Dinding SMP Asy Syifa Bolong-bolong

Camat Kateman Langsung Perbaiki

Camat Kateman Langsung Perbaiki

TEMBILAHAN (riaumandiri.co)- Camat Kateman, Marlis Syarif kaget saat menemukan gedung sekolah SMP Asy Syifa yang sangat memprihatinkan ketika ia melakukan patroli di wilayah kecamatan yang dipimpinnya, Senin lalu.


Melihat kondisi bangunan sekolah yang sudah tidak layak di tempati itu, ia langsung melaporkan penemuan itu kepada Bupati Inhil dan Kepala Dinas Pendidikan Inhil.


Tidak hanya membuat laporan kepada pimpinan, dirinya juga berinisiatif mendatangkan pasir dan semen untuk perbaikan gedung sekolah yang saat ini dihuni 13 siswa itu. "Kita sudah buat laporan, alhamdulillah Pak Bupati merespon dengan baik dan akan mengirimkan bantuan dengan dana pribadinya," ujar Marlis Syarif kepada media.



Ia menjelaskan, perbaikan sekolah itu akan mulai dilakukan dua hari mendatang, dan ia menargetkan dalam tiga minggu kedepan, bangunan sekolah sudah tidak berbentuk seperti saat ini lagi. "Setelah kita datang, alhamdulillah banyak juga donatur yang memberikan sumbangan. Mudah-mudahan tiga minggu lagi perbaikan sekolah ini dapat terselesaikan," lanjutnya.


Penemuan gedung sekolah yang sudah tidak layak ini, dikatakan Marlis ditemukannya saat berkeliling memantau progres pembangunan di kelurahan dan desa di kecamatan yang dipimpinnya.


"Tugas camat itu kan selain di bidang pemerintahan dan pembangunan, juga di bidang kemasyarakatan, jadi ini adalah bidang kemasyarakatan. Kalau tidak kita mulai siapa lagi yang akan memulai memperhatikan sekolah-sekolah yang ada di sini," tukas Marlis Syarif.


Sekolah Menengah Pertama Asy Syifa terletak di Kelurahan Tagaraja, terbuat dari papan dengan kondisi dinding dipenuhi banyak lubang.


Tidak hanya itu, dari tahun ke tahun, jumlah siswa di sekolah yang terletak di tengah perkebunan kelapa ini pun semakin berkurang, dimana saat ini, terhitung hanya 13 orang siswa yang menuntut ilmu di sana. Meskipun jumlah siswa hanya 13 orang dari kelas VII hingga IX, namun jumlah guru yang mengajar di sana berjumlah 11 orang, dimana tidak ada satupun yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil.


"Karena ini sekolah swasta, para siswa bayar SPP perbulannya Rp50 ribu, dikalikan 13 siswa perbulan pemasukan sekolah ini hanya Rp650 ribu, tidak cukup untuk gaji guru. Itu cukup untuk sekedar biaya beli spidol dan lain-lain saja,'' cerita Camat Kateman.


Namun demikian, ia mengaku salut dengan para guru di sekolah itu, meskipun digaji alakadarnya, namun mereka tetap bertahan mengajar meski jumlah siswa terus berkurang. "Kita akan usahakan agar sekolah ini kondisi bangunnya lebih baik lagi dari sekarang, meskipun ini sekolah swasta bukan berarti kita harus lepas tangan," tukas Marlis Syarif.(grc)