Kinerja UPT Kebersihan Dipertanyakan

Kamis, 21 Mei 2015 - 11:32 WIB
ilustrasi

RENGAT(HR)-Warga Rengat Yahya Lubis mengeluhkan kebersihan parit yang terdapat di depan rumahnya. Di dalam parit menumpuk sampah. Akibatnya aliran air terhalang, sehingga bila hujan membuat air meluap ke halaman. Ia kesal karena lemahnya penangangan dari pihak kebersihan.

Saat ditanyakan sumber sampah tersebut, ia mengaku tak tahu. "Saya tidak tahu, bahkan disana ada sampah bangunan," ucapnya. Oleh karena tak ada penanganan terhadap sampah yang menumpuk tersebut, ia terpaksa meminta petugas kebersihan melakukan pembersihan. "Saya kemarin bayar Rp200 ribu sama seorang petugas kebersihan, barulah dibersihkan," ujarnya. Warga lainnya juga mengesalkan tak adanya fasilitas kebersihan. Hal ini dirasakan Putra, warga Kuantan Babu, Rengat.

Ia menyebut, selama ini mereka dipungut uang kebersihan, namun fasilitas kebersihan di desa tersebut tidak pernah dibangun. "Iuran kebersihan kami selalu bayar per bulan lewat iuran PDAM, jadi sekali bayar ada potongan untuk uang kebersihan, tandanya dikasih kupon," ucapnya, Rabu (20/5). Ia mengungkapkan, mereka membayar Rp2000 per bulan. Karena tidak adanya fasilitas kebersihan, dirinya terpaksa mengumpulkan sampah sementara di rumahnya. "Setelah banyak baru dibuang ke penampungan di kota," ucapnya. Bahkan sebagian warga di desa tersebut juga membuang sampah ke sungai, karena tak adanya fasilitas penampungan tersebut.

Warga meminta, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebersihan dan Pertamanan Inhu, menanggapi permasalahan ini. Terkait sampah yang menumpuk di parit, kepala UPT Kebersihan dan Pertamanan Inhu Warno, mengatakan mereka selama ini rutin melakukan pengawasan dan pembersihan. "Sebenarnya kami rutin melakukan pengawasan, tapi saya tidak tahu kenapa masih banyak sampah yang menumpuk disana," ucapnya.

Warno menjelaskan, mereka juga telah memberikan imbauan kepada masyarakat jangan membuang sampah sembarangan ke parit, namun imbauan itu tak berjalan maksimal. Terkait pungutan yang dilakukan, ia membantah. "Kami tidak pernah meminta pungutan, kalau ada pun yang memberikan itu secara personal mungkin," tuturnya."Kita akan tingkatkan pengawasan, kalau memang masih ada sampah yang menumpuk akan segera kita bersihkan," sebutnya. Namun buat menjalankan pengawasan tersebut, pihaknya terkendala dari jumlah petugas.

Sementara Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Indra Ahmad Hafis, membenarkan adanya pungutan tersebut. "Benar ada ada pungutan, tapi itu hanya titipan kita hanya memungut saja," ucapnya. Hafis mengatakan, kerja sama dengan UPT Kebersihan dan Pertamanan dalam hal titipan pungutan iuran kebersihan itu sudah dilakukan semenjak sepuluh tahun lalu. Seluruh hasil pungutan diserahkan ke Dispenda.

Ia mengimbau, warga jangan membayarkan iuran kebersihan bila di desa tak terdapat fasilitas kebersihan. Ia juga menegaskan, bulan depan kerja sama itu akan dihentikan. "Mulai depan tidak ada lagi pungutan itu, karena warga akan membayarkan iuran melalui Bank BRI," ucapnya. (eka)

Editor:

Terkini

Terpopuler