ratusan mahasiswa Universitas Riau menggelar aksi di Kantor Gubernur Riau, Kamis (14/4). Mereka menuntut Plt Gubri segera memecat oknum petugas protokoler, Humas dan Satpol PP Pemprov Riau, yang telah melakukan aksi kekerasan terhadap rekan mereka.

Seperti diketahui, aksi kekerasan terhadap tiga mahasiswa Universitas Riau itu terjadi ketika mereka hendak menyampaikan aspirasi, saat acara rapat koordinasi dan supervisi pencegahan dan penindakan korupsi oleh KPK, Rabu (13/4) di Gedung Daerah.

Dari pantauan lapangan, para mahasiswa berhasil masuk menerobos Kantor Gubernur Riau tanpa ada pengawalan aparat Satpol PP dan Kepolisian. Berbeda dengan aksi-aksi sebelumnya, kali ini mereka masuk melalui pintu belakang atau pintu keluar Kantor Gubernur Riau di Jalan Cut Nyak Dien.

Aksi itu ternyata sukses mengecoh aparat Kepolisian dan Satpol PP Riau, yang berjaga di pintu masuk depan dan samping Kantor Gubernur Riau.

Ratusan Setelah berhasil masuk, para mahasiswa langsung masuk ke ruangan Humas Setdaprov Riau, untuk mencari Karo Humas, Darusman.

"Kami ingin bertemu dengan Karo Humas Darusman, dia telah melakukan tindakan kekerasan terhadap teman kami. Mana dia, jangan pengecut," ujar Presiden Mahasiswa UR, Andreas Fransiska, yang disambut teriakan rekan-rekannya yang berada di luar ruangan.

Kepada wartawan, Andreas mengatakan, aksi itu mereka gelar sebagai bentuk protes dan tuntutan balasan kepada beberapa oknum pegawai protokoler dan pejabat di Pemprov Riau, yang telah melakukan aksi kekeraan terhadap rekannya, pada saat acara rapat koordinasi dan supervisi pencegahan dan penindakan korupsi oleh KPK, Rabu, (13/4) di Gedung daerah.

"Oknum protokoler, Karo Humas dan Satpol PP terbukti melakukak tindakan kekerasan. Kami punya bukti rekamannya. Untuk itu kami minta Plt Gubernur Riau untuk mencopot mereka Karo Humas, Kakansatpol PP dan Protokoler dalam waktu 1x24 jam," teriak Andreas.

Setelah lebih dari setengah jam tidak berjumpa dengan Karo Humas di ruangannya, ratusan mahasiswa ini beranjak ke halaman Kantor Gubernur Riau. Di tempat ini, mereka meminta Plt Gubernur Riau menerima mereka.  

Setelah beberapa lama, mahasiswa akhirnya diterima Asisten I Setdaprov Riau, Ahamdsyah Harrofie, Asisten II Masperi dan Asisten III Edi Kusdarwanto. Ikut mendampingi Kakansatpol PP Riau Zainal dan Kaban Kesbangpolinmas, Ardi Basuki.

Di hadapan mahasiswa, Ahmadsyah Harrofie yang mewakili Plt Gubernur Riau, mengatakan akan menyampaikan aspirasi mereka kepada Plt Gubri. Namun tawaran itu ditolak mahasiswa. Mereka meminta Ahmadsyah menelpon langsung Plt Gubri dan berbicara kepada mereka.

"Aspirasi adik-adik semua akan saya sampaikan ke Plt Gubernur. Sekarang beliau tugas ke Jakarta, tapi kalau minta untuk menelepon langsung saya tidak bisa. Yang jelas aspirasi ini akan saya sampaikan saat beliau ada di Pekanbaru," terang mantan Pj Bupati Bengkalis ini.

Tak terima dengan apa yang disampaikan oleh Ahmadsyah Harrofie, mahasiswa kembali akan mengancam akan mendatangi kembali Kantor Gubernur Riau, untul bertemu langsung dengan Plt Gubernur Riau.

Jika tidak ada kepastian pencopotan Karo Humas, Kakansatpol PP dan pegawai protokoler, maka ribuan Mahasiswa akan berdemo besar-besaran.

Setelah lebih dari satu jam berdialog dengan jajaran asisten setdpaorv Riau tidak menemui kata sepakat. Akhirnya mahasiswa membubarkan diri, dan bertekt kembali akan berdemo kembali pada hari ini (Jumat, 15/4).

Sementara itu, Kepala Biro Humas Setdaprov Riau, Darusman, mengatakan, ia bersama petugas protokoler saat acara tersebut telah memberikan tempat yang layak bagi tiga mahasiswa yang ingin mengikuti acara yang ditaja KPK tersebut. Namun saat telah diberikan tempat duduk ketiga mahasiswa tersebut bukannya duduk mendengarkan malah berjalan ke depan forum dan membentangkan spanduk.

"Ini kan acara resmi, banyak pejabat penting. Mereka bahkan tidak diundang, namun kita berikan ruang untuk mengikuti acara. Tapi mereka melakukan hal yang tidak sopan. Kami bawa keluar baik-baik, tapi sampai di luar ada perkataan kotor yang mereka sampaikan. Inilah yang menyulut emosi saya spontan dan menendang mereka. Tapi tidak kena," ujar Darusman.

Bagi Darusman, mereka hanya menjalankan tugas agar acara berjalan dengan lancar dan aman. Jangan sampai acara rusak akibat ulah oknum yang tidak bertanggungjawab.

Proses Secara Hukum Terpisah, anggota DPRD Riau Ade Agus Hartanto, juga menyayangkan aksi kekerasan itu. Karena itu, ia meminta aparat penegak hukum memproses kasus pemukulan mahasiswa tersebut,
"Siapa pun tidak boleh main hakim sendiri, apalagi pegawai dan anggota satpol pp yang semestinya sudah memahami aturan yang berlaku," tegasnya.

Ketika disinggung cara mahasiswa yang menyampaikan aspirasi dengan menggelar spanduk di tengah acara, legislator dapil Kuansing-Inhu ini menyebutkan, dalam menyampaikan aspirasi memang ada aturannya. Namun hal itu tidak membenarkan tindakan kekerasan kepada mahasiswa.

"Jadi, bukan dengan tindak kekerasan pemukulan, tetapi itu bisa diatasi dengan cara yang lebih arif dan bijaksana," tutur Ade. (nur, mg4, rud)