Mulyanto: Saatnya Genjot Vaksin Domestik Agar tak Tergantung Impor

Senin, 02 Agustus 2021 - 18:58 WIB
Mulyanto (Ist)

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Wacana vaksin dosis ketiga semakin santer menyusul studi para peneliti China yang menemukan fakta bahwa tingkat kekebalan vaksin mengalami penurunan setelah enam bulan disuntikan. Sementara pemerintah Indonesia mencanangkan vaksin Moderna sebagai booster dosis ketiga untuk tenaga kesehatan.

Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Fraksi PKS DPR Mulyanto menilai bahwa saatnya Indonesia menggenjot pengembangan vaksin domestik, agar tidak tergantung pada vaksin impor.  Apalagi kalau vaksinasi Covid-19 ini diperlukan pengulangan secara regular dalam beberapa tahun sekali. Dengan demikian, kebutuhan vaksin ke depan akan lebih banyak.

"Karena itu, pemerintah harus pintar menggunakan anggaran agar semua kebutuhan terpenuhi dengan baik," kata Mulyanto," dalam keterang tertulisnya, Senin (2/8/2021).

Mulyanto melihat antusiasme warga terhadap vaksinasi ini cukup tinggi.  Beberapa kepala daerah mengeluh kehabisan vaksin. Sementara neraca vaksin dan stok yang ada di BUMN Bio farma relative tipis untuk menyangga target 1 juta, bahkan 5 juta dosis per hari. 

“Jadi memang, selayaknya pemerintah menggenjot pengembangan Vaksin Merah Putih dengan memenuhi kebutuhan sumber daya dan sarana riset yang diperlukan, termasuk untuk uji klinis dan produksi massalnya," jelas Mulyanto.

Menurut mantan Sekretaris Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) era Presiden Susilo Bambang Yudhoyobo (SBY) itu, para peneliti vaksin di Indonesia mampu berinovasi untuk itu.

Tim LBM Eijkman dan Tim Universitas Airlangga di bawah koordinasi Konsorsium Riset Covid-19, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah dua lembaga yang memperlihatkan kinerja terdepan.

Mulyanto menilai, penggunaan vaksin Merah Putih menjadi penting dan mendesak sebagai upaya membangun keunggulan SDM dan kemandirian inovasi domestik, selain juga agar Indonesia tidak sekedar menjadi pasar bisnis vaksin semata. 

Mulyanto menyayangkan bila anggaran dari utang yang terbatas ini terkuras habis ratusan triliun untuk membeli puluhan juta dosis vaksin impor.

"Sayangnya, pemerintah terkesan adem-adem saja dan membiarkan riset vaksin Merah Putih ini berjalan bisnis as usual. Bahkan terkesan masih maju-mundur," kata Wakil Ketua FPKS DPR RI Bidang Industri dan Pembangunan itu.

Saat ini Indonesia memiliki 11 platform riset vaksin Merah Putih yang dijalankan oleh 6 lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi, yakni LBM Eijkman, LIPI, UI, ITB, Unair, dan UGM. 

Yang tercepat, LBM Eijkman menjadwakan uji klinis tahap 1-3 bersama BUMN Bio Farma pada buan Juli-Desember 2021 dan target memperoleh izin BPOM dan diproduksi massal pada bulan Januari 2022. 

Namun karena kondisi infrastruktur produksi vaksin BUMN Bio Farma hanya dapat memproduksi vaksin berbasis protein rekombinan ragi maka produksi massal vaksin ini diperkirakan paling cepat September 2022.

Editor: Redaksi

Tags

Terkini

Terpopuler