Indonesia Diprediksi Jadi Negara Terakhir yang 'Lolos' dari Covid-19

Kamis, 29 Juli 2021 - 14:49 WIB
Istimewa

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Indonesia diprediksi bakal jadi negara yang paling akhir keluar dari kubangan pandemi virus corona (Covid-19). Hal itu dikatakan ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman. Ditambah, menurutnya, strategi pengendalian pandemi masih belum agresif dan ideal.

"Kenapa saya memprediksi Indonesia jadi paling akhir keluar dari pandemi? Karena kalau kita melihat ada beberapa faktor dari geografis dan pengendalian 3T-nya," kata Dicky, Kamis (29/7/2021) dikutip dari CNN Indonesia.

Ia memaparkan dua faktor yang menjadi indikasi Indonesia susah 'kabur' dari pandemi Covid-19.

Pertama, Indonesia merupakan negara kepulauan. Dicky mengatakan dengan kondisi itu, sangat mudah menciptakan fenomena pingpong kasus Covid-19 yang menurutnya terjadi hingga saat ini.

Ia mencontohkan fenomena pingpong, seperti puncak kasus di akhir Januari 2021 lalu. Saat itu kasus didominasi oleh Jawa-Bali. Namun 1-2 bulan kemudian, kasus-kasus Covid-19 di Pulau Sumatra mulai mengalami peningkatan.

Pun pada gelombang lonjakan kasus pasca Idulfitri, ketika Jawa-Bali mulai mengalami kondisi perbaikan. Namun kata Dicky, Sumatra bahkan Nusa Tenggara Timur mulai mengalami peningkatan kasus Covid-19. Hal itu dibuktikan dengan zona merah yang hampir terjadi di 34 provinsi Indonesia.

"Pulau lain sekarang akan meningkat, mungkin Agustus sudah mulai terlihat. Nanti gelombangnya secara nasional akan turun dan naik, itu akan bergelombang-gelombang," kata dia.

Dicky melanjutkan, penyebab kedua Indonesia diprediksi menjadi negara yang paling akhir keluar dari pandemi lantaran strategi testing, tracing, treatment (3T) pemerintah masih belum agresif dan masif. Padahal pandemi Covid-19 sudah menjangkiti Indonesia dalam 16 bulan terakhir.

Perihal testing, Dicky mengakui Indonesia dalam beberapa bulan terakhir sudah melampaui ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni 1:1.000 penduduk yang diperiksa per pekan. Namun, menurutnya, itu belum cukup. Alasannya, positivity rate Indonesia masih di atas 20 persen.

Target pemeriksaan 400 ribu per hari yang ditetapkan Kementerian Kesehatan juga menurut Dicky belum ideal.

Ia menyebut sudah seharusnya strategi testing dibarengi dengan tracing, yakni 1:20. Artinya, setiap satu kasus konfirmasi positif Covid-19, maka pemerintah wajib menemukan dan memeriksa minimal 20 orang kontak erat pasien tersebut.

Apabila dijelaskan dalam angka, pada temuan 47.791 kasus Covid-19 dalam sehari pada Rabu (28/7) kemarin, seharusnya pemerintah melakukan tes terhadap 955.820 orang dalam sehari. Faktanya, kemarin, laporan pemerintah mencatat hanya 185.181 orang yang diperiksa.

"Strategi kita tidak fokus pada kesehatan sejak awal, sehingga kita itu ketinggalan. Kalau lomba lari, kita sudah ketinggalan dari virusnya, sehingga untuk mengejar itu berat," ungkapnya.

Editor: M Ihsan Yurin

Tags

Terkini

Terpopuler