Dilanda Kemarau, Produksi Sawit Turun Drastis

Dilanda Kemarau, Produksi Sawit Turun Drastis
TELUK KUANTAN (RIAUMANDIRI.co) - Produksi kelapa sawit di Kuantan Singingi (Kuansing) mengalami penurunan mencapai 50 persen, terimbas musim kering panjang tahun ini. Sejumlah pengepul dan petani sawit mengaku kondisi tersebut berimbas kepada seluruh sektor kebun sawit.
 
Kulman Barus, salah seorang pengepul di Kecamatan Singingi, mengatakan, yang terkena dampaknya tidak hanya perusahaan, namun perkebunan milik perseorangan (swadaya) dan plasme juga mengalami penurunan produksi.
 
"Imbas ini sudah diprediksikan sebelumnya. Kekeringan di Kuansing membuat produksi sawit tidak akan optimal, seperti halnya tidak mengalami kekeringan," ujarnya kepada riaumandiri.co, Senin (7/8) .
 
Lanjut dia, penurunan produksi sawit juga berimbas kepada bisnisnya sebagai pengepul. Jika produksi sawit pada kondisi normal dalam sehari ia bisa mengumpulkan sawit 30 ton, namun sejak sebulan terakhir ini sebagian besar rata-rata sehari 4-5 ton saja.
 
Penurunan produksi sawit, menurutnya lebih berpengaruh pada petani (swadaya). Karena kata dia, biaya produksi yang dikeluarkan petani memang cenderung tergantung dari hasil produksi kebun. Sementara bagi perusahaan, penurunan produksi disiasati dengan upaya manajemen perusahaan.
 
"Jelas, petani lebih rugi. Perusahaan nampaknya juga tidak bisa berbuat banyak. Ini faktor alam," jelasnya.
 
Kekeringan ini membuat tandan buah sawit menjadi tidak berkembang. Bunga-bunga buah sawit menjadi tidak tumbuh menjadi tandan buah segar (TBS). Selain itu, kekeringan juga membuat tanaman menjadi kering dan akhirnya tidak menghasilkan bunga yang bermetamorfosis menjadi tandan sawit.
 
"Kekeringan membuat sawit tidak berkembang dan tidak berbuah," kata Kulman Barus.
 
Hal yang sama diungkapkan Petani Sawit asal Kecamatan Kuantan Hilir Seberang, Andri. Ia mengatakan produksi sawit memang terpengaruh dari iklim kering setiap tahun. Akibatnya, juga berimbas pada pendapatan.
 
"Biasanya sekali panen kebun saya bisa mencapai 5 ton, pada musim kemarau begini cuma bisa panen 2 ton saja," ungkapnya.
 
Namun dia sangat berharap kepada pemerintah untuk menyediakan solusi reflenting pada kebun-kebun yang rusak akibat kekeringan. "Jelas berpengaruh pada pendapatan, tapi kan biasanya ada program pemerintah untuk mengatasi persoalan ini," pintanya.
 
Baca juga di Koran Haluan Riau edisi 08 Agustus 2017
 
Reporter: Hendra Wandi
Editor: Nandra F Piliang