Zidane dari Galacticos Hingga Pelatih Madrid

Rabu, 06 Januari 2016 - 09:47 WIB
Zinedine Zidane

Madrid (HR)-Bagi Real Madrid, Zinedine Zidane lebih dari sekadar legenda hidup. Zidane adalah bukti hidup dari falsafah yang dipegang oleh Madrid, falsafah yang diwujudkan oleh Florentino Perez.

Kata "Real" atau "Royal" yang mendahului kata "Madrid" sesungguhnya sudah menggambarkan karakter dan identitas Madrid sesungguhnya. Ditambah lagi dengan mahkota di emblem mereka. Sedari awal, Madrid sudah mengidentikkan diri mereka dengan bangsawan.

Jika melihat dari hasil di lapangan, layaklah Madrid menyebut diri mereka "bangsawan" di kalangan klub sepakbola. Sepuluh gelar juara Liga Champions dan 32 gelar juara La Liga sudah cukup untuk membuat mereka menepuk dada dengan bangga.

"Kebangsawanan" mereka lantas dipertegas dengan kebiasaan mengoleksi pemain-pemain bintang. Mulai dari Alfredo di Stefano dan Ferenc Puskas, hingga ke zaman Jorge Valdano dan Hugo Sanchez, lalu sampai ke era 'Galacticos'.

'Galacticos' adalah perumpamaan untuk menggambarkan pemain-pemain bintang yang seolah-olah datang dari jagat lain. Ketika Florentino Perez pertama kali menjabat sebagai presiden pada 2000, dimulailah kebijakan untuk menggaet setidaknya satu mega-bintang dalam satu musim.

Pemain-pemain bintang itu kemudian dipadukan dengan bintang-bintang lama yang sudah ada di klub. Maka, dalam benak Perez, jadilah Madrid klub maha-dahsyat.

Zidane adalah salah satu 'Galactico' pertama yang didatangkan Madrid. Ia datang semusim setelah Madrid menggaet Luis Figo dari Barcelona.

Pada era yang sama, Madrid kemudian menggaet Ronaldo dan David Beckham. Ini membuat lini tengah dan lini depan mereka menjadi salah satu yang termewah di Eropa --kalau bukan di dunia.

Zidane hanya bermain lima musim untuk Madrid. Namun, itu
 sudah cukup untuk membuatnya menjadi legenda hidup di Santiago Bernabeu. Sentuhan bolanya, hingga liukannya yang tak ganas namun indah, sudah cukup terpatri di benak pendukung Madrid. Belum lagi golnya ke gawang Bayer Leverkusen ketika Madrid menjuarai Liga Champions 2002.

Sepanjang lima musim berkostum Madrid, Zidane mempersembahkan satu trofi La Liga, dua trofi Piala Super Spanyol, satu trofi Liga Champions, satu trofi Piala Super UEFA, dan satu trofi Piala Interkontinental.

Era 'Galacticos' pertama Madrid memang tidak berakhir indah. Selain minim trofi, era pertama 'Galacticos' sempat dibumbui isu perpecahan di ruang ganti (menghadirkan istilah 'Zidanes y Pavones', untuk menggambarkan pemain bintang dan semenjana). Sejumlah pemain yang dibeli setelahnya juga gagal bersinar, sampai kemudian Perez meninggalkan Madrid.

Kendati demikian, Zidane tetaplah Zidane. Ia dianggap sebagai orang yang tahu luar dan dalam-nya Madrid. Mengakhiri kariernya sebagai pemain di Madrid, ia lantas mendedikasikan kariernya pascapensiun untuk Madrid. Bahkan, anak-anaknya pun menjadi anggota tim junior Madrid.

Sempat menjabat sebagai asisten pelatih untuk Carlo Ancelotti, dan menjadi pelatih Real Madrid Castilla, Zidane kini resmi menjadi pelatih tim utama. Perez, yang kini menjadi Presiden Madrid lagi, memberinya ucapan selamat.

"Zinedine, ini adalah stadionmu. Ini adalah klubmu. Kamu mendapatkan dukungan penuh dari kami semua. Mulai saat ini, Zidane adalah manajer Real Madrid," kata Perez. (dtc/pep)

Editor:

Terkini

Terpopuler