Padangpariaman Daerah Kantong Kusta Terbanyak

Kamis, 29 Januari 2015 - 20:26 WIB
ilustrasi

Padang (HR)-Dinas Kesehatan  Sumatera Barat  mencatat Kabupaten Padangpariaman sebagai daerah kantong kusta terbanyak dari 19 Kabupaten/Kota di Sumbar.
"Padangpariaman menempati peringkat pertama sebagai wilayah endemik terbanyak setelah Kabupaten Pasaman. Ada 33 kasus kusta pada 2014 di Padang Pariaman, pervalensinya sekitar 5 kasus per 100.000 penduduk," kata Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Rosnini Syafitri di Padang, baru-baru ini.
Ia menjelaskan, pada 2014 Sumbar tercatat memiliki prevelensi kusta masih sebesar 0,2 kasus/10 ribu penduduk. Dengan empat kabupaten/kota sebagai daerah kantong kusta, yakni Padangpariaman, Pasaman, Agam dan Kota Padang.
Total keseluruhan kasus pada 2014 pada empat kabupaten/kota kantung kusta tersebut sebanyak 70 kasus. Dimana Kabupaten Padangpariaman menjadi penyumbang persentase terbesar, yakni sebanyak 33 persen.
Banyaknya angka kasus kusta di Padangpariaman, menurut Rosnini terjadi karena sikap ketidak pedulian masyarakat akan lingkungan bersih. Terpantau, banyak rumah warga yang tidak memiliki sanitasi baik, serta rendahnya kesadaran warga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.
Ia melanjutkan, kusta adalah penyakit yang tidak bisa dianggap enteng. Pasalnya gejala dini kusta terlihat seperti gejala kulit pada umumnya, sehingga penderita tidak mudah mengetahui dirinya terjangkit atau tidak.
Akibat minimnya pengetahuan akan gejala penyakit kusta, ditambah rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya ke puskesmas, seringkali penyakit kusta ditemukan terlambat dan sudah dalam keadaan cacat yang terlihat.
Mekanisme penularan kusta, tambahnya, terjadi karena adanya kontak erat yang lama dengan penderita kusta, bahkan faktor genetik bisa berperan dalam penularan.
Ia mengatakan, manifestasi klinis kusta sangat beragam, terlihat jelas pada kulit dengan tanda bercak putih atau kemerahan disertai mati rasa, selanjutnya terjadi penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf, dan terdapat kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit.
"Ini mengharuskan seluruh elemen masyarakat agar peka dalam mencegah dan mengobati kusta, tentu saja saya akan selalu memantau kinerja tenaga kesehatan, agar memaksimalkan pemantauan mereka," katanya.
Rosnini mengatakan, walaupun tergolong penyakit menular, kusta merupakan penyakit yang tidak mudah menular, karena diperlukan kontak erat secara terus menerus dan dalam waktu yang lama dengan penderita. Penyakit kusta dapat disembuhkan tanpa cacat bila penderita ditemukan dan diobati secara dini.
Ia menekankan, dengan pengobatan yang baik dan rutin kusta dapat disembuhkan dan dicegah penularannya lebih lanjut. Berdasarkan penelitian Dinkes, pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dari wanita, bahkan kelompok yang paling rentan terkena berada di daerah endemik.
"Kondisi yang buruk seperti tidak adanya sanitasi yang baik, air yang tidak bersih, atau tempat tidur yang tidak memadai, merupakan media yang beresiko tinggi penyebab penyakit kusta," katanya.
Ia menginformasikan bahwa pemerintah telah menggratiskan obat kusta di puskesmas, sehingga masyarakat dapat segera mendapatkan pengobatan untuk mencegah timbulnya kecacatan permanen. (ant/ivi)

Editor:

Terkini

Terpopuler