Sri Mulyani Prediksi Ekonomi RI Minus, Luhut: Masih Terbaik Dibanding Negara Lain

Senin, 22 Juni 2020 - 13:47 WIB
Luhut Binsar Pandjaitan (istimewa)

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan ekonomi nasional akan negatif 3,8% pada kuartal II tahun ini. Namun, menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan prediksi itu masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain yang terdampak pandemi COVID-19.

"Ibu Sri Mulyani mengingatkan bahwa kita mungkin akan tumbuh negatif di kuartal II ini. Tapi saya pikir kalau dibandingkan dengan negara lain, Indonesia masih dianggap yang terbaik baik makro maupun mikronya," kata Luhut dalam Rapat dengan Banggar DPR RI tentang Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Kementerian/Lembaga Tahun 2021, Jakarta, Senin (22/6/2020).

Alasannya karena Indonesia mampu menyeimbangkan hubungan bilateral secara seimbang antara China, Amerika Serikat (AS) hingga Timur Tengah, sehingga saat salah satu negara tersebut menghadapi guncangan yang begitu serius terkait COVID-19, Indonesia masih bisa bertahan lewat hubungan bilateral dengan negara lainnya.

"Kita harus memelihara balance of power antara Timur Tengah, Tiongkok, dan Amerika Serikat. Dan sekarang pemerintahan Presiden Joko Widodo, hubungan kita dengan tiga-tiga ini, saya boleh katakan sangat baik. Ketika dengan Abu Dhabi untuk pertama kali ada masuk investasi yang masuk hampir US$ 25 miliar sepanjang sejarah republik dan itu semua on going," paparnya.

Ia menjelaskan alasan ekonomi Indonesia bisa cukup terpengaruh dengan kondisi ketiga negara tersebut, salah satunya dengan China. Menurutnya, karena saat ini China menahan untuk tidak menerima impor batu bara sementara waktu, maka hal ini sangat berpengaruh pada penurunan ekpor batu bara Indonesia.

"Tiongkok itu 18% mengontrol ekonomi dunia, suka tidak suka, kita tidak bisa ignore keberadaan dia, nah ini terdampak, apalagi jarak kita dekat dengan dia. Nah dampak secara global, ekspor ke Tiongkok juga menurun sekarang Tiongkok buka dia tidak mau impor batu bara lagi, 300 juta ton batu bara tidak akan impor, ini juga masalah, karena penerimaan kita cukup besar dari batu bara," terangnya.

Editor: Nandra F Piliang

Tags

Terkini

Terpopuler