Tersinggung dengan Ucapan Menkum HAM, Bebizie: Belum Aja Digoyang Sama Orang Priok, Ambyar

Tersinggung dengan Ucapan Menkum HAM, Bebizie: Belum Aja Digoyang Sama Orang Priok, Ambyar

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Pedangdut Bebizie ikut dalam aksi 221 Priok Bersatu di depan kantor Kemenkum HAM. Bebizie dan rombongannya tak terima dengan ucapan Menkum HAM Yasonna Laoly yang bilang orang Tanjung Priok kriminal.

"Di sini saya mewakili keluarga besar Tanjung Priok. Saya Bebizie, Pak. Saya mendengar bahwa Bapak bicara 30 menit di TV semalam di Berita Satu. Bapak memang bilang itu ilmiah, mencontohkan bahwa anak yang lahir di Tanjung Priok jika ditukar dengan anak yang lahir di Menteng tetep kalau dia tinggal di Tanjung Priok pasti akan jadi kriminal. Berarti bapak bukan menunjuk individual, tapi menunjuk tempatnya, Pak," kata Bebizie dalam aksi di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (22/1/2020).

Bebizie mengatakan, warga Tanjung Priok sangat gemar bergotong-royong. Dia menyebut bahwa masa depan seseorang adalah ketentuan dari Tuhan.


"Nasib itu adalah Tuhan yang bertanggung jawab yang punya nasib, Pak. Mau jadi apa, mau jadi artis, mau jadi apa, itu urusan Tuhan, Pak," ucap Bebizie.

Bebizie pun segera mengakhiri orasinya. Namun sebelum turun dari mobil komando, Bebizie mengatakan Yasonna perlu diajak dangdutan di Tanjung Priok agar lebih dekat dengan masyarakat di sana.

"Sekali-sekali Pak Yasonna kita ajak dangdutan di Tanjung Priok. Priok itu tempat bersuka cita, Pak, hiburan yang sangat menyenangkan," ungkapnya.

"Pak Yasonna saya mau ngasih bunga buat Pak Yasonna nih. Tanjung Priok punya kembang yang cantik-cantik. Betul nggak? Belum aja digoyang sama orang Priok, ambyar," sambung Bebizie.

Bebizie bersama 14 perwakilan massa aksi kemudian dipersilakan masuk ke dalam kantor Kemenkum HAM untuk melakukan mediasi. Sementara, massa aksi yang lain menunggu di luar dan tetap berorasi.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly meyakini bahwa kemiskinan adalah sumber tindakan kriminal. Menurut Yasonna, semua pihak harus membantu menyelesaikan masalah tersebut.

"Crime is a social product, crime is a social problem. As a social problem, sebagai problem sosial, masyarakat kita semua punya tanggung jawab soal itu. Itu sebabnya kejahatan lebih banyak di daerah miskin," kata Yasonna dalam sambutannya di acara 'Resolusi Pemasyarakatan 2020 Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS)' di Lapas Narkotika Kelas IIA Jatinegara, Jakarta, Kamis (16/1/2020).

Yasonna mencontohkan dua anak yang lahir dan besar di dua kawasan yang berbeda, yakni Menteng dan Tanjung Priok. Ia meyakini jika anak yang lahir dari kawasan Tanjung Priok yang terkenal keras dan sering terjadi tindak kriminal akan melakukan hal serupa di masa depan.

"Yang membuat itu menjadi besar adalah penyakit sosial yang ada. Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin. Slum areas (daerah kumuh), bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak, tapi coba pergi ke Tanjung Priok. Di situ ada kriminal, lahir dari kemiskinan," sebut Yasonna.