Membangun Masyarakat Berkualitas

Membangun Masyarakat Berkualitas

Pemerintah sampai hari ini masih menyebut-nyebut bahwa masalah bangsa kita, yaitu tertinggal dalam bidang ekonomi dan tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan. Dipersingkat kalimatnya menjadi kemiskinan dan kebodohan.

Atas dasar itulah negeri kita Indonesia tercinta masih digolongkan negeri sedang berkembang, belum disebut negeri maju, walaupun sudah 70 tahun merdeka.  Kenapa? Karena syarat sebagai negeri maju belum terpenuhi, yaitu kualitas sumber daya manusianya masih bermasalah.

Indonesia kaya sumber daya alam, seperti negeri-negeri Timur Tengah dan Brunei , tapi negeri-negeri tersebut tetap saja disebut negeri sedang berkembang. Akan tetapi Singapura, Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Australia yang minus sumber daya alamnya sudah digolongkan negeri maju karena sumber daya manusianya sudah berkualitas.

Sayang sekali sebagian besar anak bangsa belum menyadari permasalahan negerinya. Masih banyak yang menyebutkan bahwa masalah bangsa Indonesia yaitu korupsi, asap, narkoba dan lain lain. Padahal kesemuanya itu adalah merupakan akibat dari kemiskinan dan kebodohan. Jika masalah utamanya kita tidak tahu, apa yang harus diperbaiki?

Oleh sebab itu untuk menuju masyarakat berkualitas langkah awalnya adalah tahu masalah. Kedua, sadar bahwa masalah tersebut harus diatasi. Siap untuk berubah sekaligus memahami dan mengetahui tujuan perubahan itu yaitu manusia berkualitas. Banyak pakar menyebutkan bahwa kriteria masyarakat berkualitas itu, ada yang menyebutkan 8 macam, ada yang menyebut 7 dan ada yang mengatakan 5 macam.

Kita ambil yang 5 kriteria manusia berkualitas, sehat lahir dan batin, berilmu dan terampil, disilplin, ekonomi memadai dan berakhlak mulia.

Ternyata syarat di atas sebagian besar belum terpenuhi oleh anak bangsa kita yang mayoritas beragama islam. Kita tahu kesemua kriteria diatas merupakan ajaran Islam. Ditambah lagi menurut ajaran islam umatnya berpotensi sebagai umat yang terbaik. Tapi faktanya ajaran umat Islam yang punya, sedangkan yang mengamalkannya non muslim.

Kalaupun kita sangat berpotensi menjadi umat terbaik, ibarat tanaman, bibit unggul sekali pun jika tidak disiram, dipupuk dan dipelihara diyakini tumbuhnya akan kerdil dan tidak subur.

Begitu pula manusia agar menjadi berkualitas kita harus berusaha dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, jangan bosan sehat, karena sehebat apapun kita jika tidak sehat akan sia-sia belaka (ingat pola makan dan olah raga). Kedua, jangan bosan menambah ilmu, dengan banyak membaca diskusi-diskusi seminar-seminar dan sebagainya.
 Orang yang haus ilmu kekinian dan keakanan miliknya sedangkan yang tak mau lagi menambah ilmu, masa lalulah miliknya
Ketiga, jangan bosan bekerja dengan sungguh-sungguh dan jujur. Orang yang sungguh-sungguh dan jujur akan dibutuhkan orang, muaranya tentu produktifitas sekaligus penghasilan. Keempat, jangan bosan berbuat baik sekecil apapun dan selalu ingat Allah dengan mengamalkan ajarannya.

Kesemuanya itu harus dibungkus dengan akhlak mulia. Berakhlak kepada Allah, berakhlak kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada masyarakat luas dan lingkungan. Tak kalah pentingnya harus diikuti dengan kemauan. Jika ada kemauan, tak ada yang mustahil di dunia. Sebaliknya jika kemauan tidak ada, siapapun kita tidak ada artinya.

Jika langkah-langkah dan usaha diatas teramalkan dengan baik, diyakini anak bangsa ini akan menjadi umat berkualitas sekaligus menjadikan bangsa Indonesia masuk kelompok negeri-negeri maju. Mari kita bangun bangsa ini dengan cara kita masing-masing, jangan sebaliknya, kita hancurkan bangsa ini dengan cara masing-masing. ***
Pengamat sosial keagamaan, Ketua STISIP Persada Bunda.