Pengurangan Emisi GRK Dibahas dalam COP-28 UNFCCC di Dubai

Pengurangan Emisi GRK Dibahas dalam COP-28 UNFCCC di Dubai

RIAUMANDIRI.CO - Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dari pemanfaatan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) dibahas Conference of The Parties 28, United Nation Climate Change Conference (COP-28, UNFCCC) di Pavillion Indonesia di Expo Centre Dubai, kemarin.

Seperti diketahui, sesuai dengan
Nationally Determined Contribution (NDC), di tahun 2030 Indonesia akan menurunkan emisi GRK sampai 29 %. Bahkan dengan dukungan kerja sama dengan negera sahabat akan mencapai 41 %.  Indonesia bahkan meningkatkan target pengurangan emisi GRK menjadi 31,89% dan 43,2% dengan dukungan kerjasama, yang tercantum dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) yang diserahkan kepada United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada tanggal 23 September 2022.

Limbah B3 yang selama ini dilihat hanya dari bagaimana mengelola secara baik serta pemanfaatan dengan pendekatan recycle. Melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Berbahaya dan Beracun (PSLB3), mengembangkan pengelolaan LB3 kearah “circular economy” (ekonomi sirkular) dan “green house gas emission reduction” (pengurangan emisi GRK) yang dimaksudkan bukan hanya untuk mengatasi limbah B3, juga untuk memanfaatkan nilai ekonomi  serta mendukung pencapaian ENDC.

Sebanyak tiga  pembicara yang berasal dari 3 (tiga) perusahaan yang berbeda bisnis menyampaikan capaian mereka dalam melakukan pengurangan emisi GRK melalui pemanfaatan Limbah B3. Pada tahun 2022, PT. Petrokimia Gresik melakukan pemanfaatan limbah fly ash dan bottom ash sebagai pupuk dan berhasil mengurangi emisi GRK sebesar 998,22 ton CO2e dengan nilai ekonomi Rp10 miliar.

Sedangkan  PT. Inalum sebagai perusahaan pengelola Aluminium secara terintegrasi menggunakan energi terbarukan sampai 96% dari kebutuhan operasi dan berhasil mengurangi emisi GRK sevesar 2.27,61 ton CO2e, serta PT. Prasadha Pamunah Limbah Indonesia (PPLI) yang merupakan pengelola Limbah B3 telah melakukan praktek pengelolaan limbah B3 yang ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi emisi GRK sebesar 30.651 ton CO2e. 

Yang menarik bahwa tiga presenter adalah perempuan sebagaimana Dirjen  PSLB3 adalah wanita,  sehingga tepat apa yang di jelaskan oleh Achmad Gunawan sebagai Direktur LB3 bahwa wanita banyak berperan penting dalam pengelolaan limbah B3.

Emisi GRK dari Limbah B3

Dirjen PSLB3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati menjelaskan bahwa berdasarkan laporan IGRK tahun 2021, emisi GHG pada sektor energi  44 %,  sektor kehutanan 32,8 %, sektor limbah 9,7 %, pertanian 8,8 % dan sektor Industri 4,4 %.  Lebih lanjut dijelaskan  bahwa emisi GRK dari limbah B3 merupakan terbesar ke 3  dari sektor limbah dengan total emisi 128.100 Gg CO2 e yang berasal dari pemanfaatan LB3 sebagai substitusi sumber energi, pengolahan insinerator, serta landfill yang dapat menghasilkan emisi Carbon Dioxida (CO2) dan Gas Methan (CH4).

Salah satu pendekatan yang perlu dilakukan adalah “ekonomi sirkular” selain 3R (reduce, reuse, dan recycle) serta konservasi sumber daya alam. Melalui sirkuler ekonomi dilakukan ektraksi limbah B3 yang kemudian digunakan kembali dalam proses produksi, sehingga selain dapat menekan penggunaan material juga meningkatkan nilai tambah produksi ataupun sebagai energi. 

Berdasarkan data yang dimiliki PSLB3 bahwa dalam Tahun 2022 dari 6.965.909 ton limbah B3 yang ada, 71% telah dimanfaatkan kembali dengan nilai pemanfaatan sebesar kurang lebih Rp17 triliun yang berasal dari pemanfaatan limbah B3,  subtitusi bahan baku,  solven recovery, produk pertanian, metal, copper, kertas, oil serta bahan kimia. Pemanfaatan limbah B3 selain dapat menurunkan emisi GRK, mendukung ekonomi sirkular, juga dapat mencegah dampak terhadap lingkungan. 

Dalam keynote speech, Vivien berharap kegiatan itu dapat menginspirasi seluruh pelaku usaha untuk melakukan langkah kongkret dalam optimalisasi pemanfaatan limbah untuk mencapai pengurangan emisi gas rumah kaca dan ekonomi sirkular. (*)