Wasiat Luqman Al-Hakim

Wasiat Luqman Al-Hakim

Pada akhir-akhir ini, kita sebagai anak bangsa telah dikejutkan oleh berbagai peristiwa yang sangat miris dan menyedihkan.

Yang seharusnya hal itu tidak terjadi kepada anak-anak bangsa kita, akan tetapi hal itu sudah terjadi, sebut saja peristiwa pemerkosaan Yuyun di Bengkulu, pemerkosaan yang terjadi di Gorontalo yang diperkosa oleh belasan orang, pemerkosaan yang terjadi di Jawa Barat, tidak hanya diperkosa tetapi di bunuh serta dianiaya yakni (maaf) kemaluannya dimasuki tangkai cangkul, sungguh biadap oknum anak bangsa ini.

Mengapa hal ini terjadi? Penulis yakin jawabannya bervariasi. Barangkali menurut hemat penulis kita perlu mengimgat apa yang telah di sampaikan oleh seorang yang bernama Lukman Al-hakim dalam wasiat-wasiatnya.

Satu-satunya manusia yang bukan Nabi dan bukan Rasul, namun kisah hidupnya diabadikan dalam Al-Qur’an, Dia adalah Lukman Al-Hakim. Sebab tidak lain karena hidupnya penuh hikmah.

Dia adalah orang yang disebut dalam Al-Qur’an, yakni surat Lukman (31) : 12-19 yang terkenal karena nasehat-nasehatnya kepada anaknya.

Ibnu kasir berpendapat bahwa nama panjang Luqman adalah Luqman bin Unaqa’ bin Sadun. Sedangkan asal-usul Luqman, sebagian ulama berbeda pendapat.

Ibnu Abbas menyatakan bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu dari Habsyi. Riwayat lain menyebutkan ia bertubuh pendek dan berhidung mancung dari Nubah, dan ada yang berpendapat dia berasal dari Sudan.

Dan ada pula yang berpendapat Luqman adalah seorang hakim di zaman Nabi dawud.
Nasehat-nasehat Luqman yang penuh hikmah tersebut seringkali menjadi referensi orang tua muslim dalam mendidik anak-anaknya.

Nasehat Luqman yang mengandung hikmah tersebut bahkan seyogyanya menjadi prinsip dasar dalam menanamkan pendidikan Islam kepada anak. Berikut ini penulis paparkan prinsip-prinsip yang sangat jelas disampaikan dalam kisah Luqman Al-hakim, yakni:

Pertama, Memegang aqidah yang kuat. “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS. Luqman: 13). Bahasan yang paling awal pendidikan kepada anak adalah tentang keyakinan kepada Allah.

Ini menjadi pondasi pendidikan yang pertama dan utama ditanamkan dalam pikiran anak-anak. Orang tua wajib menanamkan kepada anak untuk menuhankan Allah dan jangan sampai menyekutukan-Nya dengan apa atau siapa pun.

Kedua, Kesadaran akan pengawasan Allah. Pada kesempatan berikutnya, setelah iman tertanam kuat di dada, Luqman berkata: “Hai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan mendatangkan (membalasnya).

Sesungguhnya Allah maha Halus lagi Maha mengetahui”. (QS. Luqman: 16). Di sini anak didik sadar akan pengawasan dan hukum Allah.

Betapa kebaikan dan keburukan yang diperbuat akan selalu diketahui-Nya, dan diberi balasan yang benar-benar setimpal oleh Allah Maha halus pengetahuan-Nya, sehingga segala sesuatu tiada yang tersembunyi betapapun lembut dan halusnya. Khabiirun, maha Mengetahui, segala langkah-langkah sekecil apapun yang ada di kegelapan malam yang sangat pekat.

Ketiga, Shalat, amar ma’ruf nahi mungkar, dan sabar. Aqidah yang kokoh dan kesadaran akan pengawasan Allah perlu dibuktikan dengan perbuatan.

Maka Luqman menuntun putranya kepada amal shaleh atau kebaikan yang harus dilakukan. Di ayat ke 17 Luqman menasehati putranya: “Hai anakku, dirikan sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah”. (QS. Luqman: 17). Luqman menekankan putranya untuk senantiasa melaksanakan shalat, berdakwah dan sabar, sebagai tanda bakti dan bukti kesetiaan hamba kepada Penciptanya.

Keempat, Tidak sombong. Seseorang tidak akan mampu hidup sendiri di dunia ini. Ia bersama triliunan makhluk Allah lainnya yang hidup bersama di jagatraya ini dan saling tergantung satu dengan lainnya.

Karenanya, tak ada satu makhluk pun yang patut membanggakan diri di hadapan makhluk lainnya. Inilah yang menjadi pokok nasehat Luqman berikutnya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS. Luqman;18).

Kelima, Sederhana. “Dan sederhanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai”. (QS. Luqman: 19).

Di bagian akhir nasehat Luqman kepada anaknay adalah perintah untuk bertindak-tanduk dan bertutur kata yang sopan dan sederhana. Mengapa sikap tersebut demikan penting? Tidak lain karena  sikap sederhana menghindarkan manusia dari iri dengki yang membawa permusuhan (Sari Narulita: 2013).

Bukankah banyak permasalan hidup yang timbul gara-gara dipicu sikap atau tutur kata yang berlebih-lebihan dan menyakitkan? Penulis yakin dengan kita selalu menjalankan lima prinsip ini Insya Allah anak bangsa ini akan bisa menghindari dari perbuatan yang sanagt miris dan kejam itu, semoga anak bangsa menjadi anak bangsa-anakbangsa yan baik dan beradab. Amin***
Guru SMAN 1 Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti