Hari Raya Enam

Tradisi Ziarah ke Makam Keluarga

Tradisi Ziarah ke Makam Keluarga

Tradisi Hari Raya Enam di Kampar berlangsung semarak. Ribuan warga berbondong-bondong berziarah ke makam keluarga.
Kabupaten Kampar merupakan Serambi Mekahnya Provinsi Riau yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi Islam yang mengakar. Perpaduan tradisi budaya dan Islam menghampiri hampir seluruh aktivitas kegiatan masyarakat kampar.
Ada sebuah tradisi yang cukup unik di masyarakat Kampar yaitu "Aghi Yayo Onam" atau Hari Raya Enam. Hari raya enam merupakan hari raya setelah melaksanakan puasa enam hari di bulan syawal atau tepatnya pada tanggal 7 syawal.
Sebagian besar masyarakat Kampar lebih menganggap dan meriahkan hari raya enam dibandingkan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada 1 Syawal. Hari raya enam ini menurut ninik mamak setempat merupakan hari raya berbagi dan bersilaturrahmi antar sesama baik itu sesama warga setempat maupun dengan warga perantau yang sudah lama meninggalkan kampung halamannya.
Pada perayaan Hari Raya Enam,perantau asal kampar wajib pulang kampung, dan harus membawa semua anggota keluarganya dari rantau untuk memperkenalkan sanak saudaranya di kampung halaman.
Setiap pelaksanaan acara hari raya enam ini biasanya selalu diisi dengan acara tradisi dan hiburan. Seperti pelaksanaan tahun ini, dari paginya semua warga tersebut berkumpul di salah satu mesjid kemudian mengarak-arak anak yatim kemudian berkumpul dipinggir sungai kampar sambil melakukan makan bersama anak yatim dan seluruh warga perantau yang datang.
Setelah acara jamuan makan diadakan, selanjutnya diadakan pesta rakyat bagi anak-anak generasi muda untuk mempererat tali persaudaraan diantara mereka dengan acara pacu goni dan panjat pinang serta tarik tambang.
Dibeberapa desa di Kecamatan Bangkinang, Kecamatan Tambang, Kecamatan Kuok dan tempat lainnya di Kabupaten Kampar, di Hari Raya Enam mereka melakukan tradisi ziarah kubur, dan ziarah kubur ini hanya dilakukan oleh kaum laki –laki.
Tradisi Ziarah kubur ini yang bertujuan untuk mendoakan arwah dari orang–orang yang telah meninggal dunia sehingga jiwanya merasa tenang dan tentram didalam kubur.
Ziarah Kubur ini didasari tradisi agama dan kearifan lokal masyarakat Kampar. Dari tradisi agama, ziarah kubur merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan oleh nabi Muhammad SAW, karena dengan memberikan doa kepada orang –orang yang telah meninggal dunia mereka percaya dapat memberikan perlindungan dalam kehidupan mereka, dan dengan berziarah kubur, mereka akan lebih mengingat mati dengan demikian dapat meningkatkan keimanan kepada Allah seolah–olah mereka akan mati besok pagi.
Sedangkan dari kearifan lokal atau tradisi adat istiadat ziarah kubur ini merupakan suatu kebiasaan ( tradisi ) yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sesuai dengan ajaran Islam.
Selain itu tradisi ziarah kubur juga dapat mempererat hubungan diantara sesama kaum kerabat yang sudah lama terhenti karena kesibukan masing – masing.
Dibeberapa tempat di Kabupaten Kampar ziarah kubur pada hari raya enam, diawali dengan berkumpul disuatu tempat kemudian bersama- sama melakukan ziarah, berkeliling dari satu kuburan ke kuburan lainnya. Dan ziarah kubur biasanya ditutup dengan makan bersama ”Makan Bajambau”makan bersama di teras-teras mesjid atau mushola.
Di Koto Tuo
Perayaan Rayo Onom juga merupakan budaya asli masyarakat Kenegerian Koto Tuo Baserah, Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau, yang biasanya di selenggarakan seminggu usai Hari Raya Idul Fitri saban tahun-nya.
Perayaan Rayo Onom ini sendiri bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama, dan juga merupakan suatu ajang bagi masyarakat Kenegerian Koto Tuo Baserah, untuk menyatukan aspirasi dalam bidang Budaya dan Agama.
Dimana, masyarakat di Kenegerian Koto Tuo ini yang mayoritas ber-Agama Islam akan di berikan pandangan hidup yang berlandaskan Adat Budaya dan Agama dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat Kenegerian Koto Tuo ini tidak hanya terdiri dari masyarakat Kecamatan Kuantan Hilir saja, melainkan masyarakat Kecamatan Kuantan Hilir Seberang juga sebagian besar merupakan bagian dari masyarakat Kenegerian Koto Tuo Baserah. Sebagaimana dikatakan Kades Desa Koto Tuo, Darwis.
“Perayaan Rayo Onom ini bertujuan untuk memersatukan masyarakat Kenegerian Koto Tuo Baserah khususnya, serta memberikan pandangan hidup yang berlandaskan Agama dan Adat Budaya, bak pepatah mengatakan, Adat basondi Sarak, Sarak basondikan Kitabullah”, tutur Darwis, Kades Koto Tuo Baserah Kecamatan Kuantan Hilir.
“Kegiatan perayaan Rayo Onom ini sendiri sangat kental dengan Adat Budaya dan Agama, sementara di satu sisi kegiatan ini minim perhatian dari Pemerintah, baik itu dari Pemerintah Kecamatan Kuantan Hilir maupun dari Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi sekalipun, ini yang merupakan kesulitan kita selama ini”, pungkas Darwis.
Darwis menambahkan, “Saya selaku Kades Koto Tuo tentunya tidak akan mampu bila bekerja sendiri, lagi pula kegiatan ini merupakan kegiatan Kenegerian Koto Tuo yang meliputi puluhan Desa yang ada di Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang, sudah sepantasnyalah menjadi perhatian dan kepedulian bersama tentunya” katanya.(grc/ggs/yuk)