Giliran Wako Surati Menkes RI

Jangan Sampai Kebijakan di Daerah Rancu

Jangan Sampai Kebijakan di Daerah Rancu

PEKANBARU (HR)-Sorotan terhadap Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, kembali datang. Kali ini, sorotan itu dilontarkan Walikota Pekanbaru, Firdaus. Ia menilai, pernyataan Menteri Kesehatan yang menyebutkan kualitas udara di Riau saat ini tidak berbahaya, sangat riskan.

"Semestinya, kalau menurut Kementerian Kesehatan udara saat ini tidak berbahaya, harus dijelaskan kepada pemerintah daerah. Ini penting agar kebijakan- kebijakan yang dibuat di daerah tidak jadi rancu di tengah-tengah masyarakat," ujar Firdaus, Jumat (18/9).

Selain itu, tambahnya, Menkes juga seharusnya melakukan sosialisasi kepada pemerintah daerah, mengenai parameter apa yang digunakan sehingga menyimpulkan kondisi udara di Riau tidak berbahaya.

Padahal papan Indeks Standar Pencemaran Udara(ISPU), sudah menunjukkan angka 900-1.000 (berbahaya, red).

"Sedangkan Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan, dalam alat ukur indeks kualitas udara, ambang batas udara yang masih layak hirup adalah 300. Sementara bila angka sudah diatas itu, sudah dianggap berbahaya untuk kesehatan dan keselamatan manusia," katanya lagi.

Terkait hal itu, Firdaus mengatakan akan segera meminta klarifikasi dari Menkes mengenai pernyataan yang bersangkutan.

“Hari ini juga saya sudah instruksikan Dinas Kesehatan untuk menyurati secara resmi ke Kementerian Kesehatan. Sebagai gambaran, kalau di negara maju, warganya pasti sudah dievakuasi kalau kondisi udaranya sudah seperti ini. Makanya, Saya aneh juga dengan pernyataan itu," tandas Firdaus.

Bantu 1,5 Ton Obat dan Tenaga Kesehatan Dari Jakarta, Sekretaris Jenderal Kemenkes Untung Suseno Sutarjo mengatakan, pihaknya telah mengirimkan tim tenaga kesehatan berikut obat untuk masyarakat Riau dan provinsi lain yang terkena kabut asap.

Menurut ,dampak asap yang terhirup manusia sangat berbahaya bagi kesehatan.Bahkan asap tersebut dapat menyebabkan kanker.

"Kita tadi pagi baru mengirim tim menuju Riau untuk melihat keadaan dan lingkungannya. Karena ini kan sudah mengganggu kehidupan," terangnya.

Untung mengatakan, untuk membantu para warga, pihaknya mengirimkan 1,5 ton paket gizi. Hal itu dikarenakan banyak toko makanan untuk bayi dan balita tutup. "Kita juga kirimkan 1,5 ton obat kalau mereka sakit. Ada posko pelayanan kesehatan," terang Untung.

Selain itu, Kemenkes juga mengirimkan tenaga kesehatan seperti dokter spesialis paru, penyakit dalam, dokter anak dan tenaga sanitasi. "Air di sana kurang. Itu yang diantisipasi. Kita juga ada masker N95. Ini bagus karena mereka tenaga yang bekerja di lapangan mengurangi bahaya asap yang ada di sana," tutupnya. (her, dtc)