Perundingan Antara Rusia-Ukraina Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok

Perundingan Antara Rusia-Ukraina Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok

RIAUMANDIRI.CO - Harga minyak mentah acuan dunia kembali melemah pada perdagangan Rabu (16/3) sore waktu AS atau Kamis (17/3) pagi WIB.

Dilansir Cnnindonesia.com, harga minyak mentah berjangka Brent turun US$1,89 atau minus 1,9 persen ke posisi US$98,02. Sebelumnya minyak mentah Brent diperdagangkan US$97,55-US$103,70 per barel.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) juga berakhir melemah US$1,40 atau minus 1,5 persen menjadi US$95,04 per barel.


Pelemahan yang merupakan kelima kalinya terjadi dalam enam hari terakhir ini. Selama lebih dari dua minggu pasar minyak mentah dunia mengalami gejolak yang luar biasa. 

Kedua harga acuan minyak mentah telah diperdagangkan dalam kisaran tertinggi selama 30 hari terakhir sejak pertengahan 2020.

Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina bahkan pernah membuat minyak mentah berjangka Brent tembus US$139 per barel. 

Namun kini nilainya telah turun hingga lebih dari US$40 dan analis mengatakan banyak optimisme bahwa perang akan segera berakhir.

Analis menyebut pelemahan disebabkan oleh reaksi pelaku pasar terhadap kemajuan yang diharapkan dalam pembicaraan damai antara Rusia-Ukraina.

"Ke depan dari sini kami mencari berita utama tentang negosiasi di Rusia, gencatan senjata atau penarikan, atau penyebaran covid di China," kata Direktur Energi Berjangka di Mizuho Robert Yawger seperti dikutip dari Antara, Kamis (17/3).

Selain sentimen itu, minyak juga mendapatkan beban dari sinyal Amerika Serikat dan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015. 

Kesepakatan diharapkan bisa memungkinkan republik Islam tersebut untuk mengekspor minyak mentah sehingga membuat harganya melemah.

Sentimen juga datang dari peningkatan kasus covid di China yang mendorong pemerintah negara itu melakukan lockdown. Pasar khawatir masalah itu bisa menekan permintaan minyak.

Maklum, China merupakan salah satu konsumen minyak terbesar di dunia. Lockdown dan perlambatan ekonomi yang ditimbulkan pasti akan berdampak besar ke penurunan permintaan sehingga membuat harganya tertekan.