Doa Mantan Tukang Sihir yang Harus Kita Amalkan

Doa Mantan Tukang Sihir yang Harus Kita Amalkan
Dengan kesombongan yang memuncak, para tukang sihir bayaran Fir’aun berteriak, menantang Nabi Musa ‘Alaihis salam.
 
“Hai Musa, kamu yang melempar lebih dahulu, ataukah kami yang melemparkan?” (Qs al-A’raf [7]: 115)
 
Menjawab kesombongan itu, Musa ‘Alaihis salam mempersilakan mereka melemparkan terlebih dahulu.
 
Tak lama kemudian, pertunjukan sihir pun dimulai. Para tukang sihir menipu penglihatan para warga yang menyaksikan dengan pemandangan ular-ular kecil, padahal ular itu hanya sebuah tali. Disihir hingga terlihat seperti ular.
 
Musa ‘Alaihis salam pun mendapatkan wahyu untuk melempar tongkatnya. Seketika itu juga, tongkat Musa ‘Alaihis salam berubah menjadi ular sangat besar yang menelan seluruh ular hasil sulap para tukang sihir.
 
Melihat fenomena sangat menakjubkan itu, para tukang sihir paham. Yang dilakukan oleh Musa ‘Alaihis salam bukanlah sihir, tapi mukjizat dari Tuhan semesta Alam. Mereka langsung tersungkur, bersujud kepada Allah Ta’ala seraya berkata, “Sungguh, kami beriman kepada Tuhan semesta alam, Tuhannya Musa dan Harun.” (Qs. al-A’raf [7]: 121-122)
 
Fir’aun kalah telak. Para tukang sihir pilihannya dan para pembesarnya itu pun dituduh telah membuat makar. Didorong oleh kebodohan di dalam otaknya, Fir’aun menuduh bahwa para tukang sihir bersekongkol dengan Musa ‘Alaihis salam, padahal mereka belum pernah berjumpa sebelumnya.
 
Atas tuduhan makar dan sekongkol itu, Fir’aun mengancam akan menyalib mereka atau memotong anggota tubuh secara bersilang (kaki kanan dan tangan kiri atau kaki kiri dan tangan kanan).
 
“Sesungguhnya kepada Rabb-lah kami kembali.” (Qs. Al-A’raf [7]: 125)
 
Itulah kalimat yang meluncur dari lisan orang-orang yang beriman. Mereka sangat meyakini apa yang diimani seyakin mereka kepada mentari karena sinarnya. Keyakinan yang utuh, sempurna, kuat, dan mengakar. Keyakinan yang tidak goyah sedikit pun, meski nyawa menjadi taruhannya.
 
Mereka lantas berdoa kepada Allah Ta’ala,
 
“Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami. Dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (Muslim).” (Qs. al-A’raf [7]: 126)
 
Inilah doa yang agung dari lisan mantan tukang sihir itu. Inilah doa yang direkomendasikan karena termaktub di dalam al-Qur’an yang suci. Inilah doa yang penting dihafal dan harus kita perbanyak di saat-saat sekarang, ketika fitnah dan ancaman musuh-musuh Islam makin nyata.
 
“Liputilah kami dengan kesabaran agar kami tetap memeluk agama-Mu dan berpegang teguh kepadanya. Matikanlah kami dalam keadaan mengikuti Nabi-Mu, Musa ‘Alaihis salam.” tutur Imam Ibnu Katsir saat menafsirkan ayat ini dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim.
 
Kepada para tukang sihir ini seharusnya kita belajar. Sebab, sahabat mulia ‘Abdullah bin ‘Abbas dan yang lainnya memberikan kesaksian,  “Pagi hari, mereka merupakan tukang sihir. Dan di sore hari, mereka menjadi orang yang syahid.”
 
Wallahu a’lam.