Sudahlah Langka, Isinya juga tak Cukup

Selasa, 13 Oktober 2015 - 09:43 WIB
Antrean gas melon jadi pemandangan rutin di Pekanbaru saat ini.

PEKANBARU (HR)-Hingga saat ini, masyarakat Kota Pekanbaru masih dipusingkan dengan sulitnya mencari gas elpiji tiga kilogram bersubsidi atau yang lazim disebut gas melon. Agar bisa mendapatkannya, warga bahkan harus rela mencari hingga ke tempat


Sudahlah
yang jaraknya begitu jauh agar bisa menemukan pangkalan yang menjual salah satu kebutuhan pokok tersebut.
Yang membuat kondisi ini semakin aneh, sebenarnya di tingkat pedagang pengecer, gas melon masih bisa ditemukan. Namun tentu saja harganya selangit. Bahkan ada pedagang pengecer yang menjual gas melon itu hingga Rp35 ribu per tabung. Jumlah itu tentu saja sangat jauh di atas ketentuan Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni Rp16 ribu per tabung.
"Iya Bang, Saya tinggal di Panam, harus ke sini hanya untuk membeli satu tabung gas elpiji untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Bisa dibayangkan kalau kejadian seperti ini berlangsung lama tanpa ada jalan keluarnya dari pemerintah," ungkap Usanan, Warga Panam, saat membeli gas elpiji di salah satu pangkalan di Kecamatan Sail, Senin (12/10).

Namun hal yang lebih mengenaskan dialami Waldi, warga Rumbai. Pasalnya, ia menemukan isi gas melon yang dibelinya, diduga kuat tak sesuai standar, alias berkurang.

"Kalau kayak gini, kita kan rugi. Tadi saya beli ini harganya Rp35 ribu, ternyata isinya tidak cukup, bahkan jarum di selang regulator kompor gas hanya menunjukkan separuhnya saja. Biasanya kalau beli gas baru, jarum regulator selalu menunjukkan keterangan full, ini bagaimana?," tanyanya kesal.

Kondisi serupa juga dirasakan Wito, warga Marpoyan Damai. Menurutnya, ia sebenarnya sempat curiga, karena tabung gas melon yang dibelinya, terasa lebih ringan dibanding biasanya. "Mau menimbang, di sekitar pangkalan tempat menjual tidak ada timbangan," ungkapnya.
"Seharusnya masalah ini sudah ditangani segera oleh pemerintah. Masalahnya, kasus seperti ini sudah sering berulang. Seperti kabut asap. Tapi sampai sekarang tak kunjung ada solusi," kesalnya.

Pasokan Terhambat
Menanggapi hal itu, Kabid Perdagangan Dinas Perindustruian dan Perdagangan (Disperindag) Pekanbaru, Masirba H Sulaiman, mengungkapkan, memang terjadi hambatan dalam pendistribusian gas dari pihak agen ke pangkalan.

"Kemarin hari Minggu, pendistribusian gas terhambat, karena adanya kemacetan di Muara Basung, sehingga operasional penjualan gas terhenti selama satu hari. Tapi Kita siap untuk menggelar operasi pasar kapan saja dibutuhkan," kata Irba.

Meski operasi pasar belum bisa menghilangkan kelanggan gas melon, namun menurut Irba, setidaknya operasi pasar bisa membantu masyarakat mendapatkan kebutuhan pokok itu.
Ketika ditanyakan apakah ada penyebab lain yang mengakibatkan langkanya gas melon tersebut, Irba menjawab, banyak indikasi permainan yang sedang dalam proses pengawasan pihaknya.

"Kita katakan adanya permainan karena kemarin ada kedapatan didaerah Jalan Sekolah yang menjual gas dengan kondisi plastik wep warna hijau sudah terbuka dijual Rp35 ribu per tabung. Nah ini kan diduga permainan, karena mengapa plastik wep dibuka, artinya bisa jadi agen namun mereka takut. Dalam hal ini, Kita minta camat harus pro aktiflah, jangan diam saja, karena sewaktu mengajukan pangkalan, ada rekomendasi camat di situ, makanya kita berikan izin," katanya.

Sementara terkait isi tabung yang diduga kuat berkurang, Irba mengimbau masyarakat untuk cerdas. "Seharusnya bisa ditimbang dulu," ujarnya.

Menurutnya, masyarakat jangan mau dibodohi pangkalan, karena pihaknya sudah mengajurkan syarat pangkalan harus memiliki tiga kriteria. Yakni, adanya timbangan, bak kendali dan racun api, bila masayarakat tidak menemui tiga kriteria itu, Ia berharap melaporkan ke pihaknya.

Segera Ditertibkan
Terpisah, pengamat ekonomi Riau Viator Butar-butar mengatakan, pemerintah harus segera bertindak dan menertibkan distribusi gas melon tersebut. Sebab, bila kelangkaan ini terus berlanjut, bisa berdampak pada naiknya harga jual di pasaran.

"Ini tentu sakan semakin membuat susah masyarakat, khususnya yang hidupnya pas-pasan. Apalagi, dalam hal ini kita juga sering mendengar keributan dan rusuh saat pembagian. Seharusnya ini jadi perhatian serius pemerintah. Harus segera ditertibkan," ujarnya.

Menurutnya, terjadinya kelangkaan bukan hanya sekali atau dua kali. Karena itu seharusnya bisa melakukan antisipasi sebelum terjadi. Karena kelangkaan bukanlah dari sisi produksi tetapi pada distribusinya.

Untuk itu, perlu dilakukan penertiban distribusi mulai dari agen besar hingga pengecer. Bukan tidak mungkin kelangkaan ini merupakan ulah spekulan yang ingin menggaet keuntungan besar secara tidak sah, papar Viator.

Begitu pula halnya dengan berkurang volume gas LPG 3 kg, diyakini adanya permainan pangkalan, distributor atau agen. Karena dengan langkanya gas melon ini, tentu orang akan mulai berfikir mencari keuntungan dengan cara lain, tetapi penjualan tetap sama. Salah satunya dengan mengurangi isi, atau membagi dua isi. Tapi yang tertekan dan tertindas adalah masyarakat.

"Ini kan merupakan kecurangan. Sudahlah terjatuh terimpit tangga, sudahlah langka pas beli ditipu pula. Oleh sebab itu seharusnya setiap penjual mendapatkan pengawasan ekstra baik dari pemerintah maupun dari pihak pertamina. Karena jika tidak bersama-sama siapa lagi yang bisa menindak,"pungkasnya. (her, nie)

Editor:

Terkini

Terpopuler