El Nino, Bocah Lelaki yang Bikin Heboh

Ahad, 25 Oktober 2015 - 10:17 WIB
Danau di Jatiasih kering kerontang karena kemarau panjang.

Gagal panen, kebakaran properti di permukiman, kebakaran hutan dan lahan gambut yang memicu bencana kabut asap, dan krisis air bersih yang ditandai dengan mengeringnya sumur di rumah kita, adalah efek dari kemarau panjang tahun ini. Kemarau yang lebih panjang dari biasanya ini dipicu oleh El Nino.

El Nino berasal dari   bahasa Spanyol yang artinya bocah lelaki. Istilah ini adalah ciptaan nelayan Amerika Selatan pada tahun 1600-an, yang maknanya adalah fenomena menghangatnya suhu muka laut di Pasifik bagian tengah hingga timur di sekitar khatulistiwa yang tidak lazim. Untuk El Nino tahun ini ditandai dengan menghangatnya suhu muka laut secara periodik di Samudera Pasifik daerah ekuator, menyebabkan terjadinya hujan sangat deras di benua Amerika bagian utara. Sebaliknya, di barat Samudera Pasifik cenderung panas terik, cuaca kering dan mengalami kekeringan berkepanjangan seperti di Australia, Indonesia dan beberapa bagian India.  

BMKG awalnya merilis bahwa El Nino tahun ini berskala moderat. Namun Juli lalu, BMKG memperbarui peringatannya dengan menyebut bahwa El Nino berpotensi menguat.
Hasil riset prakirawan cuaca dari AS, Jepang dan Australia, bahkan menyebutkan El Nino tahun ini adalah yang terkuat sepanjang sejarah,  memecahkan rekor El Nino 1997-1998. Bahkan mereka menjuluki  dengan nama "Godzilla El Nino".
Anomali cuaca ini jelas berdampak kurang menguntungkan bagi masyarakat. Yang paling masif saat ini adalah kebakaran hutan dan lahan gambut di 7 provinsi yang memicu bencana asap. Kabut asap ini menyebabkan 12 orang meninggal dunia dan ratusan ribu orang menderita penyakit pernapasan.

Dampak lainnya adalah gagal panen di sejumlah daerah karena petani kesulitan mengairi sawahnya. Kemudian, krisis air bersih. Banyak keluarga yang memperdalam sumurnya atau menggali sumur baru untuk mendapatkan sumber air bersih. Krisis air bersih ini juga telah memasuki Jakarta, selain kota-kota satelit di sekitarnya. Sedangkan di sejumlah pelosok daerah, warga terpaksa mengkonsumsi air yang tidak higienis sehingga bisa berimbas pada kesehatan.
Kemarau panjang juga menyebabkan gerak PLTA terganggu. Kontributor pasangmata.com mengirimkan turbin pembangkit listrik di Jatiluhur tak beroperasi karena debit air menurun. Sedangkan di Riau terjadi pemadaman bergilir tiap hari tiga kali karena PLTU Ombilin Unit 1 dan 2 dengan kapasitas 145 MW di Sumatera Barat dan  Pembangkit Listrik Tenaga Mini Gas (PLTMG) di Payosilincah di Jambi dengan kekuatan 50 MW mengalami kerusakan. Pemicunya adalah kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan yang menyebabkan onderdil pembangkit listrik kotor.
Menko Polhukam Luhut Pandjaitan bahkan menyebut El Nino tahun ini  "lebih parah dari yang dibayangkan". Risikonya, upaya pemadaman kebakaran lahan dan hutan harus lebih intensif, sembari menunggu turunnya hujan.

"Bahwa api ini bisa dipadamkan, saya ingin katakan pada Anda, tidak akan mungkin kita padamkan 1-3 minggu ke depan. Karena kita harus bersama-sama dengan hujan. Tapi langkah-langkah kita lakukan,  misalnya menggunakan chemical, pesawat besar seperti BE-200 sudah dijalankan dan operasi-operasi water bombing sudah jalan. Operasi-operasi darat semua jalan," kata Luhut usai rapat bersama Presiden Jokowi pada Jumat (23/10). Luhut didapuk sebagai koordinator peningkatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
El Nino yang masih panjang juga membuat pemerintah mempercepat operasi kemanusiaan mulai dari operasi tenaga medis 24 jam hingga evakuasi masyarakat ke kapal perang.
"Sebelum operasi kemanusiaan atau paralel berjalan, adalah bagaimana kita mengatasi ke depan, karena El Nino ini bisa saja terjadi berkepanjangan. Saya ingat Februari atau Maret lalu, kita masih katakan El Nino tidak lama, tapi sekarang El Nino ini lebih parah dari apa yang kita bayangkan. Karena itu kami tidak mau ambil risiko. Presiden perintahkan  operasi kemanusiaan. Kita sudah jalan mulai hari ini," jelas Luhut.
Tak dari segi usaha fisik saja penanggulangan dampak El Nino dilakukan. Secara spiritual, masyarakat Muslim beramai-ramai menggelar salat Istisqa yaitu salat minta hujan. Sebab hanya karena hujanlah kebakaran dan kabut asap plus kekeringan akan terobati.
Lalu sampai kapankah kemarau berkepanjangan yang dimulai sejak Maret ini berakhir? Kabar terbaru dari BMKG menyebutkan,  kekeringan yang terjadi di Indonesia diperkirakan tidak selama berlangsungnya El Nino. (dtc/rin)

Editor:

Terkini

Terpopuler