Hati-hati dengan Pencitraan

Hati-hati dengan Pencitraan

Apabila kita ingin dikenal bahkan dikenang oleh orang lain, memang membutuhkan waktu  yang tidak sebentar. Apalagi jika kita ingin dikenal dengan etika dan sikap nan elok. Berbeda  halnya apabila kita ingin dikenal dengan cara pintas, mungkin dengan hanya berbuat  satu tindakan tercela maka seluruh orang secara otomatis akan mengetahuinya.

Saat ini kata "membantu" hampir tidak bisa dibedakan dengan kalimat "mengenalkan diri. Kenapa begitu? Karena menurut saya, banyak orang ingin membantu tetapi ada maksud tersendiri, serta ada yang ingin mengenalkan diri tetapi memulai dengan membantu. Namun keduanya pasti memiliki maksud dan tujuan yang sama, meski ada yang ingin membantu ikhlas dari hati.

Kedua kata tersebut erat kaitannya, dan itu akan kerap kita jumpai apalagi disaat jelang  pemilihan  suatu daerah, baik itu pemilihan wakil rakyat, kepala daerah, bahkan Presiden. Bagi saya, kedua kata tersebut bisa saja dijadikan satu tanpa harus disebutkan keduanya, ya "pencitraan," mungkin kata itu yang tepat. Karena seseorang ingin dikenal pasti memiliki tujuan. Jadi dengan pencitraan, tentu kita ingin suatu kebaikan tentang diri kita.

Oleh karena itu, dalam melakukan pencitraan hendaknya seseorang bisa dan mengukur bayang-bayang diri. Karena apabila sudah tenar, jangan nanti tenggelam dalam ketenarannya. Tetapi jadikanlah ketenaran suatu ukuran bahwa kita harus tetap mengingat semua yang diberikan Allah SWT.

Jadi, hati-hati dengan pencitraan yang anda lakukan, jangan sampai kembali menampar wajah hingga muka tak berani berdiri menatap dunia. ***