BI Upayakan Penguatan Likuiditas Rupiah

Kamis, 19 November 2015 - 12:37 WIB
Pertahankan Suku Bunga Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (tengah) bersama Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara (kiri) dan Deputi Gubernur Ronald Waas (kanan) memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubenur di Gedung Bank Indonesia, Jakart

PEKANBARU (HR)-Bank Indonesia terus lakukan penguatan terhadap likuiditas rupiah, seiringan dengan masih lemahnya nilai tukar rupiah hingga triwulan III.

Langkah penguatan yang dilakukan yakni melalui operasi pasar terbuka. Apalagi dalam waktu yang  tidak lama lagi berada Indonesia akan menghadapi era Economic Asean Community tepatnya di penghujung tahun 2015.

Demikian disampaikan Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia provinsi Riau, Irwan Mulawarman, Rabu (18/11). Dikatakannya, bahwa penguatan yang dilakukan BI terhadap nilai tukar rupiah, salah satunya dengan melakukan operasi pasar. Dimana sebelumnya mengalami tekanan depresiasi pada tiga bulan terakhir.

"Saat ini nilai tukar rupiah menguat setelah mengalami tekanan depresi, kondisi ini tentu memberikan kontraksi cenderung membaik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,54 persen,"ujar Irwan.

Dijelaskannya, perbaikan ekonomi searah dengan perbaikan ekonomi nasional dan Sumatera. Secara sektoral pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan III disumbang oleh sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi. Kondisi ini sejalan dengan data lifting minyak bumi di Riau dar ESDM yang menunjukkan perbaikan.

Disisi lain, sektor pertanian tercatat mengalami kontraksi yang lebih besar yakni dari kontraksi 5,56 % pada TW II menjadi kontraksi 9,37 %. Sementara pada TW III terjadi gangguan karena kondisi asap, keba-karan hutan dan pergeseran musim tanam,"jelasnya.

Irwan juga menuturkan bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi Riau di tahun 2016 akan terjadi perubahan yang tidak terlalu signifikan, karena banyak permasalahan yang belum selesai, seperti, masih belum jelasnya RTRW Riau, masih rendahnya serapan APBD terutama belanja modal, perlunya pengembangan sektor alternative selain sektor unggulan, yakni, sektor pariwisata.

Untuk itu, perlunya dilakukan pengembangan hilirisasi di sektor perkebunan sawit, serta perlunya dilakukan perbaikan infrastruktur jalan, jembatan dan pelabuhan untuk meningkatkan kelancaran distribusi barang dan jasa,"pungkasnya.***

Editor:

Terkini

Terpopuler