Simpang Garuda Sakti Semrawut Tanda Pekanbaru Masih Kampung

Simpang Garuda Sakti Semrawut Tanda Pekanbaru Masih Kampung

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Pengamat Perkotaan Universitas Islam Riau, Mardianto Manan menganggap Pekanbaru masih belum dapat disebut kota. Pasalnya, ada banyak masalah yang cenderung merepresentasikan bahwa Pekanbaru masih sebuah kampung.

"Banyak. Dari bidang apapun. Jalan berlubanglah, banjir, pengelolaan sampah, penyekatan jalan pakai-pakai water barrier-lah, soal burung walet, IMB, parit, dan segala macam," ujarnya kepada Riaumandiri.co, Jumat (2/7/2021).

Selain itu, dari berbagai masalah yang tak kunjung diselesaikan Pemko Pekanbaru, salah satu yang sangat meresahkan masyarakat adalah kemacetan di Simpang Garuda Sakti, Panam. Kemacetan diduga sebab lokasi tersebut merupakan pintu masuk kota dari arah Kampar, Kuantan Singingi, dan lainnya. Juga karena traffic light mati, jalan rusak, dan tidak adanya petugas yang berjaga, baik kepolisian ataupun Dinas Perhubungan.


"Alasan Pemko selalu karena itu jalan nasional. Tapi posisinya di kota kita. Sebagai pemerintah, identifikasilah masalahnya. Laporkan ke nasional, lobi dananya. Supaya diprioritaskan. Karena ini di tengah kota. Apalagi itu pintu gerbang, pintu masuk dari Sumbar, dari Kampar, dan lain-lain. Kalau gerbangnya saja seperti itu, bisa jadi aib bagi kita," ungkapnya Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Riau itu.

"Betapa lambat dan teledornya Pemko menangani konflik-konflik ini. Setiap hari pasti macet. Ada pun lampu merah (traffic light), tidak bermakna di situ. Sudahlah dikasih lampu, disekat-sekat pakai water barrier. Kita ini kota, tapi kampung. Gaya penanganannya gaya kampung," tambahnya. 

Belakangan, perencanaan pembangunan Pemko Pekanbaru tampak dipusatkan ke Tenayan Raya. Bahkan, lokasi tersebut digadang-gadang bakal menjadikan Pekanbaru sebagai kota terbesar se-Sumatra. Namun, banyak kalangan menilai Pemko mengabaikan pembangunan yang menyentuh langsung masyarakat. Misalnya, hingga kini banyak parit dan anak sungai belum dinormalisasi. Padahal, hal itu menjadi penyebab utama banjir di seluruh kota. 

"Saya tidak mengerti pola pikir wali kota ini. Katanya smart city. Entah dengan membangun Tenayan Raya itu yang smart city menurut dia. Tapi dengan anggaran serba terbatas ini, harus dibuat skala prioritasnya. Bangun-bangun gedung baru itu butuh dana besar. Sehingga banyak terkuras ke sana aja dana kita. Sementara kita lupa banjir, sampah, Simpang Garuda Sakti yang macet itu juga salah satu," katanya. 

Sementara, warga Panam, Adrian mengeluhkan kemacetan yang tidak pernah terurai di Simpang Garuda Sakti. Ia mengatakan, petugas-petugas pengatur lalu lintas hanya datang sesekali. Padahal, kemacetan terus terjadi, terutama pada pagi, siang, dan sore hari. 

"Pening kali udah. Kalau pagi, atau tengah hari mau pergi beli makan ke luar, emosi aja bawaannya. Macetnya mati. Berhenti orang. Sampai bingung awak mau bergerak. Macam terjebak kalau udah di tengah-tengah kemacetan itu," katanya. 

"Polisi sama Dishub pun jaga sekali-kalinya. Macet tiap hari. Entah ke mana aja pun orang itu. Datang, foto-foto dikit, pergi. Apalagi sore, wih, parah kali macetnya. Aku enggak bisa pulak menyalahkan, kadang petugas itu istirahat kan? Apalagi macetnya memang di jam-jam istirahat. Cuma ya gimanalah, pikirilah solusinya. Pemerintah dibayar buat cari solusi. Masak awak pulak yang mikiri gimana caranya biar enggak macet. Kan enggak mungkin," tambahnya. 

Selain Adrian, salah satu mahasiswi UIN Suska, Ame juga mengatakan kerap naik darah ketika sampai di Simpang Garuda Sakti. Menurutnya, kemacetan di tempat itu sudah tidak masuk akal dan harus segera diambil tindakan. 

"Parah. Udah enggak masuk akal. Masak tiap hari macet dibiarin aja. Polisi pun entah ke mana. Aku memang enggak tinggal di Panam, tapi asal mau ke kampus naik darah terus aku pas sampai di simpang itu. Kayak enggak becus pemerintah ini mengurusi masalah kayak gini aja. Macetnya sampai membahayakan, lho. Orang jadi ngegas-ngegas gitu. Kalau sempat ibu-ibu yang lemah mental lewat situ, habis tu," katanya.

"Itu dari arah Garuda Sakti, ada lobang sebesar bola kaki. Lobangnya langsung bolong ke dalam parit gitu. Udah berapa hari ini aku lihat. Enggak ada diperbaiki. Nunggu orang mati memang gara-gara terjerembab, ha baru sibuk," sindirnya.



Tags Pekanbaru