Gasing, Permainan Tradisional yang Mulai Dilupakan

Gasing, Permainan Tradisional yang Mulai Dilupakan

Permainan gasing yang saat ini mulai dilupakan, di Kepulauan Meranti kembali ramai dimainkan pada pada sore harinya, warga yang menyukai permainan tradisional ini menuju lapangan (gelanggang), berupa tanah datar dan keras. Mereka saling bergembira dan mulai mengadu ketangkasan di dalam gelanggang.

Nurman (40) dan Siswanto (38) misalnya, warga Sungai Cina mereka mengaku sudah pandai memainkannya sejak sekolah dasar (SD) dan terus melakoninya hingga saat ini.

Warga desa Sungai Cina satu ini bahkan telah pula menjadi pelatih dan dipercaya sebagai wasit permainan yang disukai anak-anak hingga orang dewasa tersebut.
Dia juga kerap mengikuti lomba persahabatan dengan berbagai kabupaten se-Riau, tingkat nasional bahkan lomba persahabatan dengan negari-negeri tetangga.

Bahkan Kabupaten Kepulauan Meranti yang mewakili Riau telah pernah berhasil meraih juara pertama lomba tingkat nasional 2011 di nomor gasing pangkah. "Kami biasa memainkan gasing untuk mengisi waktu luang pada sore hari. Permainan ini sudah cukup populer di Ransang Barat dan selalu dilombakan. Kami juga pernah meraih juara pada festival tingkat nasional di Senayan (Jakarta) untuk nomor gasing pangkah," ungkap siswanto Kamis (12/3) ketika ditemui disela sela dirinya melakukan pertandingan persahabatan di desa Mekong.

Mereka berharap kepada pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti untuk membuat tournament setiap tahunnya. Pasalnya menurut mereka permainan gasing merupakan permainan tradisional yang harus dipertahankan.

Mereka juga menuturkan bahwa permainan gasing merupakan permainan teradisional turun temurun di Kabupaten Kepulauan Meranti. Namun hingga saat ini banyak generasi muda yang tidak mengetahui secara persis permainan ini.

"Kita berharap agar permainan gasing ini bisa dilombakan tiap tahunnya, karena banyak masyarakat kita yang gemar memainkan gasing ini, selain itu juga permainan ini merupakan permainan teradisional yang harus dijaga kelestarian nya," ujarnya.

Pihaknya dan kawan-kawan sudah mengusahakan agar permainan gasing terus mendapat apresiasi orang banyak. Bayangkan saja, saat ini sudah berdiri hampir 20-an grup gasing. Kalau ada lomba sangat menarik dan ramai. "Inillah hebatnya permainan gasing meski sudah dikenal sejak nenek moyang kita dahulu, sampai sekarang masih dikenal dan disukai, terutama untuk mengisi waktu luang," ungkap Siswanto.

"Permainan gasing ini yang terbesar hanya di daerah Riau, jadi kita ingin Kabupaten Kepulauan Meranti menjadi Kabupaten yang terkenal dalam permainan gasing ini di Riau," harapnya

Permainan tradisional yang telah dipermainkan dari turun temurun sejak dahulu Bahannya bila dilihat hanya terbuat dari kayu dan besi serta benang untuk mengayunkannya, namun proses pembuatannya cukup sulit, bahkan memakan waktu selama tiga hari untuk membuat satu gasing Nurman salah seorang pembuat gasing menuturkan bahwa bahannya bukanlah kayu sembarangan namun kayunya adalah kayu khusus, misalnya kayu Bakau dan kayu kempas.

Kayu tersebut dilarik menggunakan alat pelarik, mengikut ukuran dan bentuk gasing yang telah ditetapkan. Sebelum kerja melarik diawali besi paksi dibenamkan ke dalam kayu tersebut agar keseimbangan dari segi bulatnya dapat dilakukan ketika melarik. Setelah gasing selesai maka tinggal tahap finishing seperti melilitkan timah pada kepak gasing tadi agar menambah berat lagi gasing itu hingga seberat lima kilogram dan juga tak mudah serpih.

"Kayu khusus yang saya gunakan adalah kayu bakau yang biasanya tumbuh di sepanjang pesisir pantai yang teksturnya keras, karena kalau kayu biasa hasilnya tidak bagus dan mudah pecah," katanya. Nurman juga mengatakan harga untuk 1 buah gasing sangat fantastis, yakni mencapai 500 ribu ***