Mendag Perkirakan Niaga Elektronik Capai Rp1.908 Triliun di Tahun 2030

Rabu, 13 Oktober 2021 - 19:26 WIB
Mendag Muhammad Lutfi (Ist).

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA -  Pandemi Covid-19 menjadi momentum akselerasi transformasi ekonomi digital di Indonesia. Saat ini Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang besar, lebih 197 juta penduduk memiliki akses internet.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi  optimis, pertumbuhan ekonomi digital  akan terus tumbuh dan diperkirakan pada tahun 2030 niaga elektronik diprediksi menyumbang  33 persen atau sebesar Rp1.908 triliun. 

Mendag Lutfi dalam diskusi ekonomi virtual Gambir Trade Talk ke-3 bertema ‘Transformasi Ekonomi Digital: Kesiapan Indonesia’, menyebutkan, diukur dari gross merchandise value (GMV), potensi ekonomi digital Indonesia jauh melebihi negara-negara lain di kawasan ASEAN.

Pada 2020, ekonomi digital Indonesia berkontribusi sebesar empat persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Pada 2030 mendatang diyakini akan tumbuh setidaknya delapan kali lipat dan menjadi berkontribusi 18 persen terhadap PDB.

“Niaga elektronik (E-commerce) diperkirakan akan menguasai peta ekonomi digital Indonesia pada 2030 dengan kontribusi mencapai Rp1.908 triliun atau sekitar 33 persen," kata Mendag dalam rilis yang dikeluarkan Kemendag, Selasa (12/10/2021).

Sementara itu, kontribusi besar lainnya bagi ekonomi digital Indonesia akan bersumber dari business to business, termasuk rantai nilai dan logistik sebesar Rp763 triliun atau 13 persen, online travel Rp575 triliun atau 10 persen dan corporate services Rp529 triliun atau 9 persen.

Untuk mewujudkan transformasi dan akselerasi ekonomi digital Indonesia, Mendag menyebutkan, pemerintah sedang mempersiapkan cetak biru yang berfokus pada tiga hal.

Pertama, meningkatkan jumlah talenta digital baik di instansi pemerintah, pelaku usaha, dan kalangan akademisi.

Kedua, mengakselerasi investasi infrastruktur hingga pelosok Nusantara agar tidak ada kesenjangan digital.

Ketiga, memastikan regulasi dan kebijakan terkait ekonomi digital Indonesia bersifat adaptif, proaktif, dan kolaboratif, selain itu harus memfasilitasi inovasi dan memastikan adanya lingkungan bisnis yang adil dan inklusif.
Gambir Trade Talk diadakan oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kemendag. bertujuan memperoleh gambaran serta memahami arah pengembangan transformasi digital Indonesia dari perspektif pemerintah, pelaku usaha, dan investor.

Kepala BPPP Kemendag Kasan  menjelaskan, transformasi dan adaptasi teknologi digital adalah hal yang mutlak dan tidak dapat dihindari. Bahkan, transformasi ini harus segera diakselerasi dengan tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip kesetaraan dan inklusitivitas bagi seluruh warga negara Indonesia.

“Ekonomi digital telah meningkatan efisiensi sistem perekonomian global dan menawarkan solusi agar transaksi perekonomian tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19. Saat ini ekonomi digital merupakan salah satu komponen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Kasan.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan sebagai  narasumber menyebutkan peran pemerintah dalam akselerasi ekonomi digital Indonesia melalui regulasi.

Pemerintah telah menerbitkan beberapa landasan hukum untuk menciptakan iklim berusaha yang sehat, adil, dan bermanfaat. Seperti UU No. 7 Tahun 2014, Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2019 dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 50 Tahun 2020.

Wakil Ketua Badan Pengembangan Ekosistem Ekonomi Digital Kadin Pandu Adi Laras sebagai narasumber dalam diskusi tersebut mengatakan, Indonesia bukan hanya negara dengan pertumbuhan ekonomi digital terdepan di ASEAN, tetapi juga negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di ASEAN.

Anggota Komite Perdagangan Komoditi Digital Kadin dan Founder TaniHub Pamitra Wineka menyebutkan, pengembangan ekonomi digital di Indonesia memberikan banyak multiplier effect, seperti pembukaan lapangan kerja baru dan pemerataan kekayaan. 

Editor: Syafril Amir

Tags

Terkini

Terpopuler