Webinar Literasi Digital: Jaga Kualitas Pembelajaran Jarak Jauh

Sabtu, 21 Agustus 2021 - 18:07 WIB

RIAUMANDIRI.CO, ROHUL - Kegiatan webinar literasi digital pada hari Sabtu, 21 Agustus 2021, pukul 09.00 WIB, dengan tema “Menjaga Kualitas Belajar Dari Rumah” dibuka oleh moderator Lingga Zahran. Moderator membuka rangkaian kegiatan webinar ini dengan mengucap salam, berdoa dan membawakan tagline Salam Literasi Digital Indonesia Makin Cakap Digital. Moderator juga tidak lupa untuk mengingatkan para peserta untuk terus menjaga protokol kesehatan, mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan. Acara pertama dimulai dengan memutarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.  

Kemudian, moderator mempersilahkan Dirjen Aptika KEMKOMINFO, bapak Samuel A. Pangerapan untuk memberikan sambutan. Kemudian, moderator memperkenalkan Key Opinion Leader yaitu, @chickaaudhika – Co-Founder & CMO of Bicara Project. Pada pukul 09.15.

Kemudian, moderator membacakan tata tertib dalam kegiatan webinar ini. Setelah itu, moderator memperkenalkan narasumber pertama, Ir. Prayudy Widyanto, MM – Professional Bussiness Coach, menyampaikan materi tentang “Saatnya Peserta Didik dan Guru Terampil Belajar Daring”. Pada pukul 09.23. Mindset guru dalam digital skill, dengan fix mindset yaitu belajar Kembali sangat menyulitkan. Lebih senang menggunakan kebiasaan lama. Dan growth mindset yaitu membangun kebiasaan baru, menggunakan perangkat digital sebagai sarana penghubung.

Internet adalah suatu jaringan komunikasi yang memiliki fungsi untuk menghubungkan antara satu media elektronik dengan lainya. Banyak perangkat yang bisa terhubung satu sama lain karena internet. Sinyal-sinyal ini sudah diatur, dalam hal ini kominfo yang bertanggung jawab di Indonesia. Internet banyak mengeluarkan hal positif dan juga merubah gaya hidup kita. Pandemi memaksa kita lebih cepat menggunakan internet. Adanya prokes, membuat kita harus menggunakan alat bantu untuk berkomunikasi yaitu internet. Internet melahirkan banyak kebiasaan-kebiaasan baru. Contohnya bekerja yang biasa ke kantor, saat ini kita belajar dari rumah. Situasi belajar saat ini ditopang oleh internet. Tentunya memaksa semau stakeholder, pendidik, maupun orang tua memiliki skill digital agar kegiatan berjalan dengan baik. 

Ada beberapa yang harus dipahami, critical thinking yaitu proses disiplin intelektual untuk secara aktif dan terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi. Bahasa mudahnya, dalam dunia digital kita juga harus belajar kritis. Seperti jika kita mendapat informasi harus tau apa pesannya, dan untuk siapa. Perangkat dan aplikasi dalam digital skill. kita harus tau perangkat apa yang kita gunakan dan aplikasinya. Ketiga, online safety skill. Saat kita online, kita akan terbuka dengan masyarakat luar sehingga kita harus hati-hati dengan informasi kita. Download apa yang kita butuhkan dan ketahui sumbernya. Digital culture, jangan sampai digital ini meruntuhkan karakter berbangsa. Kolaborasi dan kreativitas digital, dengan mempelajari hal kreatid yang dimiliki atau disenangi. Bekerjasama dalam mewujudkan tujuan yang lebih besar dan manfaatkan pasar. Menemukan informasi, mudah menemukan informasi tapi harus tetap waspada terhadap informasi yang menyesatkan. Komunikasi dan etika dengan menjaga kesopanan pada saat melakukan komunikasi, tidak menyinggung SARA, dan cek Kembali apa yang di share di media sosial.

Kemudian, setelah narasumber pertama menyampaikan materinya, moderator memperkenalkan narasumber kedua yaitu Inna Dinovita, S.TP. – Akademisi dan CEO Saesha Cantika Indonesia, yang menyampai materi tentang “Internet Sehat dan Aman”. Pukul 09.44. Tips internet dan aman, hindari klik situs-situs illegal, batasi pemberian informasi/ identitas pribadi, tidak merespon email spam, pesan phising dan tidak asal klik linknya, lakukan pengecekan ulang dan sumber informasi di internet, batasi pemasangan foto dan video pribadi di internet, hapus pertemanan dengan orang tak dikenal di internet, tidak melakukan bullying, berkelahi, adu argumen di internet, dan jangan sembarang download file/ aplikasi/ software di internet.

Semenjak pandemi atau bahkan sebelum pandemi kita suka mengakses media sosial. Tapi lebih intens lagi saat pandemi ini, seperti belajar maupun bekerja yang dikerjakan dari rumah. Internet memiliki dampak positif yaitu media komunikasi dan interaksi, aplikasi internet sebagai media untuk mengirim pesan, konten, dokumen dan lainnya. Wadah pencarian informasi dan pengetahuan, lebih mudah dan cepat mencari informasi yang detail. Kemudahan transaksi bisnis dan penunjangnya, adanya platform jual beli dan bisnis. Kemudahan transaksi keuangan, platform e-wallet, mobile/ internet banking. Media hiburan, media sosial, youtube, netflix. Sedangkan dampak negatifnya adanya cybercrime dan cyberbullying. 

Aman di internet dengan ketahui aset dan akun, perangkat, aplikasi, akun. Batasi akses pengguna, membatasi akses yang kemungkinan dapat mengurangi resiko pembobolan data. Identifikasi pihak ketiga yang bisa mengakses perangkat dari jarak jauh. Catatlah siapa saja yang memiliki akses data. Update/perbarui aplikasi/software, penjahat siber mencari kelemahan dan kekurangan yang dapat digunakan untuk menyusup ke sistem atau menyebarkan perangkat lunak berbahaya. Kekuatan password, pengelola password, aktifkan autentifikasi 2 faktor, jangan berikan kode OTP, kelola izin aplikasi, hindari penggunaan wifi publik, kunjungi website terenkripsi.

Setelah itu, moderator beralih kepada narasumber ketiga Andi Saputra, S.I.Kom. – Research at Insight Institute, yang memaparkan materi tentang “Etikal Digital”. Pada pukul 10.13. Tips selektif bermedia sosial dengan selektif berteman, interaktif bukan pasif, hindari mengumbar kehidupan pribadi, kenali ciri-ciri hoaks, media sosial bukan ruang pameran, swafoto yang informatif, atur privasi akun media sosial, bagikan pandangan politik secara bijak dan santun, wartakanlah damai, dan tampilkan karya positif.

Etika digital (digital ethics) adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquet) dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi etika adalah untuk menilai apakah apakah tindakan-tindakan yang dilakukan dalam berinteraksi dengan sosial, apakah benar atau salah. Apakah Baik atau buruk apakah sesuai atau bertentangan dengan norma dan ketentuan yang berlaku didalam sebuah lingkungan sosial.

Dalam etika digital telah merumuskan komunitasi di media sosial. Dalam menggunakan facebook dan Instagram, berikut pedoman komunitas yang tercantum dalam situsnya. Hanya bagikan foto dan video yang anda ambil sendiri atau anda berhak untuk membagikan, menumbuhkan interaksi yang bermanfaat dan tulus, hormati anggota komunitas Instagram lainnya, kirimkan foto dan video yang sesuai untuk beragam pemirsa, patuhi hukum, berhati-hatilah saat mengirimkan acara yang layak diberikan, dan jagalah lingkungan media sosial yang sehat dengan tidak mendukung tindakan melukai diri sendiri. Etiket berinternet, menulis email dengan ejaan yang benar dan kalimat sopan, tidak menggunakan huruf kapital semua, membiasakan menuliskan subjek email untuk mempermudah penerima pesan, menggunakan BCC, bukannya CC untuk menghindari tersebarnya email milik orang lain, tidak mengirim email berupa spam, surat berantai dan lainnya, menghargai hak cipta orang lain, menghargai privasi orang lain, dan jangan menggunakan kata-kata jorok dan vulgar.

Kemudian, moderator mempersilahkan narasumber terakhir untuk menyampaikan materinya yaitu, Windra Yenni, M.M.Pd. – Kepada Sekolah SMAN 2 Rambah. Yang menyampaikan materi tentang “Budaya Digital”. Pada Pukul 10.35. Manfaat era digitalisasi dalam revolusi 4.0 yaitu kemudahan dalam berkomunikasi, mobile dan fleksibel, internet lebih dominan ketimbang penggunaan pulsa dan kemudahan dalam berbelanja dan mendapatkan apa yang diinginkan.

Budaya digital adalah produk dari teknologi yang meresap dan akses tanpa batas ke informasi, sebuah produk dari inovasi teknologi digital yang memiliki karakter disruptif dalam kehidupan dan gaya hidup digital masyarakat kita. Seolah hari ini berubah di dunia digital, adanya Batasan-batasan yang ada di dunia nyata tapi tidak berlaku di dunia digital. Orang menggunakan media sosial seperti memiliki dua peran. Kita selalu bosan dengan elit kita yang tidak menggambarkan bangsa kita. 

Contoh budaya digital masyarakat Indonesia seperti youtube adalah media sosial yang banyak digunakan di Indonesia. Diikuti whatsapp, Instagram dan lainnya.  Perubahan dari budaya tras segala aspek kehidupan sudah dimasuki aspek digital. Termasuk kehidupan beragama, misalnya ngaji online. Silaturahmi digital virtual juga digelar, sudah memanfaatkan skema kultur digital. Karena zaman sudah berubah. Kita ada pada zaman, masa, era teknologi digital dan gaya hidup digital. Mindset digital, mengubah perilaku konsumtif menjadi produktif yaitu memaksimalkan media sosial untuk produktifitas seperti media belajar, sebagai sarana membangun jaringan, sebagai penunjang produktivitas, saran mengidentifikasi orang lain, sarana pengembangan diri. Dampak positif media sosial sendiri adalah untuk menghimpun keluarga, saudara, kerabat yang tersebar, sebagai media penyebar informasi, memperluas jaringan pertemanan, situs jejaring sosial membuat kita lebih bersahabat, perhatian dan empati, dan sebagai media promosi dalam bisnis.



 

Setelah sesi pemaparan materi selesai, moderator beralih ke sesi tanya jawab antara penanya dan narasumber. Ada beberapa penanya yang sudah terpilih dan berhak mendapatkan e-money sebesar Rp. 100.000,-

  1. Ryuhan Gunawan memberikan pertanyaan kepada Ir. Prayudy Widyanto, MM.

Q : Bagaimana kiranya cara yang dapat dilakukan agar lembaga pendidikan dapat tetap memperketat pengawasan kasus pelecehan yang tersebar di dunia maya?

A : Peran guru itu menjadi penting, bisa dilaporkan kepada bapak/ibu guru. Orangtua dapat berkonsultasi juga dengan guru. Dan kalo memang itu dari lingkungan sekolah yang melakukan bullying. Bisa ditindak oleh sekolah terhadap pelaku. Kalo itu diluar sekolah, kita bisa memutuskan hubungan. Jika sudaj keterlaluan, bisa lapor ke pihak berwajib. Itu adalah hal yan tidak baik, yang bisa menjadi rekam jejak yang tidak baik dapat mempengaruhi masa depannya.

  1. Nazwa memberikan pertanyaan kepada Inna Dinovita, S.TP.

Q : Dengan era digital masa kini banyak bertebaran yang tidak patut dilihat oleh anak anak dibawah umur banyak juga, banyak juga orang yang sudah kecanduan game, sampai rela menghabiskan waktu dan uang untuk hal yang tidak berguna bagaimana cara mengatasi hal hal tersebut bagi orang tua anak anak nya sehingga menjadi lebih baik lagi dan bisa menggunakan teknologi dengan baik?

A : Memang kita semua sudah mengalami semua dengan adanya teknologi saat ini, memudahkan kita mengakses media sosial. Ini menjadi warning jika kita tidak menggunakan media sosial dengan baik. Kita bisa mengoptimalkan menggunakan sosial media dengan baik, bisa memberikan tambahan-tambahan. Kembali ke diri kita, apa bisa menambahkan hal positif atau tidak. Kita bisa memanfaatkan kita untuk hal-hal positif. Bisa jadi influencer atau berjualan. Kita tetap tanamkan keamanan kita. Makanya sebagai penggunaa internet harus bijak memilah-milih apa yang harusnya diterima oleh kita.

  1. Faris Aqil Zahira memberikan pertanyaan kepada Andi Saputra, S.I.Kom.

Q : Era pandemi ini sangat berdampak bagi masyarakat terutama di sektor pendidikan, seperti yang dilihat dan dirasakan pendidikan daring ini masih banyak memiliki kekurangan/kurang efektif juga kurangnya kecakapan anak didik dalam menggunakan media digital . Menurut bapak, bagaimana cara mengatasi hal ini serta meningkatkan etika peserta didik dalam berdigital? 

A : Dalam kita mengatasinya, kita harus sharing apa yang kita dapatkan untuk mengimplementasikannya. Kita harus mempelajari hal-hal baik untuk diri kita, yang akan menjadi hal-hal baik juga untuk orang lain. Carilah informasi yang bermanfaat, kita tetap mengetahui batasan-batasan yang kita ketahui. Kita harus mendalami berita-berita tidak benar, dan berhenti menyebarkannya. 

  1. Audrey memberikan pertanyaan kepada Windra Yenni, M.M.Pd.

Q : Era digital ini sudah menyatukan kita dengan negara luar tanpa adanya batasan dinding apapun. Dan kita semua juga tau bahwa norma dan etika setiap negara pasti berbeda pula. Peran seperti apa yang bisa kita lakukan sebagai pengguna internet agar tidak melanggar batasan perbedaan norma dan etika ini, agar kedepannya tidak terjadinya konflik antar negara, suku, ras dan agama?

A : Melihat bagaimana fenomena yang terjadi hari ini. Seolah-seolah dunia digital itu bebas, yang tidak memperhatikan lagi aspek sosial dan budaya. Karena bangsa ini bukan hanya muslim, Indonesia memiliki karakter yang multicultural. Di ruang digital seolah-olah tidak mencerminkan karakter budaya kita. Oleh karena itu butuhnya edukasi yang terus menerus. 

Setelah sesi tanya jawab selesai, moderator kembali menyapa Key Opinion Leader, yaitu @chickaaudhika – Co-Founder & CMO of Bicara Project. Kemudian, setelah rangkaian acara selesai, moderator memanggil kembali para penanya terpilih lainnya yang berhak mendapat e-money sebesar Rp. 100.000,-. Setelah itu moderator menutup webinar ini dengan mengucapkan salam, mengucapkan terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital. 

Editor: M Ihsan Yurin

Terkini

Terpopuler