Sempena Hari Guru

Kepribadian Guru yang Konstruktif

Kepribadian Guru yang Konstruktif
Essensi tugas guru tidaklah mengajar saja, akan tetapi untuk dapat menemukan cara-cara dan situasi belajar bagi siswanya, karena hakekat pendidikan bukan mengisi ember melainkan menyalakan api. Mencintai profesi mengajar, merupakan salah satu dari ratusan dan bahkan ribuan pilihan pekerjaan. Secara spiritual orang yang senang mendidik, melatih dan menjadikan orang lain sukses adalah manusia yang mencintai hidupnya sendiri. Manusia seperti ini bukan saja hebat, tetapi super hebat.
 
Seorang guru tidak akan pernah menjadi guru yang baik jika tidak memiliki tentang penguasaan diri, ilmu, kesabaran, ilmu menahan nafsu, ilmu kelemahlembutan dan ilmu kasih sayang. Tanpa ilmu-ilmu tersebut, maka guru tidak akan dapat benar-benar mengarahkan pikiran siswa-siswanya ke arah yang benar.
 
Membangun suatu generasi tidaklah mudah dibandingkan dengan mendirikan bangunan yang dilakukan oleh seorang insinyur, atau seorang dokter untuk mengobati pasiennya. Membangun suatu generasi berarti membentuk karakter masyarakat masa depan dan alam semesta ini. Dan mencintai generasi yang lebih baik adalah satu-satunya solusi dari setiap jenis masalah yang dihadapi masyarakat kita hari ini.
 
Masyarakat kita sekarang membutuhkan pikiran lembut untuk bekerja dengan damai, yang menyenangkan hati semua orang, dan mampu melindungi serta melayani orang lain. Mungkin hal ini masih dianggap mimpi, sekarang karena kita selalu menyaksikan kekerasan dimana-mana. Mulai dari kekerasan fisik sampai ke kekerasan psikologis. Tidak heran jika kita menyaksikan dengan mata kepala sendiri, seorang pencuri mati di tangan massa, atau seorang karyawan di PHK karena salah melakukan prosedur kerja. Oleh karena itu, masyarakat sangat membutuhkan seorang guru yang konstruktif, guru yang mampu membangun character siswanya, dan guru yang mampu menyalakan api dari setiap jiwa siswanya, agar bisa menjadi generasi yang beradab dan cinta sesamanya (M. Eko Purwanto: 2009).
 
Guru yang konstruktif adalah guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perubahan dari dalam diri siswanya. Perubahan tersebut bisa dicapai jika guru mampu menempatkan dirinya sebagai sumber kreativitas dan inspirasi bagi siswa. Sebagai sumber getaran energi bagi siswa, mata batin guru yang terlatih dengan baik, dipastikan akan mampu menyentuh dan menggetarkan jiwa siswanya. Terlebih, jika itu dilakukan dalam suasana kelas yang kondusif, maka siswa akan lebih mudah menyerap materi yang diberikan. Dengan kata lain, ketika seorang guru berbicara sesuatu, maka seluruh siswa akan menyimaknya, bahkan menunggu setiap kata yang diucapkan sang guru untuk dijadikan pedoman dalam pembelajaran maupun dalam perilaku keseharian.
 
Jika ingin menjadi guru yang konstruktif yang mudah memotivasi belajar para siswa, maka guru tersebut harus lebih dahulu bisa memotivasi dirinya sendiri. Dia harus mampu memahami dan mengendalikan dirinya sendiri. Akan tetapi, jika dia sibuk dengan begitu banyak kesalahpahaman dalam dirinya, keluarganya, dan dalam memilih profesinya, maka kemungkinan besar dia akan sukar mengubah hati dan pikiran siswanya. Selain itu, guru yang konstruktif juga harus dapat memahami kebutuhan dan masalah-masalah siswa seperti halnya tugas guru BK (Bimbingan dan Konseling). Dengan memahami kondisi psikologi siswa, seorang guru konstruktif mudah mengubah kesadaran siswanya.
 
Setiap siswa dipastikan berbeda dan unik. Bersama siswa, guru bisa belajar melakukan spesialisasi dan mengidentifikasi hobi, bakat, dan kecenderungan-kecenderungan lainnya. Siswa yang melakukan kenakalan di dalam kelas, kemungkinan memiliki kepribadian multidimensi sehingga mereka menjadi nakal. Mereka membutuhkan lebih banyak tugas dan pekerjaan yang harus diselesaikan. Tugas-tugas sekolah yang lebih banyak ini merupakan ladang bagi siswa yang memiliki kepribadian multidimensi tersebut untuk menunjukkan kepribadian dan eksistensinya dengan cara yang berbeda.
 
Guru bisa memilih siswa yang paling nakal di kelas, memberikan tanggung jawab dan pekerjaan-pekerjaan non akademik yang harus diselesaikan kepada mereka. Guru akan melihat seberapa cepat mereka menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Dalam waktu sepersekian menit, guru bisa melihat bagaimana hasil pekerjaan mereka.siswa yang nakal juga bagian dari masa depan sumber daya manusia. Para guru dan orang tua harus lebih memahami kebenaran ini sebagai fakta untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan dan kemampuan dalam diri mereka sehingga setiap anak akan menjadi istimewa.
 
Siswa terlahir dengan potensi yang tak terbatas. Tugas guru adalah membantu mengembangkan potensi mereka dan membuat mereka layak di setiap bidang yang diminatinya. Setiap siswa mempunyai potensi yang luar biasa besar di dalam dirinya. Pekerjaan guru adalah terus menginspirasi siswa tersebut agar kreativitas mereka selalu berkembang. Selain itu untuk bisa menjadi guru yang konstruktif, dibutuhkan juga pemahaman spiritualitas yang cukup. Guru yang memilki  pemahaman spiritualitas yang baik, bukan hanya taat menjalankan ajaran agama tertentu, tetapi lebih dari itu. Mereka memahami bahwa tujuan beragama adalah menemukan siapa dirinya dan peran yang harus dimainkannya di alam semesta ini. Dengan kata lain, seorang guru yang memiliki spiritualitas baik, ibarat api yang mampu menjadi sumber cahaya dan mampu membakar semangat para siswanya.
 
Di titik inilah, guru tersebut dapat menjadi seorang provokator yang baik bagi siswanya. Dia bisa membangkitkan dan mendorong siswanya untuk selalu berpikir positif. Oleh karena itu, seorang guru harus senantiasa menyucikan dirinya dari pikiran dan perbuatan meyimpang yang bertentangan dengan norma serta nilai-nilai agama yang dianutnya. Akhirnya, energi murni yang positif selalu terpancar dari dirinya kepada siswanya.
 
Jika seorang guru kerap berpikiran negatif, maka pikiran tersebut mudah sekali beresonansi dan mempengaruhi siswanya dalam menyerap pelajaran dan mempengaruhi kondisi belajar di dalam kelas. Interaksi pertama yang dirasakan oleh siswa adalah energi potensial guru ketika masuk dalam ruang kelas. Bahkan sebelum  guru itu memasuki ruang kelas, isi pikiran guru sudah berada di ruang kelas. Itu karena pikian manusia adalah getaran energi yang mampu beresonansi dengan pikiran-pikiran lainnya.
 
Sebagai api yang mampu membakar semangat siswa-siswanya, seorang guru akan menciptakan perubahan atau transformasi dalam masyarakat. Sebelumnya guru harus mampu mentransformasikan dirinya sendiri karena ia tidak mungkin dapat mentransformasikan suatu generasi, sementara dirinya sendiri belum  dapat bertransformasi. Ia pun harus senantiasa memiliki semangat untuk memotivasi siswa-siswanya dan menjadi pembimbing yang mengarahkan api di dalam diri mereka ke arah yang konstruktif, seorang guru yang memiliki moralitas kurang baik tentunya akan memberikan dampak yang tidak baik pula bagi siswa-siswanya (Suyanto dan Asep Jihad: 2013). ***