Ekonomi Petani Karet Mulai Kritis

Biasanya Setiap Senin ke Pasar, Sekarang Cukup untuk Bayar Utang

Biasanya Setiap Senin ke Pasar, Sekarang Cukup untuk Bayar Utang

Ekonomi petani karet di Kabupaten Rokan Hulu, saat ini mulai kritis. Mereka sudah mulai dibelit utang belanja sembako di kedai. Hal itu disebabkan karena hasil yang didapatkan dari hasil penjualan getah karet yang hanya Rp7.700 per kilogramnya dinilai tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan setiap harinya.

Dituturkan Irwansyah, warga Desa Rambah Tengah Utara, Kecamatan Rambah, hasil yang didapatkan dari luas satu hektare kebun karet selama dua minggu hanya sekitar 140 kilogram. Kalau dirupiahkan, Irwansyah mendapat penghasilan sekitar Rp1.078,000.

Dari jumlah uang Rp Rp1.078,000 tersebut kata Irwansyah yang biasa dipanggil Khalifah Redoan, ternyata tidak diterima  utuh.

Ia harus berbagi dengan pemilik kebun yang dijaganya dengan sistim bagi dua. Sehingga hasil yang didapatkannya selama dua minggu hanya sekitar Rp539.000. Sementara biaya pengeluaran baik untuk kebun dan menghidupi keluarganya termasuk biaya sekolah anaknya mencapai jutaan rupiah.

“Saat ini kondisi petani karet memang kritis. Biasanya setiap Senin, kami ke pasar. Tapi sekarang tidak lagi. Kenapa? Karena banyak banyak utang di warung. Saya berkata jujur dan ini bisa saya dibuktikan. Ada petani lain terpaksa minjam beras tiga tekong di rumah.

Meski kondisi keluarga saya kurang mampu terpaksa saya bantu,” tutur Khalifah Redoan, yang ditemui sedang menyadap getah di kebun karet juragannya.

Rendahnya harga getah karet saat ini sempat membuat Khalifah Redoan untuk mencari pekerjaan lain dengan berkebun sayur-sayuran. Namun apa yang diharapkannya ternyata bertolak belakangan realitas kehidupannya. Lahan kebun sayur yang sudah dibukanya mengalami penundaan karena terbentur modal. Ingin meminta bantuan kepada Pemerintah tapi sayang, Khalifah Redoan sudah terlanjur kurang percaya dengan janji-janji Pemerintah.

“Kalau janji-janji Pemerintah banyak. Saya pernah didatangi pejabat negeri ini. Rumah difoto dan segala macam. Katanya dibantu rumah layak huni.

Tapi nyatanya kosong. Begitu juga bantuan lainnya. Kelompok lain dapat kami tidak. Jadi untuk saat ini percuma saja meminta bantuan dengan Pemerintah. Secara pribadi saya  karang percaya janji-janji Pemerintah,”tegas Khalifah Redoan, kecewa.

Meski demikian, ayah empat orang anak ini berharap agar dalam waktu dekat harga getah karet naik. Agar ekonomi petani karena membaik. “Harapan saya harga karet ini naik. Setidaknya Rp15 ribu per kilonya. Jika hal ini terjadi Insya Allah, kehidupan petani karet akan membaik,” pungkasnya. (gus)