FOKUS - Curahan Hati Pedagang Pasar Cik Puan

Pasai Marasai

Pasai Marasai

Sebut saja Sulaiman (53), salah satu korban kebakaran Pasar Cik Puan, Senin (6/7) lalu, kiosnya turut menjadi arang bersatu dengan tumpukan puing-puing.

"Ndak ado Walikota tu lai doh pak wartawan! Dulu waktu Pilkada bajanji untuk membenahi pasar, jika tapiliah. Kini lah tabaka pulo kios kami baliak," kata Sulaiman kepada Haluan Riau, Selasa (7/7) pagi.

Pagi ini Sulaiman hanya bisa terduduk menatap puing-puing sisa kebakaran di areal kiosnyo, tak satupun benda yang masih bisa diselamatkan.
"Tadi malam, lah datang baliak Walikota tu. Lah bajanji pulo baliak. Hati-hati lah, iko bulan puaso. Kalau tak sanggup, angkek bendera putiah, jan ditambah juo doso tu," ungkap Sulaiman kesal.


Kekesalan yang sangat bisa dipahami secara dalam, bertumpuk sudah masalah dialami pedagang yang masih setia untuk mengais rejeki di pasar ini.

Bertahun lamanya penantian dengan harapan bangunan Pasar Cik Puan yang modern rampung, agar bisa mendongkrak perekonomian. Sulaiman setia untuk menjamu pelanggannya di pasar ini.

"Sekarang sudah semakin kusut masalah di pasar ini. Organisasi pedagangnya saja ada dua, pengurus organisasi yang lama sudah sangat mengecewakan kami anggotanya. Maka muncul inisiatif untuk membuat organisasi baru," kata Sulaiman, tanpa menjelaskan organisasi yang dimaksud.

Lanjutnya, korban kebakaran Senin (6/7) malam seluruh para pedagang yang membuat organisasi baru tersebut, sementara yang masih bertahan dengan organisasi lama selamat dari kebakaran.

"Kios-kios yang selamat itu milik para pengurus organisasi yang kami tinggalkan. Tapi semuanya berstatus disewakan, karena pemiliknya justru berdagang di luar pasar Cik Puan," paparnya.

Baginya sangat beralasan kekecewaan pedagang terhadap pengurus yang yang lama, karena hanya mencari keuntungan dirinya sendiri saja, bahkan seluruh kios-kios di bagian depan pasar, sudah dikapling pengurus, sementara anggota mendapat bagian dalam saja.
"Jadi, kalau dianggap kami sudah terjatuh, lalu ditimpa tangga dan terakhir disapu banjir," ungkapnya.

Berulang kali modal dagangannya habis terbakar, sementara masa depan pembangun pasar tak kunjung jelas. Dan terakhir organisasi pedagang pasar pun tak dibisa diharapkan untuk mengangkat nilai tawar pedagang, karen hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan kelompok.

Jika sudah demikian rumitnya, kepada siapa lagi para pedagang akan mengadukan nasibnya?(yuk)