BBKSDA Riau Turunkan Tim Tangkap Harimau Liar di Inhil

Jumat, 05 Januari 2018 - 18:35 WIB
Plt Kepala BBKSD Riau Haryono, didampingi Kabid Wilayah II KSDA Riau, Hutomo, dan Perwakilan PT THIP, Dani Murtopo, di Kantor BBKSDA Riau (Foto: RMC/Dodi)
RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menurunkan tim untuk menangkap harimau liar yang masih berkeliaran di perkebunan sawit di Desa Simpang Kanan, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir.
 
Harimau yang masih ditelurusi tim sejak 3 Januari 2018 itu, sebelumnya menyerang 3 karyawati harian PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP), di mana salah satunya meninggal karena diterkam. Hewan ini juga disebut sudah mulai menampakkan diri sejak pertengahan Desember 2016 silam.
 
Dikatakan Plt Kepala BBKSDA Riau, Haryono, selain menyiapkan perangkap, pihaknya juga menyediakan satu ekor kambing jantan sebagai umpan. Kambing ini disebut paling ampuh memancing karena mudah tercium harimau dari jarak jauh.
 
"Kambing jantan dari jarak berkilo-kilo meter tercium oleh harimau, sudah disiapkan di lokasi," ungkap Haryono didampingi Kabid Wilayah II KSDA Riau, Hutomo, Jumat (5/1).
 
Jika harimau ini tertangkap, sebut Haryono, akan ditranslokasi atau dievakuasi. Nantinya akan dipindahkan ke kawasan konservasi yang ada, dan tentunya dipelajari terlebih dahulu tempat yang cocok agar tidak menimbulkan konflik dengan harimau penunggu konservasi lainnya.
 
Opsi evakuasi ini dimaksud menghindari konflik dengan manusia. Apalagi, harimau itu sudah sering kelihatan mulai dari Desember 2016, awal Januari 2017, pertengahan Mei 2017 dan terakhir 3 Januari 2018 yang berujung jatuhnya korban jiwa.
 
Menurut Haryono, pihaknya juga mempelajari apakah kawasan munculnya harimau itu menjadi habitat baru, setelah hewan ini keluar dari kawasan konservasi Suaka Margasatwa Kerumutan. Pasalnya, harimau ini diduga tidak hanya satu ekor berdasarkan pengamatan melalui pemasangan kamera intai.
 
Haryono menyebut, ada beberapa individu harimau yang terekam. Itu erdasarkan dari jejak dan kotoran yang selama ini dijumpai, memang terdapat perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
 
"Bahkan berdasarkan laporan warga, ada 3 ekor harimau dewasa dan 1 anak. Bisa jadi ini satu keluarga," ujar Haryono.
 
Dengan gambaran ini dan jika terbukti nantinya, apalagi tim berkesimpulan di lokasi itu adalah kampungnya har‎imau, apakah ada opsi lain di mana nantinya masyarakat dipindahkan dan dilarang aktivitas berkebun di lokasi dimaksud.
 
Terkait ini, Haryono belum mau menyimpulkan lebih jauh. Menurutnya, tim masih bekerja mempelajari pola gerak harimau ini dengan meminta juga rekaman kamera yang dipasang perusahaan di sana.
 
"Saya kira masyarakat dipindahkan ‎itu opsi jauh ke depannya, tapi ini tim masih di lapangan memastikan berapa jumlah harimau di sana," sebut Haryono.
 
Kembali ke proses penangkapan, Haryono menambahkan, perlu dilakukan hati-hati karena yang dihadapi adalah harimau. Di samping itu, perlu dilakukan penangkapan sesuai prosedur yang diatur internasional tentang hewan dilindungi.
 
Haryono menerangkan, harimau menyerang manusia hingga memakan korban jiwa, baru pertama kali terjadi di lokasi tersebut, meski keberadaan hewan belang itu sering muncul. Masyarakat juga melaporkan gerak-geriknya diintai ketika beraktivitas.
 
"Ada laporan warga yang menyebut ketika mencuci, harimaunya ada di depan," papar Haryono, 
 
‎Sementara perwakilan PT THIP, Dani Murtopo menyatakan, perusahaannya sudah beroperasi sejak tahun 1998. Dia juga menyatakan lokasi operasi jauh dari kawasan konservasi Kerumutan karena dibatasi perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI).
 
"Dan sejak beroperasi, baru kali ini kejadian penyerangan terhadap manusia, meski keberadaan harimau itu dilaporkan sejak Desember 2016," kata Dani.
 
Untuk menghindari korban berikutnya, Dani menyebut, perusahaan sudah mengosongkan lokasi penyerangan dari karyawan. Di samping itu juga dilakukan himbauan kepada masyarakat sekitar supaya berhati-hati dalam beraktivitas.
 
"Sejak penampakan pertama sudah disebarkan himbauan dan plang yang meminta masyarakat berhati-hati," kata Dani.
 
Dani juga mengaku sudah lama memasang plang imbauan serta surat edaran ke lokasi-lokasi yang pernah dilintasi harimau. "Sudah dipasang sejak harimau ini pertama terlihat pada Desember 2016," ujar Dani.
 
"Sejak tahun 1998, baru ini kejadian harimau menyerang. Harimau ini juga baru kelihatan pada Desember 2016, logika kami harimau muncul karena adanya panen," sebut Dani.
 
Sebelumnya, karyawati harian perusahaan tersebut diserang ketika berpapasan dengan harimau di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni Estate. Meski sudah memanjat sawit, Jumiati tak selamat setelah harimau ikut memanjat dan menerkamnya ketika jatuh.
 
Reporter: Dodi Ferdian
Editor: Nandra F Piliang

Editor:

Terkini

Terpopuler