Webinar Literasi Digital: Bijak Berkomentar di Ruang Digital

Kamis, 09 September 2021 - 22:28 WIB

RIAUMANDIRI.CO, DUMAI - Dr.rer.nat. Doni Yusri, SP., MM : “Dari pemanfaatan internet kita harus menjauhi konten pesan dan visual bermuatan pelecehan seksual, cerita dan aksi pornografi, permainan yang membuat kecanduan game online, maupun kekerasan yang ditampilkan lewat suguhan audio dan visual.”

Irfan Sophan Himawan, SE., Ak., MM : “Ucapan seseorang bisa cepat hilang, tetapi apa yang ditulis atau disebarkan melalui media sosial akan abadi dalam jejak digitalnya.” 

Jawalter Situmorang, M.Pd : “Harus sopan dan ucapkanlah salam ketika memulai dan mengakhiri Percakapan. Jangan menyebar capture percakapan privat ke area publik atau kepada orang Lain. Jangan pernah memberikan informasi pribadi apapun, seperti alamat rumah, nomor telepon dan lain-lain kepada orang yang belum anda kenal. Jangan pernah membawa SARA karena hal ini sangat sensitif dapat memicu perselisihan. Jangan pernah mengetik percakapan menggunakan HURUF BESAR, karena akan dianggap sebagai teriakan dan ungkapan marah. Harus Jujur, usahakan untuk menuliskan apapun dengan jujur (kecuali yang menyangkut privasi). Jangan pernah menggunakan kata-kata yang tidak senonoh (tidak sopan).”

Nugroho Noto Susanto, SIP : “Toleransi (menghargai perbedaan, pandangan dan keyakinan baru, serta menghargai orang lain tanpa membedakan suku, gender, penampilan, budaya, dan kepercayaan,). Empati (memahami perasaan orang lain). Kontrol diri (berpikir sebelum bertindak). Menghormati Orang lain. Peduli Sesama. Keadilan (memperlakukan orang lain dengan baik, tidak memihak, dan adil). Hidup Berdampingan Dengan Menghormati perbedaan.”

Doni Koil (KOL) : “Semua orang lebih bebas bersuara di ruang digital dan berekspresi di media sosial. Memposting segala sesuatu yang positif. Selalu waspada dengan konten negatif.”

Kegiatan webinar literasi digital pada hari Kamis, 09 September 2021, pukul 14.00 WIB, dengan tema “Bijak Berkomentar Di Ruang Digital” dibuka oleh moderator Ayu irti Batul Qolby. Moderator memberikan reminding untuk para hadirin dalam 10 menit sebelum acara dimulai. Kemudian, moderator membuka rangkaian kegiatan webinar ini dengan mengucap salam, berdoa dan membawakan tagline Salam Literasi Digital Indonesia Makin Cakap Digital. Moderator juga tidak lupa untuk mengingatkan para peserta untuk terus menjaga protokol kesehatan, mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan.  Acara pertama dimulai dengan memutarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. 

Kemudian, moderator mempersilahkan Dirjen Aptika KEMKOMINFO, bapak Samuel A. Pangerapan untuk memberikan sambutan. Kemudian, moderator memperkenalkan Key Opinion Leader yaitu @donikoil, beliau adalah seorang Owner @goodstarinc. Media digital bisa digunakan untuk sehari-hari. Membawa calon-calon pembeli ke marketplace kita. r

Kemudian, moderator membacakan tata tertib dalam kegiatan webinar ini. Setelah itu, moderator memperkenalkan narasumber pertama, bapak Dr.rer.nat. Doni Yusri, SP., MM Beliau menyampaikan materi tentang Jaga Bersama Ruang Digital Kita, Dari internet kita bisa mendapatkan hiburan menarik dan menambah wawasan, mencari berbagai informasi penting, gambar yang mendidik dan menghibur, musik-musik pelipur lara dan menambah keceriaan, pelajaran yang berharga serta memberi banyak input untuk menguatkan pengetahuan serta memperkaya pengalaman.

Dari pemanfaatan internet kita harus menjauhi konten pesan dan visual bermuatan pelecehan seksual, cerita dan aksi pornografi, permainan yang membuat kecanduan game online, maupun kekerasan yang ditampilkan lewat suguhan audio dan visual.

Gunakan saluran resmi belajar online. Cukup tahu tapi jangan “memberi tahu”. Jaga dan rawat gawai dan perangkat computer yang dimiliki. Cukup kuota dan jaringan baik. Melakukan Klarifikasi Kritis dan objektif dengan pesan dan berita Tahu Siapa dan Motivasi meneruskan berita Selektif/Jangan mudah terpapar Objektif dalam penilaian Kebencian dan kecintaan tidak berlebihan Bersikap adil.

Kemudian, setelah narasumber pertama menyampaikan materinya, moderator memperkenalkan narasumber kedua yaitu bapak Irfan Sophan Himawan, SE., Ak., MM Beliau menyampaikan materi tentang Digital safety, Komputer yang berada dalam telepon genggam saat ini 1 juta kali lebih murah 1000 kali lebih canggih dibandingkan komputer pertama MIT di tahun 1965.

Tanpa disadari, kita lebih banyak menggunakan internet, dibanding berkomunikasi secara langsung, karena kita menganggapnya lebih efektif dan efisien. Di 2021, Hampir 73,7 % penduduk di Indonesia sudah terkoneksi dengan jaringan internet. Kita berkomunikasi di dunia digital sama halnya seperti kita berkomunikasi di dunia nyata. Namun, Internet hadir bagai pisau bermata 2 yaitu dapat memberikan manfaat positif sekaligus memberikan dampak negatif sehingga diperlukan pengetahuan (skills), wawasan digital safety, ethics, dsb. 

Hindari penyebaran data-data pribadi, seperti alamat rumah, rekening ATM, atau nomor handphone di internet. Buatlah password yang kuat untuk tiap akun media sosialmu. Jangan post sesuatu yang sifatnya terlalu personal – unggah hal positif. Gunakan layanan pelindung data pada device kesayanganmu. Gunakan aplikasi penghapus postingan media sosial mulai dari foto atau video, likes, komentar.

OTP merupakan password yang dapat memvalidasi upaya masuk ke dalam akun atau untuk melakukan hanya sebanyak satu kali. OTP bertujuan menghindari kelemahan yang dimiliki oleh sistem autentikasi berbasis password statis. Autentikasi dua faktor (2FA) merupakan lapisan keamanan tambahan yang dirancang untuk memastikan bahwa Anda satu-satunya orang yang dapat mengakses akun, meskipun seseorang mengetahui kata sandi Anda.

“Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi; hak ini mencakup kebebasan untuk berpendapat tanpa intervensi dan untuk mencari, menerima dan berbagi informasi dan ide melalui media apapun dan tanpa memandang batas negara”. (Pasal 19, Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia, 1948. Menerima dan berbagi informasi dan ide dalam segala jenisnya, mencakup hak untuk berbagi atau mengekspresikan informasi dan ide, serta hak untuk mengakses informasi“ (Masyarakat Hak-hak Asasi Manusia Internasional/International Kebebasan berekspresi, yang mencakup hak untuk ‘mencari.

 

Saat ini hampir semua perusahaan tidak hanya melihat kriteria pelamar kerja dari dokumen CV saja. Akan tetapi, perusahaan juga melihat rekam jejak digital pelamar melalui akun media sosial yang sudah dicantumkan pada CV pelamar. Pencemaran nama baik tidak hanya terjadi di dunia nyata saja, tapi seseorang juga bisa mencoreng nama baik di dunia maya. Masih banyak pengguna internet yang kurang menyadari bahwa jejak digital yang ditinggalkan bisa merugikan diri sendiri. Misalnya saja, menggunggah data pribadi dalam bentuk foto atau video seperti KTP atau SIM dan juga biodata. Banyak terjadi pencurian perbankan :  pembobolan rekening, transaksi kartu kredit dengan jumlah jutaan tanpa disadari nasabah dan lainnya - oknum akan melakukan pencurian perbankan tersebut dengan mengandalkan data-data pribadi yang terekam ruang digital. 

Ucapan seseorang bisa cepat hilang, tetapi apa yang ditulis atau disebarkan melalui media sosial akan abadi dalam jejak digitalnya.

Setelah itu, moderator beralih kepada narasumber ketiga yaitu bapak Jawalter Situmorang, M.Pd Beliau menyampaikan materi tentang Etika Digital Dalam Pakem, Revolusi industri 4.0 mendorong penggunaan teknologi digital dengan sangat pesat. Dari data APJII 2019 mayoritas pengguna teknologi informasi adalah usia muda (10-14 tahun & 15-19 tahun) , pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pemanfaatan teknologi digital cenderung masih bersifat hiburan (entertainment. Dampak penggunaan teknologi digital pada bidang pendidikan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran yang menarik. Penggunaan teknologi digital digunakan dengan menerapkan etika digital secara nyata.

Kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiket) dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan untuk menciptakan dan memberlakukan aturan dan tata krama di internet. Kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia Sesungguhnya.

Harus sopan dan ucapkanlah salam ketika memulai dan mengakhiri Percakapan. Jangan menyebar capture percakapan privat ke area publik atau kepada orang Lain. Jangan pernah memberikan informasi pribadi apapun, seperti alamat rumah, nomor telepon dan lain-lain kepada orang yang belum anda kenal. Jangan pernah membawa SARA karena hal ini sangat sensitif dapat memicu perselisihan. Jangan pernah mengetik percakapan menggunakan HURUF BESAR, karena akan dianggap sebagai teriakan dan ungkapan marah. Harus Jujur, usahakan untuk menuliskan apapun dengan jujur (kecuali yang menyangkut privasi). Jangan pernah menggunakan kata-kata yang tidak senonoh (tidak sopan).

Adanya prakarsa siswa dalam kegiatan belajar, yang ditunjukkan melalui keberanian memberikan pendapat tanpa diminta dan kesediaan mencari alat dan sumber belajar. Peranan guru sebagai fasilitator, pemantau, dan pemberi balikan lebih bersifat ulur tangan daripada urun tangan. Kekayaan variasi metode dan media dalam proses pembelajaran akan memberikan peluang variasi bentuk dan alat dalam proses belajar mengajar. Keterlibatan mental siswa dalam proses belajar mengajar yang berlangsung sehingga emosi siswa bisa tergugah secara sadar. Siswa belajar dengan pengalaman langsung baik yang terkait dengan ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. 

Kemudian, moderator mempersilahkan narasumber terakhir untuk menyampaikan mateirnya dari bapak Nugroho Noto Susanto, SIP Beliau menyampaikan materi tentang Budaya Multikultural Di Ruang Digital, Menurut Infid, “Delapan dari 10 warga Indonesia mempersepsi adanya kenaikan ketimpangan sosial yang merata di seluruh wilayah Indonesia selama 2016-2017”. Survei Ketimpangan Sosial oleh Infid dilaksanakan pada Agustus-Oktober 2017 di 34 provinsi. Dari total 2,250 orang responden, 84% diantaranya mempersepsikan adanya ketimpangan.  Ada 10 ranah yang disebut sebagai sumber ketimpangan sosial di Indonesia oleh Infid, yaitu, penghasilan (71,1%), lalu pekerjaan (62,6%), rumah/tempat tinggal (61,2%), harta benda (59,4%), serta kesejahteraan keluarga (56,6%), pendidikan (54%), lingkungan tempat tinggal (52%), terlibat dalam politik (48%), hukum (45%), serta kesehatan (42,3%). (http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42989531). 

Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, dalam sebuah kesempatan, Ia  mengatakan, “ketimpangan ekonomi di Indonesia masih cukup tinggi. 4 orang terkaya Indonesia setara bahkan lebih dari 100 juta kekayaan penduduk miskin. Kepemilikan lahan perkebunan dan pertambangan dikuasai segilintir kelompok pengusaha dan dikuasai asing dan konglomerat CPOnya. (https://www.merdeka.com/uang/ketimpangan-ekonomi-harta-4-orang-terkaya-ri-setara-milik-100-juta-penduduk-miskin.html). 

Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) menyusun Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca). Kegiatan literasi dipengaruhi beberapa faktor yakni kecakapan, akses, alternatif, dan budaya. Kategori Indeks Alibaca terbagi atas lima kategori, yakni sangat rendah (0-20,00), rendah (20,01-40,00), sedang (40,01-60,00), tinggi (60,01-80,00), dan sangat tinggi (80,01-100). Indeks Alibaca menunjukkan (2019), hanya sembilan provinsi yang masuk dalam kategori sedang, 24 provinsi berkategori rendah, dan satu provinsi termasuk sangat rendah. Rata-rata indeks Alibaca nasional berada di titik 37,32% yang tergolong rendah.

Belum semua sekolah di Indonesia memiliki perpustakaan sendiri. Padahal, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 mewajibkan setiap sekolah memiliki perpustakaan. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan di Indonesia yang kuantitas sekolahnya terbanyak, tapi kesenjangan terhadap kepemilikan perpustakaan juga yang terdalam. Hanya terdapat 66,14% perpustakaan dari total 148.673 sekolah. Provinsi dengan kepemilikan perpustakaan SD terendah adalah Papua sebesar 31%. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan jumlah perpustakaan terendah berada di Maluku Utara sebesar 58,7%. Jumlah perpustakaan paling sedikit dari Sekolah Menengah Atas (SMA) terletak di Maluku Utara dengan kepemilikan 69,2%. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan jumlah perpustakaan terminim terletak di Nusa Tenggara Barat, hanya 53%.

Toleransi (menghargai perbedaan, pandangan dan keyakinan baru, serta menghargai orang lain tanpa membedakan suku, gender, penampilan, budaya, dan kepercayaan,). Empati (memahami perasaan orang lain). Kontrol diri (berpikir sebelum bertindak). Menghormati Orang lain. Peduli Sesama. Keadilan (memperlakukan orang lain dengan baik, tidak memihak, dan adil). Hidup Berdampingan Dengan Menghormati perbedaan. 

Setelah sesi pemaparan materi selesai, moderator beralih ke sesi tanya jawab antara penanya dan narasumber. Ada empat penanya yang sudah terpilih dan berhak mendapatkan e-money sebesar Rp. 100.000,-

  1. Ardi Putra memberikan pertanyaan kepada bapak Dr.rer.nat. Doni Yusri, SP., MM

Q : apakah memiliki skill pada bidang digital (seperti videografi, coding, dan skill digital lainnya) merupakan sebuah hal mendasar yang harus dimiliki setiap individu ? dan apakah akan sulit mendapat pekerjaan apabila kita tidak memiliki skill digital yang cukup di masa yang akan datang ?

A : Ada beberapa sector tertentu yang membutuhkan. Mau tidak mau kita harus memenuhi. Yang perlu kita pahami adalah kontennya, kita harus mampu menciptakan konten-konten yang positif.

 

  1. Kayla Hayati memberikan pertanyaan kepada bapak Irfan Sophan Himawan, SE., Ak., MM

Q : hal-hal dasar apa ajasih yang perlu di edukasikan ke anak sebelum menggunakan sosial media?

A : Edukasi dan literasi ini akan semakin menjadi hal yang sangat penting. Kemampuan dalam membuat konten yang menarik. Menjadikan ruang digital dengan produktif. 

 

  1. Dewa Hutagalung memberikan pertanyaan kepada bapak Jawalter Situmorang, M.Pd

Q : Bagaimana caranya untuk bijak dalam berekpresi di era digital?

A : Bahwa kita harus mampu berekspresi dengan baik. Jangan semua informasi di tealn mentah-mentah. Kita harus bisa memilah informasi dengan baik. 

 

  1. Yose Rizal memberikan pertanyaan kepada bapak Nugroho Noto Susanto, SIP

Q : Sebagai generasi milineal langkah terbaik apa yang bisa kita persiapkan agar kita bisa mengoptimalkan potensi diri dan bisa terhindar dari budaya-budaya negatif (seperti intoleran dll) yang tidak sesuai dengan norma atau budaya yang selama ini sudah berlaku di indonesia?

A : Ada tantangan dalam kaum milenial. Perkuat bacaan mumpung masih sekolah. Manfaatkan memperkuat literasi. 

Setelah sesi tanya jawab selesai, moderator kembali menyapa Key Opinion Leader, @donikoil. Menurut beliau, cek ulang berita yang meragukan. Semua orang lebih bebas bersuara di ruang digital dan berekspresi di media sosial. Memposting segala sesuatu yang positif. Selalu waspada dengan konten negatif. Media social inikan alat yang bisa kita gunakan dan manfaatkan kearah yang positif dan bermanfaat. Kita juga harus menciptakan content yang sangat bermanfaat untuk masyarakat. Kemudian, setelah rangkaian acara selesai, moderator menutup webinar ini dengan mengucapkan salam, mengucapkan terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital. 

Editor: M Ihsan Yurin

Tags

Terkini

Terpopuler