Miliki Sejuta Potensi untuk Dikembangkan

Sekolah Tinggi Teknologi Kelapa Sawit Indonesia Di-launching Menko Maritim di Kawasan Teknopolitan

Sekolah Tinggi Teknologi Kelapa Sawit Indonesia Di-launching Menko Maritim di Kawasan Teknopolitan

RIAUMANDIRI.CO, PELALAWAN - Memilki potensi menjajikan dan nilai ekonomi yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat dan daerah sebagai penghasil komoditi kelapa sawit, tentunya hal ini dianggap sebagai potensi dan peluang yang harus ditangkap oleh Pemerintah Kabupaten Pelalawan. Kabupaten yang sebagian besar daerahnya merupakan perkebunan kelapa sawit, baik itu milik perusahaan dan juga milik petani tempatan.

Dengan menjadikan hasil olahan kelapa sawit berupa Crude Palm Oil (CPO) yang selama ini hanya dijual sebagai hasil produk barang setengah jadi. Namun setelah melalui penelitian dan uji lab ternyata dari CPO bisa menghasilkan sejumlah produk turunan yang begitu banyak untuk kebutuhan masyarakat setiap harinya dan bahkan dari janjangan kosong kelapa sawit juga bisa diolah sebagai kertas. Makanya Pemerintah Kabupaten Pelalawan menangkap peluang itu dan membangun sebuah kawasan industri berupa teknopolitan di Kecamatan Langgam, khusus pengolahan hasil turunan dari CPO serta sebuah Sekolah Tinggi Teknologi Kelapa Sawit Indonesia (STTKSI).

Sebelumnya di kawasan yang sama yakni di Teknopolitan Kecamatan Langgam sekitar tanggal 16 Januari 2019 tercatat menjadi hari yang sangat bersejarah bagi kemajuan pendidikan tinggi di Kabupaten Pelalawan. Betapa tidak, setelah tahun 2018 lalu Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Republik Indonesia Puan Maharani yang berkunjung ke Kabupaten Pelalawan untuk meresmikan Sekolah Tinggi Teknologi Pelalawan (ST2P).


Menko Maritim Luhut Panjaitan memberikan sambutan saat launching STTKSI di Kawasan Teknopolitan, Langgam.

Kini, di tahun 2019 giliran Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia Luhut Binsar Panjaitan berkunjung ke Pelalawan. Kedatangan Luhut saat itu diagendakan launching pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) PO Mill Jaya sekaligus meresmikan Sekolah Tinggi Teknologi Kelapa Sawit Indonesia (STTKSI) yang sebelumnya bernama ST2P di kawasan Teknopolitan, Kecamatan Langgam pada Rabu (16/1) yang lalu. Kehadiran orang nomor satu di Kementerian Maritim ini disambut Gubernur Provinsi Riau terpilih Drs H Syamsuar didampingi Bupati Pelalawan HM Harris. 

Saat itu terlihat dalam rombongan menteri yang mendampingi kunjungan kerjanya yakni Kepala BPPT RI diwakili Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi Dr Gatot Dwiyanto, Pangdam I Bukit Barisan, Ditjen Kelembagaan Kemeristekdikti diwakili Direktur Kawasan Sain dan Teknologi, Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI, Kepala Balitbang Industri Kementerian Perindustrian, Direktur Utama PT Pindad, Diretur Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit Indonesia serta para undangan lainnya. 

Dalam sambutannya, Bupati Pelalawan HM Harris mengatakan, Kabupaten Pelalawan 13 tahun lalu atau tepatnya pada tahun 2006 silam, telah dinyatakan oleh Negara sebagai salah satu dari 12 daerah tertinggal di Indonesia. Dimana ketertinggalan tersebut dilihat dari lima indikator yang masih sangat lemah yakni permasalahan pelayanan kesehatan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) khususnya bidang pendidikan, infrastruktur desa, rendahnya rasio elektrifikasi dan meningkatnya angka kemiskinan. 

Namun, melalui upaya pendekatan pembangunan yang dilakukan secara perlahan, maka saat ini Kabupaten Pelalawan telah berhasil keluar dari predikat ketertinggalan tersebut. Pendekatan pembangunan yang dilakukan adalah dengan penguatan sistem inovasi, dimana dalam hal ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan melaksanakan 5 langkah utama terkait dengan penguatan sistem inovasi yakni Mengembangkan ekosistem kreatifitas dan inovasi daerah, Mengembangkan klaster industri unggulan daerah, Membangun kawasan Teknopolitan, Berkembangnya bisnis dan industri inovatif, Meningkatkan pemenuhan air bersih, energi bersih, transportasi hijau, dan teknologi informasi serta lingkungan yang berkualitas. 

Menko Maritim foto bersama Bupati Pelalawan HM Harris, Rektor ST2P Prof Detri Karya dan mahasiswa ST2P yang memperoleh beasiswa.

Dan melalui pendekatan pembangunan tersebut, maka saat ini Kabupaten Pelalawan telah menunjukkan perkembangan yang cukup memukau. Dimana geliat ekonomi di kabupaten yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kampar ini terus mengalami kemajuan. Pembangunan infrastruktur di daerah yang memiliki motto Tuah Negeri Seiya Sekata ini, juga sangat cepat, begitu pula dengan perkembangan pendidikan, kesehatan, pertanian dan sektor lainnya.

"Jadi, dengan Inovasi, maka kita terus menggelorakan semangat dan aktifitas berinovasi serta semangat dan aktifitas pembaharuan dalam upaya percepatan penanggulangan permasalahan pembangunan yang dihadapi di kabupaten Pelalawan. Pasalnya, inovasi dipercaya dapat memberikan terobosan-terobosan pembangunan, mewujudkan efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya, mengatasi keterbatasan anggaran, serta mendorong adaptasi terhadap globalisasi. Selain itu, inovasi juga diarahkan pada memperbaiki kualitas pelayanan kepada masyarakat, perubahan mindset dan pola kerja pembangunan, serta peningkatan disiplin dan motivasi kerja masyarakat dan aparatur," terangnya.

Pelalawan Inovatif

Diungkapkannya, bahwa melalui visi 2016-2021 yaitu "Inovasi Menuju Pelalawan Emas" yang merupakan singkatan dari Ekonomi Mandiri, Aman dan Sejahtera, maka Pemkab Pelalawan terus berkomitmen untuk kemajuan pembangunan Pelalawan. Sedangkan makna dari Visi tersebut adalah pembangunan yang didorong oleh upaya, gerakan dan prakarsa inovatif menuju kabupaten Pelalawan yang mandiri dalam ekonomi, aman dan sejahtera dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. 

Bupati Pelalawan menyalami Menko Maritim usai menyerahkan cenderamata saat launching STTKSI di Kawasan Teknopolitan.

Dalam mewujudkan visi tersebut masih kata Harris, ada tujuh program prioritas, salah satunya program Pelalawan Inovatif. Dimana Program Pelalawan Inovatif merupakan upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan dalam meningkatkan daya saing daerah melalui pendekatan inovatif dengan membangun kawasan ekonomi baru yang mengintegrasikan industri bernilai tambah tinggi dengan pusat riset dan perguruan tinggi yang disebut Kawasan Teknopolitan Pelalawan sebagai simpul dari Jaringan Inovasi Pelalawan, Riau dan Sumatera. 

"Sedangkan program Pelalawan Inovatif ini, juga telah berdampak pada semakin siapnya daerah Kabupaten Pelalawan menghadapi persaingan global. Dan Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan juga terus intensif melakukan persiapan, termasuk pada tahun 2015 lalu telah dibangun pembangunan Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Pelalawan (ST2P) yang saat ini telah berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Kelapa Sawit Indonesia (STTKSI). Dimana STTKSI ini, menjadi salah satu pilar utama dari kawasan Teknopolitan yang semakin memperlihatkan fungsi dan perannya. Di samping menjalankan proses belajar, mengajar dan penelitian, saat ini STTKSI juga difungsikan untuk menjadi pusat riset dan pusat inovasi kawasan. Dan ini sudah dimulai dengan melakukan inkubasi terhadap temuan teknologi yang ada di daerah ini. Hal tersebut dilakukan dalam upaya komersialisasi hasil riset dan pengembangan Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (PPBT)," paparnya. 

Diungkapkan Bupati Pelalawan dua periode ini, bahwa keberadaan STTKSI di Pelalawan ini, juga sangat membantu program pemerintah pusat dalam mengejar kemajuan pembangunan pendidikan Indonesia dengan mendirikan universitas yang ditargetkan. Bahkan, dengan adanya pembangunan STTKSI di kawasan Teknopolitan ini, maka kabupaten Pelalawan juga telah dipercaya menjadi tuan rumah pelaksanaan seminar internasional dalam rangka peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) ke-23 pada tahun 2018 lalu. Dimana pelaksanaan seminar internasional ini, dihadiri oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) mewakili Menteri Perindustrian (Menperin) Republik Indonesia Harris Munandar, guru besar dari Tsuba University Jepang, serta puluhan universitas dalam negeri. 

"Selain pembangunan kawasan Teknopolitan Pemkab Pelalawan juga saat ini berencana membangun Pelabuhan Sokoi yang berada di kecamatan Kuala Kampar. Dimana pelabuhan Sokoi ini, merupakan pelabuhan kargo dan mendukung ke kawasan teknopolitan. Dan pembangunan pelabuhan ini juga dalam rangka mendukung program Pemerintah Pusat untuk membuka akses transportasi internasional di wilayah perairan Kabupaten Pelalawan yang bersebrangan dengan Negara Malaysia dan Singapura," ujarnya.

Jadi, sambung Harris, dengan kedatangan Menko Kemaritiman pertama kali di Kabupaten Pelalawan, maka Menko dapat melihat secara langsung keseriusan Pemkab Pelalawan dalam membangun dan mendukung program Nasional dalam persaingan global melalui pembangunan kawasan Teknopolitan. Dimana potensi kelapa sawit di Pelalawan. Potensi perkebunan kelapa sawit ini penyumbang terbesar bagi Pelalawan. Teknopolitan milik Pemkab Pelalawan sendiri dikhususkan untuk kelapa sawit. 

Di kawasan tersebut akan dibagi tiga zona yakni zona pendidikan, riset dan industri. Dan diluar dari program Kabupaten Pelalawan, program Nasional itu bagaimana mendatangkan wisata 20 juta orang pertahun. Dan Pelalawan merupakan bagian dari 20 juta tersebut, sehingga pihaknya berharap adanya dukungan Menko Kemaritiman untuk program pembangunan jalan ke Sokoi - Kukup dan Singapura. 

"Dengan dibukanya pembangunan jalan tersebut, maka terbuka kesempatan para wisatawan datang ke Kabupaten Pelalawan. Karena wisatawan kita juga sudah ke mancanegara yakni wisata Berselancar Bono yang sudah mendunia. Yang kedua Program Pembangunan Nasional, bagaimana mendirikan 100 teknopark seluruh indonesia. Kondisi saat sekarang dari 100 tinggal 60, 60 tinggal 5, lima tersebut adalah termasuk Teknopark yang ada di Kabupaten Pelalawan. Kita harus mendukung ini semua untuk generasi kita kedepannya," sebutnya.

Yang ketiga, lanjut mantan Ketua DPRD ini, bahwa Program Pembangunan Nasional, Hasil rapat dengan Menristek Dikti bahwa karena Pelalawan ketergantungan perekonomian dengan harga kelapa sawit dipasar dunia, maka Pelalawan harus Mandiri. Karena dengan kemandirian ini salah satunya adalah dengan pengolahan kelapa sawit dan sawit merupakan potensi ekonomi masyarakat Pelalawan 70 % di Riau dan 75% khusunya di Kabupaten Pelalawan. Maka Pelalawan harus mandiri menjadi industri turunan. 

"Sekolah Tinggi Teknologi Kepala Sawit Indonesia (STTKSI) dan kenapa harus di sini, karena potensi di Kabupaten Pelalawan itu ada. Yang kedua tidak ada permasalahan yang dihadapi. Yang ketiga adalah potensi masyarakat ketergantungan di sekolah ini. Mudah-mudahan sekolah tinggi teknologi sawit indonesia ini, tentunya generasi kita kedepannya dan industri hilir khusunya juga bisa berkembang. Begitu juga besok kita ada MoU dengan Pertamina, bagaimana minyak CPO itu bisa menjadi bahan bakar," tuturnya. 

Sementara itu menyikapi program yang disampaikan Bupati Harris, Menko Bidang Kemaritiman RI Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, bahwa dirinya meminta agar Sekolah Tinggi Teknologi Kelapa Sawit Indonesia (STTKSI) bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Hal ini ITB karena sudah memiliki teknologi soal kelapa sawit.

"Artinya, agar lebih konkret, saya minta sekolah tinggi kelapa sawit yang ada di kawasan teknopolitan dapat melakukan kerjasama dengan ITB, sehingga para generasi penerus bangsa bisa mandiri," sebutnya.

Ditambahkannya, bahwa hasil turunan kelapa sawit di Indonesia memang masih kurang di Indonesia. Padahal dari sumber daya alam yang dimiliki Indonesia khususnya Kabupaten Pelalawan, banyak potensi yang bisa dihasilkan. Selain itu, produksi sawit ke depan juga harus ditingkatkan.

"Jadi, diharapkan, dengan adanya pembangunan STTKSI di kawasan Teknopolitan tersebut, maka diharapkan nantinya akan menghasilkan produk turunan kelapa sawit. Tidak hanya CPO saja seperti saat ini. Dan kita tentunya sangat mendukung upaya Pemkab Pelalawan dalam membangun kawasan Teknopolitan ini," tutupnya. (advertorial)