Beri Kuliah Umum di UIR

Kapolri Singgung Kebhinekaan dan Keutuhan NKRI

Kapolri Singgung Kebhinekaan dan Keutuhan NKRI

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Meski telah 71 tahun merdeka, Indonesia masih menghadapi sejumlah dinamika. Kendati demikian, keutuhan negara masih terus terjaga dengan baik dalam lingkup kebhinekatunggalikaan. Demikian diungkapkan Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Pol Tito Karnavian, kala memberi kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa dalam

Kapolri
acara temu Badan Eksekutif Mahasiswa se-Nusantara, di Kampus Universitas Islam Riau, Jumat (3/3). Dalam kegiatan yang dipandu Panca Setyo Prihatin yang merupakan Dosen Ilmu Pemerintahan UIR, Tito memberikan materi yang bertema 'Dampak Globalisasi terhadap Keamanan dan Kedaulatan Kebangsaan'.

Mengawali pemaparannya, mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme tersebut mengungkapkan kebanggaanya kakinya di Provinsi Riau, sebuah daerah asal Bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia.

Negara Indonesia yang disebutnya unik ini, memiliki sejumlah keberagaman yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Baik dari suku bangsa, agama, budaya, dan lain sebagainya. Namun hal tersebut dapat disatukan. Salah satunya dengan Bahasa Indonesia.

"Saya bangga bisa memijakkan kaki di sini. Karena Bahasa Indonesia dilahirkan di Riau dan Kepulauan Riau," kata Tito dalam kegiatan yang turut dihadiri Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, Kapolda Riau, Irjen Pol Zulkarnain, Rektor UIR Detri Karya, dan sejumlah tamu undangan lainnya.

Lebih lanjut, Tito menerangkan kondisi terkini yang dihadapi bangsa Indonesia. Sejumlah dinamika terus terjadi. Namun keutuhan NKRI masih tetap terjaga. Hal tersebut, menurut Perwira Tinggi Bintang Empat tersebut, tentu tidak mudah dilakukan.

"Tidak gampang merawat kebhinekaan ini, menjaga kesatuan bangsa yang unik ini. Kita disatukan oleh kepentingan bersama, yakni tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia," lanjut mantan Tito yang pernah menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya tersebut.

2 Faktor
Diterangkan Tito, ada dua faktor yang dapat memecah belah persatuan bangsa Indonesia. Yang pertama, sebutnya, berasal dari faktor internal. Di mana hal yang paling utama adalah akibat tidak meratanya pembangunan. Masyarakat low class atau kelas bawah masih mendominasi.

"Sementara, faktor lainnya, yakni faktor eksternal yang berasal dari luar negara kita. Peta politik dunia sangat mempengaruhi bargaining bangsa kita di kancah internasional," paparnya.

Peta politik dunia yang dimaksud Tito, yaitu ada kekuatan negara superpower, Amerika Serikat, dan negara yang berpotensi menjadi negara superpower, yakni Cina. Dalam hal ini, posisi Indonesia, tambah Tito, yaitu 'berteman' dengan kedua negara tersebut.

"Berteman di sini bukan berarti kita bisa didikte oleh mereka. Namun, kita harus bisa mengambil keuntungan dari mereka," tegas Jend Pol Tito Karnavian.

Dalam kesempatan tersebut, Tito tidak lupa mengajak mahasiswa untuk ikut serta menjaga keutuhan NKRI. Dikatakannya, kampus sebagai wadah berkumpulnya kaum intelektual diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran dan inovasi dalam mempercepat kemajuan bangsa.

"Adik-adik mahasiswa harus dapat menjadi agent of change dengan memberikan pemikiran yang cerdas untuk memberikan kontribusi positif untuk kemajuan bangsa," harapnya.

Institusi Polri sendiri, sebutnya, akan bekerja sama dengan mahasiswa untuk menyediakan saluran tepat agar pemikiran positif tersebut dapat disalurkan. "Saya sudah perintahkan kepada Kapolda dan Kapolres, untuk menjalin hubungan dan kerja sama dengan kalangan kampus," tegasnya.

Dalam kegiatan tersebut, moderator juga memberikan kesempatan kepada sejumlah mahasiswa untuk berinteraksi dengan Kapolri. Hal itupun tidak disia-siakan mahasiswa untuk menanyakan sejumlah hal kepada orang nomor satu di lingkungan Polri tersebut.(dod)