Obrolan Ringan Yang Membuat Ketegangan Tontowi Dan Liliyana Mencair

Obrolan Ringan Yang Membuat Ketegangan Tontowi  Dan Liliyana Mencair

JAKARTA (RIAUMANDIRI.co) - Dibalik adanya cerita menarik yang membalut kesuksesan pasangan ganda campuran badminton Indonesia, Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir (Butet) ternyata ada peran CdM Raja Sapta Oktohari di dalamnya. 

Owi/Butet --demikian mereka biasa disapa-- sukses menorehkan hasil gemilang Olimpiade Rio de Janeiro dengan pulang membawa emas. Ada cerita menarik di balik kesuksesan ini. Manajer tim bulutangkis, Rexy Mainaky, menceritakannya saat jumpa media di kawasan Senayan, Jumat (2/9/2016).

Sebagai salah satu andalan Indonesia, bohong jika Owi/Butet tidak merasakan ketegangan yang luar biasa. Namun, kehadiran Chef de Mission (CdM), Raja Sapta Oktohari, di arena pertandingan justru menjadi pencair suasana.

Rexy mengatakan, saat itu kondisinya Owi/Butet akan menghadapi musuh bebuyutannya pasangan China, Zhang Nan/Zhao Yunlei. Jauh sebelum itu, Rexy sebenarnya mengaku mengalami ketakutan yang luar biasa karena khawatir CdM yang tengah bertandang menghampiri atletnya akan mengatakan hal yang justru menambah ketegangan.

"Bicara Olimpiade tentu sesuatu yang lain dari biasanya. Kita harus punya semangat lebih dari multievent yang ada. Segala ketegangan dan pressure tentu berbeda. Saya dulu seorang atlet, kemudian pelatih, lalu manajer, tentu mengharapkan CdM yang bisa membawa semangat menggebu tapi terkontrol. Jangan sampai atlet justru tertekan apalagi Olimpiade 2012 tidak dapat medali, lalu 2016 harus mendapat emas," cerita Rexy.

Ia berkaca pada pengalamannya saat menjadi satu-satunya wakil di Olimpiade Atlanta 1996. Di mana saat itu Wismoyo Arismunandar yang menjadi Ketua Umum KONI Pusat. "Saat itu saya cuma diminta pokoknya kamu harus menang, harus menang, sampai saat di lapangan saya tidak bisa merasakan apa itu kemenangan. Jika kalah..." tuturnya.

"Makanya ketika bertemu pertama kali dengan CdM, saya sempat kaget juga. Wah, kalau CdM seperti ini anak-anak bisa jadi semakin tegang," lanjut dia disertai tawa.

"Dari situlah saya takut Owi/Butet merasakan seperti itu, ketika CdM datang, karena posisinya kita akan menghadapi Zhang Nan/Zhao Yunlei, dan pada saat itu Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari kalah. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, beliau (Raja Sapta Oktohari) menceritakan hal yang menarik tentang ikan hiu. Saya itu 'kan tidak bisa berenang, sementara beliau hobi diving. Tetapi karena cerita itulah Owi/Butet ikut nimbrung dalam obrolan kami."

"Dan yang saya lihat, dari obrolan itu ketegangan Owi/Butet semakin mencair. Ya, ternyata beliau (Oktohari) pintar mencairkan suasana."

Ke depan, Rexy berharap, CdM Olimpiade 2020 Tokyo untuk kontingen Indonesia perlu sosok seperti Oktohari yang mampu mencairkan suasana. "Karena yang saya rasakan itu Olimpiade selalu menekan, jadi sangat perlu mencari sosok CdM yang bisa mencairkan suasana," imbuhnya.

Tak hanya Rexy, pelatih asing angkat besi, Aveenash Pandoo, mengatakan hal serupa soal Oktohari. Menurutnya CdM bisa membuat suasana di Rio seperti layaknya di rumah (Indonesia)

"Bersama kontingen Indonesia itu sangat berbeda. Saya tidak bisa lagi membedakan antara sedang berada di Rio atau di rumah karena CdM berhasil membuat suasana seperti di rumah (Indonesia)," tukas Pandoo. (dtk/ivn)*