IKMR Masuki Periode Kemandirian
PEKANBARU (HR) - Setelah 15 tahun berkiprah di Riau, Ikatan Keluarga Minang Riau (IKMR) memasuki periode keempat, yakni periode kemandirian. Periode ini akan diawali dengan menggelar agenda Musyawarah Besar IV IKMR, 14-15 November di Hotel Pangeran, Pekanbaru.
"IKMR sudah 15 tahun berkiprah di Riau dan akan memasuki periode keempat yang merupakan periode kemandirian," kata Sekretaris Dewan Pembina IKMR, H Iqbal Ali kepada Haluan Riau, Rabu (11/11).
Iqbal Ali yang pernah menjabat Sekjen IKMR dua periode ini menilai,
semua tujuan sudah tercapai dalam tiga periode IKMR. Yakni, periode lima tahun awal berdiri IKMR masa sosialisasi berjalan lancar, periode kedua IKMR memasuki periode berkembang. Ketiga periode pematangan saat ini IKMR sudah memiliki 52 pengurus di daerah.
"Periode keempat ini IKMR memasuki periode kemandirian, tidak ada lagi ketergantungan terhadap person," ujar Iqbal.
Lebih lanjut, Iqbal menjelaskan, saat ini IKMR akan menggelar Mubes IV IKMR seiring dengan habisnya masa kepengurusan.
Ia berharap, agar pengurus-pengurus baru yang terpilih dalam Mubes IV IKMR nantinya dapat semakin memajukan organisasi IKMR.
"Semoga pengurus baru dapat membawa kemandirian tetap kerjasama dengan pemerintah, masyarakat dan ikatan keluarga yang ada di Riau," harap Iqbal.
Selama 15 tahun berdiri, kata mubaligh senior ini, IKMR sudah banyak berkiprah di Riau dan mengambil beberapa peran penting untuk pembangunan Riau. IKMR ikut dalam mendukup proses politik pilkada dan bersikap dengan mendukung calon untuk menyukseskan proses politik.
"Kita ikut memperjuangkan CPP (Coastal Plains Pekanbaru) Block. IKMR satu-satunya organisasi yang berani menyatakan sikap ketika organisasi lain masih malu. Terakhir, IKMR ikut terjun untuk persoalan asap Riau dan Ketua Umum IKMR tampil ke pusat dan berbicara di TV nasional," terangnya.
Iqbal Ali yang juga Ketua Steering Committee (Panitia Pengarah) Mubes IV ini, menjelaskan, IKMR sudah berdiri sejak 15 tahun lalu. Tujuan utama berdirinya untuk mengangkat harkat dan martabat orang Riau bersuku Minang sehingga tidak dianggap sebagai masyarakat kelas dua dalam rangka membangun Riau ke depan.
"Mengajak masyarakat terbiasa dalam konteks kebersamaan seperti kata pepatah Minang, saciok bak ayam, sadancing bak basi (seiya sekata, satu pendapat atau kompak," terang Iqbal.
Disebutkannya, tujuan khusus IKMR adalah untuk mengikuti perkembangan isu aktual dan bagaimana IKMR bersikap menyikapi isu-isu aktual tersebut.
"Tujuan umum tadi, Alhamdulillah sudah tercapai, masyarakat Minang Riau (IKMR) tidak lagi dipandang sebelah mata dan sudah berwibawa, kebersamaan sudah, suka duka bersama sudah diadakan organisasi," papar Iqbal.
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Persada Bunda ini menyebutkan, untuk mencapai dua tujuan itu, dan mempermudahnya, diperlukan perangkat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dan tata tertib (tatib) organisasi IKMR.
"Itu hanya alat yang dipergunakan untuk membantu dan mempermudah. Jangan terjebak oleh alat dan seharusnya lebih fokus pada tujuan. Yang dipentingkan itu tujuan. Apabila sulit tercapai tinjau AD/ART," terang Iqbal.
Aktif dalam Pembangunan Riau
Sementara itu, Ketua Dewan Pembinan IKMR H Djufri Hasan Basri, menjelaskan, sejak berdiri pada 1969 silam, IKMR Provinsi Riau, yang dulunya bernama Ikatan Keluarga Sumatera Barat (IKSB) Provinsi Riau, telah berperan aktif dalam mengisi pembangunan di Bumi Lancang Kuning ini.
Sejumlah petinggi negeri baik dari kalangan legislatif maupun eksekutif, banyak dipegang warga Riau bersuku Minangkabau. Kiprah ini, tidak hanya bersifat lokal, bahkan sudah merambah ke tingkat nasional, dengan duduknya sejumlah warga IKMR di DPR RI.
"Hingga kini banyak orang Minang memegang jabatan. Tidak hanya di legislatif bahkan sudah memegang eksekutif. Ini bukti, kalau komunikasi yang dilakukan (anggota IKMR) berjalan dengan baik," ungkap Djufri, kemarin.
Lebih lanjut, mantan anggota DPRD Riau tiga periode tersebut, menyebut kalau target organisasi yang diprogramkan telah berjalan dengan baik. Diterangkan Djufri, pelaksanaan Mubes IKMR pertama pada 2000 lalu, merupakan era konsolidasi organisasi dengan membangun jaringan organisasi, hingga ke seluruh wilayah di Riau.
"Kala Mubes I itulah, Pak Basko (Basrizal Koto, red) terpilih menjadi Ketua Umum IKMR pertama. Kalau tidak salah, pada Maret 2000. Pelaksanaan Mubes digelar di Hotel Sahid (kini Hotel Mayang Garden)," terang Djufri.
Sementara, di Mubes II tahun 2005, Basko kembali terpilih menjadi Ketua Umum IKMR. Di periode kedua tersebut, lanjut Djufri, IKMR berupaya melakukan konsolidasi dengan pemantapan program kerja.
Sedangkan di Mubes III IKMR pada tahun 2010, merupakan era penguatan jaringan organisasi dan memperkuat Ikatan Keluarga (IK) yang berada di dalam IKMR.
"IK ini yang merupakan cikal bakal berdirinya IKSB kala itu. Di masa ini, organisasi IKMR sudah berdiri hingga ke tingkat kecamatan di Riau. Seluruh kabupaten/kota dan beberapa kecamatan di Riau, IKMR sudah terbentuk," lanjutnya.
Untuk Mubes IV yang akan digelar pada Sabtu (14/11) dan Minggu (15/11) ini, diharapkan IKMR bisa lebih mengokohkan hubungan dengan keluarga besar etnis lainnya di Riau.
"Kita (IKMR, red) tidak mengeksklusifkan pada warga Minang saja. Kita sudah menyatu sebagai orang Riau. Hubungan antar etnis harus dikuatkan," harap Djufri. (dod/rud)