Fahri Hamzah: Partai Gelora Tak Ingin Masuk Senayan Hanya Sekedar 5D

Fahri Hamzah: Partai Gelora Tak Ingin Masuk Senayan Hanya Sekedar 5D

RIAUMANDIRI.CO - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah  mengatakan,  partai yang dipimpinnya sudah mempunyai proyeksi-proyeksi untuk menghadapi Pemilu 2024.

Namun, proyeksi-proyeksi tersebut masih membutuhkan beberapa ikhtiar yang akan dilakukan ke depan. Sebab, Partai Gelora tidak ingin masuk  Senayan hanya sekedar 5D (datang, duduk, diam, duit dan ditangkap).

"Terus terang, kami di Partai Gelora itu sudah punya proyeksi proyeksi. Makanya saya sering bilang sama teman-teman, kita ini udah tahu cara menang, juga tahu cara curang. Tapi Insya Allah, kita nggak akan curang, tapi kita tahu siapa yang bisa mencurangi," tegas Fahri, Sabtu (12/2/2022).

Pernyaan Fahri itu merespon hasil suvei Trust Indonesia yang menempatkan Partai Gelora salah parpol yang akan lolos ke Senayan pada Pemilu 2924.

Fahri melihat hasil survei Trust Indonesia sudah sesuai dengan proyeksi-proyeksi yang dibuat Partai Gelora. Fahri memprediksi akan ada 8-10 partai yang akan lolos ke Senayan pada Pemilu 2024 mendatang, salah satunya adalah Partai Gelora.

"Kalau kita melihat proyeksi-proyeksi dan melihat hasil survei, maka Dewan nanti isinya ada 8-10 partai. Mudah-mudahan Partai Gelora masuk. Per hari ini, Partai Gelora sudah masuk Senayan sebenarnya. Jumlahnya berapa, nanti kita lihat," kata Fahri.

Menurut Fahri, Partai Gelora akan menfaslitasi kehendak rakyat untuk memilih pemimpin yang baik, yang akan membawa angin segar perubahan bagi sistem demokrasi Indonesia.

"Pemilu pada dasarnya adalah sarana untuk mengubah nasib rakyat. Kalau rakyat boleh memlih pemimpinnya di Pemilu karena difaslitasi dengan baik, tentu akan membaik juga hasilnya," kata Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini.

Fahri menegaskan, kritik yang disampaikan Partai Gelora terhadap pelaksanaan Pemilu 2024 pada prinsipnya agar publik mewaspadai adanya 'jebakan demokrasi' yang seolah-olah di ujungnya baik, padahal di depannya ada lubang dan jurang menganga yang sangat dalam.

"Oleh sebab itu, sejak awal kita harus membaca jebakan-jebakan demokrasi. Kita mengajak semua pihak untuk mengkritik, supaya tidak terjebak hal monoton di ujungnya saja. Padahal ada jurang yang siap menerkam," tegasnya.

Fahri menilai, Pemilu adalah isyarat akan adanya demokrasi, bukan jaminan adanya demokrasi. Sehingga Pemilu harus dikelola dengan baik agar tidak melahirkan tirani dan otoritarianisme baru.

"Pemilu tidak boleh melahirkan demokrasi tirani dan otoritarianisme baru. Dan ini harus menjadi catatan penting kita untuk merubah nasib rakyat," tandasnya.

Suvei yang dilakukan Trust Indonesia pada 3-13 Januari 2022 lalu dengan jumlah responden 1.200 orang dan margin error 2,83 persen.

Jika elektabilitas Partai Gelora 0,6 persen, maka dengan margin error plus minus 2,83 persen, elektabilitas Partai Gelora 3, 4 persen.

Sedangkan Partai Gelora sendiri mentargetkan elektablitas 4 persen saat pendaftaran peserta Pemilu 2024 pada Agustus 2022 mendatang dan elektablitas 8-10 persen saat ditetapkan sebagai peserta pemilu pada Desember 2022.



Tags PARTAI