Istri dan Anak Alami Gangguan Jiwa, Kakek Ini Tetap Semangat Nafkahi Keluarga

Ahad, 21 Juni 2020 - 16:44 WIB

RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU - Jarak yang jauh dan keterbatasan fisik bukan halangan bagi Syafri, warga Jalan Bambu Kuning RT 001 RW 001, Kelurahan Rejosari, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Riau, untuk tetap mencari nafkah bagi istri dan anaknya.

Kakek yang sudah berusia 85 tahun tersebut berprofesi sebagai pedagang asongan di Pasar Kodim. Meski jarak dari rumahnya cukup jauh, ia tak pernah lelah untuk tetap melangkahkan kaki dengan semangat mencari pundi-pundi rupiah.

Setiap harinya, Syafri harus keluar rumah dari pukul 06.00 WIB hingga 17.30 WIB untuk berjualan walau pendapatannya tak menentu, apalagi di tengah pandemi Covid-19. Hal tersebut tetap ia lakoni karena tak lagi memiliki tempat untuk berpangku tangan.

Syafri yang lahir pada 15 Juli 1935 silam tersebut tinggal dalam satu rumah bersama istri berusia 70 tahun, 2 orang anak, serta 1 cucu. Sebenarnya Syafri memiliki 4 orang anak, namun anak kedua dan ketiga telah menikah serta telah pisah rumah dengannya.

Anak pertama Syafri adalah seorang janda karena suaminya telah meninggal. Sementara anak keempatnya memiliki gangguan kejiwaan. Nahas, sang istri pun bernasib serupa. Mengalami gangguan kejiwaan dari belasan tahun silam setelah menjadi korban tabrak lari.

"Karena tak ada yang bisa diandalkan, Pak Syafri setiap harinya harus berjualan, meski pendapatan tidak seberapa yaitu 15 ribu rupiah hingga 20 ribu rupiah per harinya. Kadang paling besar 30 ribu rupiah, itu pun jarang ia dapatkan," ujar Relawan Rumah Yatim Cabang Riau, Rista usai mengunjungi kediaman Syafri, Kamis (18/6/2020).

Nasib tak menguntungkan rupanya masih setia berkawan dengan Syafri. Setahun lalu, ia mendapat musibah tertabrak mobil, hingga kaki kanannya tak lagi normal karena tulangnya retak, dan membuat jalannya menjadi pincang.

"Sebelum kejadian tersebut, Pak Syafri mengatakan pendapatannya bisa mencapai 50 ribu rupiah karena dia bisa berkeliling di Pasar Kodim," tuturnya.

Karena kondisi fisik yang terbatas, selama setahun terakhir Syafri terpaksa berjualan asongan dengan hanya duduk-duduk di sekitar tempat parkir motor di area Pasar Kodim. Ia tak lagi mampu berkeliling lantaran kakinya yang sakit.

"Lalu untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari kadang diberi beras sama tetangga," ucapnya.

Kendati demikian, Syafri mengaku bersyukur dengan berbagai kesempatan hidup yang telah diberikan Allah SWT. Saat menerima bantuan sembako pun, Syafri tak henti menghaturkan syukur dan turut mendoakan para donatur Rumah Yatim.

Editor: Nandra F Piliang

Tags

Terkini

Terpopuler