Awal 2016

Warga Miskin di Sumut Masih Tinggi

Warga Miskin di Sumut Masih Tinggi

MEDAN (HR)–Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara beberapa waktu lalu mencatat, jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada September 2015 mencapai 1.508.140 orang atau 10,79 persen dari total penduduk Sumut.

Penduduk miskin ini bertambah 44.470 orang bila dibandingkan jumlah penduduk miskin pada Maret 2015 yang mencapai 1.462.670 orang atau 10,53 persen dari total penduduk.

Banyaknya angka kemiskinan tentunya disebabkan oleh masalah ekonomi di wilayah ini. Perlambatan, penyesuaian harga BBM serta memburuknya harga komoditas Sumut yang terus memburuk menjadi faktor utama melonjaknya angka kemiskinan di wilayah ini. Secara keseluruhan memburuknya angka kemiskinan digambarkan dengan penurunan daya beli masyarakat yang sangat rendah.

Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin menilai, inflasi yang rendah juga juga bisa diasumsikan bahwa ada penurunan daya beli karena masyarakat semakin miskin.

“Atau kita bisa melihat bagaimana perusahaan-perusahaan ritel membukukan penjualannya. Dalam studi kasus tertentu kita menemukan bahwa geliat ekonomi masyarakat di pasar tradisonal pun menunjukan adanya penurunan aktivitas,” ujarnya kepada Waspada Online, Kamis (7/1).

Dikatakan, hari-hari besar keagamaan yang pada umumnya menjadi motor belanja masyarakat juga menjadi indikator atau tolak ukur untuk melihat bagaimana daya beli masyarakat itu sendiri. Ada banyak sebenarnya indikator-indikator untuk melihat gejala-gejala memburuknya angka kemiskinan selain sejumlah indikator perekonomian makro.

“Di tahun 2016 ini, saya pikir angka kemiskinan di wilayah Sumut sulit untuk diturunkan. Kisaran rasionya masih akan sebesar 10.35% hingga 11.1%. Artinya potensi jumlah pengangguran akan meningkat di tahun 2016 cukup besar. Sumut masih akan berkontraksi seiring dengan masih melambatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara tujuan ekspor Sumut,” katanya.

Ditambah dengan kemungkinan memburuknya harga minyak dunia yang masih berpeluang turun dari level $36/barel saat ini. Kondisi-kondisi seperti ini bisa memperburuk harga komoditas unggulan Sumut di pasaran internasional. Ini merupakan sinyalemen yang mengecewakan yang bisa membuat kemiskinan di wilayah ini kembali terpuruk.

Ia menerangkan, walaupun ada sejumlah langkah-langkah konkrit untuk memperbaiki daya beli masyarakat. Seperti menurunkan harga BBM, menurunkan bunga KUR, serta potensi penurunan BI Rate bisa menjadi stimulus untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Akan tetapi, upaya-upaya tersebut masih akan menghadapi tantangan eksternal yang tak kalah besar pula.(wol/ivi)