Kadisbudpora Pelalawan H Zulkifli

Pembangunan Kawasan Bono Masih Empat Tahapan

Pembangunan Kawasan Bono Masih Empat Tahapan

Bertempat di Hotel Pangeran Pekanbaru, Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah menggelar Sosialisasi Masterplan Bono. Sosialisasi ini sendiri dibuka oleh Direktur Minat khusus Kemenparekraf RI, Akhyaruddin. Dalam sosialisasi yang dihadiri 50 orang peserta berasal dari pusat, provinsi dan Kabupaten Pelalawan sendiri.

"Dengan adanya Masterplan Bono maka ini akan menjadi landasan Induk Kebijakan Pemerintah soal pengembangan pembangunan di lokasi Bono. Pembangunan di kawasan Bono ini murni dari APBN yang anggarannya langsung ditangani oleh Kemenparekraf. Alhamdulillah, dengan  disosialisasikannya Masterplan ini akan jelas nantinya draft-draft pembangunan yang akan dilakukan di kawasan Bono," terang Kadisparbudpora Pelalawan H Zulkifli.

Zulkifli menjelaskan bahwa sosialisasi masterplan Bono yang akan menjadi landasan induk kebijakan pemerintah adalah dengan maksud untuk menyusun tahapan-tahapan pengembangan sesuai dengan rencana jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek pembangunan kawasan wisata Bono.
 
"Tujuannya sendiri yakni sebagai penyusunan dokumen bagi seluruh pemangku kepentingan atau stakeholder dalam pengerahan sumber daya terkait dengan pengembangan kawasan wisata Bono ini, di samping sebagai rencana pengembangan yang komprehensif, terpadu dan bertahap," ujarnya.
 
Dalam masterplan Bono sebagai landasan induk kebijakan pemerintah ini, tahapan pembangunan kawasan wisata Bono terbagi menjadi empat tahap. Tahap pertama yakni dimulai dari tahun 2014-2016 yang saat ini beberapa diantaranya telah menunjukkan realisasinya bukan dalam perencanaan lagi.

Tahap pertama yakni soal perencanaan infrastruktur pendukug kepariwisataan seperti jalan, jembatan, dermaga, terminal dan angkutan darat. Kemudian perencanaan infrastruktur untuk penunjang kepariwisataan seperti misalnya soal listrik, air bersih dan penataan lingkungan kawasan.

Kemudian tahap kedua akan dilanjutkan di tahun 2017-2020. Dalam tahap itu, titik berat pengembangan akan berada pada pengembangan home stay, losmen dan hotel di Teluk Meranti sebagai penunjang kepariwisataan Bono di daerah tersebut.
 
Selain itu, dalam tahap kedua ini akan dibangun juga jalan akses ke kawasan kegiatan wisata Bono yang memiliki luas mencapai 600 hektare. Dan untuk tahap kedua ini juga, pihaknya juga akan menambah menara-menara pengamat Bono.
 
Tahapan pembangunan kawasan wisata Bono di tahap ketiga ini akan dimulai di tahun 2021-2025. Di tahap ketiga ini, pembangunan kawasan wisata Bono akan difokuskan pada pematangan lahan fase I kawasan kegiatan wisata Bono yang memiliki luas 600 hektare itu.
 
Diantaranya yaitu pembuatan badan jalan kawasan priortas I dengan pematangan sub kawasan prioritas meliputi kawasan bumi perkemahan atau camping ground dan arena bermain atau playing ground.  

"Lalu pembangunan dermaga kawasan kegiatan pada sub kawasan prioritas itu sendiri," ujarnya.
Dan untuk tahapan pembangunan kawasan wisata Bono di tahap ke empat ini rencananya akan dimulai tahun 2026-2030. Dalam tahap terakhir ini, pembangunan kawasan wisata Bono akan menitikberatkan pada pembangunan hotel dan cottages, pembangunan public services dan pembangunan utilitas.

Sedangkan di tahun 2013, Kemenparekraf hanya membangun tower anjungan Bono untuk mengintai aktivitas gelombang Bono. Begitu juga pada tahun tersebut juga kemenparekraf akan mulai menghitung investasi di lokasi Bono seluas 600 Hektar, termasuk juga mengisi event-event tahunan yang digelar di Kawasan bono.

"Jadi nantinya dari Pusat, Provinsi dan Pelalawan saling melakukan koordinasi dan komunikasi untuk pengembangan kawasan wisata alam  Bono ini," tandasnya.

Masterplan ini menjadi sendiri akan menjadi landasan bahwa Wisata alam Bono sudah sangat menasional. Karena kini tak bisa dipungkiri jika wisata Bono sudah dikenal secara Nasional maupun Internasional.

"Harapan Kita tentunya pengembangan wisata Bono menjadi wisata alam andalan Riau di Tingkat Nasional dan go Internasional," tegasnya.

Diakuinya Zulkifli mengakui bahwa saat ini keeksotisan Bono telah dikenal di mancanegara. Bahkan beberapa waktu lalu, film Bono memperoleh juara III dalam lomba film dunia di Virginia US.

Bukan cuma itu, Bono pun telah masuk dalam liputan majalah lokal, "Jalan-Jalan", edisi September 2012, kontribusi dari fotografer Raiyani Muharramah dan majalah Perancis "Surf Session" Edisi September 2012, Kontribusi RIDDIM Production (Ugho Benghozi).
 
"Selain itu, film dokumenter tentang Bono yang dibuat oleh seorang wanita Perancis, "marjorie", yang pada beberapa waktu lalu telah datang dan membuat film bono, juga sudah ditayangkan di TV Escale, Perancis," katanya.

Dikatakannya, bahwa seiring dengan berjalannya waktu, maka saat ini makin banyak yang telah merasakan gelombang bono, dan semakin banyak pula media cetak dan elektronik yang mempromosikan bono sebagai satu gelombang sungai yang termasuk dalam 3 (tiga) terbesar di dunia sekaligus merupakan gelombang yang eksotis.
 
"Karena itu, dengan semakin dikenalnya bono, kita jelas harus merasa karena gelombang yang menurut orang luar negeri itu menakjubkan, kenyataannya ada di negeri kita. Dan jika kita bangga dengannya, seyogyanya kita sama-sama membangun dan menjaganya. Karena untuk skala nasional, gelombang ini baru hanya ada di Provinsi Riau, dan yang terbesar dan diminati adalah bono yang berada di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan," tutupnya.***