Tes Corona RI Diragukan Australia, Kemenkes: Tak Percaya Juga Tak Apa-apa, Kan Wasitnya WHO

Selasa, 10 Maret 2020 - 09:47 WIB
Foto ilustrasi: Kapal pesiar Viking Sun saat bersandar di Pelabuhan Benoa, Bali (Angga Riza/detikcom)

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Lewat situs Save Travel, pemerintah Australia menilai tes yang berkaitan dengan virus Corona di Indonesia mengandung keterbatasan. Indonesia santai saja merespons keraguan Australia dengan mengulas turunnya penumpang Viking Sun.

"Tidak percaya juga tidak apa-apa, nyatanya kapal kemarin yang datang orang Australia semua, itu yang Viking Sun, he-he-he... Sudahlah," tutur juru bicara pemerintah terkait penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, seperti dilansir detikocom, Selasa (10/3/2020).

Viking Sun adalah kapal pesiar yang berlabuh di Bali dan menurunkan penumpang menggunakan tender boatnya di Pelabuhan Benoa pada Minggu (8/3) kemarin. Dari 738 orang penumpang Viking Sun, ada 375 penumpang yang turun di Bali dan pulang ke negara asalya lewat Bandar Ngurah Rai.

Yurianto menyebut banyak di antara mereka merupakan warga negara Australia. Nyatanya, mereka juga bersedia menginjakkan kaki di tanah Indonesia serta menjalani prosedur pemeriksaan yang diterapkan Indonesia. Meski begitu, Yurianto mempersilakan Australia untuk percaya atau tidak percaya dengan tes Corona di Indonesia.

"Nggak apa-apa, Australia nggak percaya nggak apa-apa. Kan wasitnya WHO (Organisasi Kesehatan Dunia)," kata Yurianto yang merupakan Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ini.

Dia menjelaskan, setiap orang yang datang ke Indonesia dari negara yang diyakini punya kasus penularan COVID-19, maka orang tersebut akan dimasukkan ke daftar Orang Dalam Pemantauan (ODP). Pemeriksaan suhu tubuh diterapkan, bisa lewat thermal scan menggunakan alat kamera atau menggunakan thermal gun secara perorangan.

Orang yang memasuki Indonesia dari luar negeri juga diberi Health Alert Card (HAC). Mereka mengisi data di kartu HAC itu, termasuk mengisi riwayat perjalanannya. Ini untuk mendeteksi potensi terpapar virus Corona sebelum masuk Indonesia, dan memastikan perawatan dengan prosedur penanganan suspect Corona bila yang bersangkutan jatuh sakit dalam kurun 14 hari sesampainya di Indonesia.

Sebelumnya, situs pemberi saran perjalanan dari pemerintah Australia, yakni Smart Traveller, menyebut Indonesia punya keterbatasan dalam mendeteksi virus Corona. Maka Australia memperingatkan warganya agar lebih berhati-hati bila hendak melancong ke Indonesia.

"Pemerintah Indonesia telah mengkonfirmasi sejumlah kasus virus Corona (COVID-19). Ada keterbatasan ketersediaan pemeriksaan dan fasilitas pengendalian infeksi, serta risiko penularan virus meningkat," demikian keterangan yang tertulis di situs Smart Traveller, dilihat detikcom, Senin (9/3).

Situs Smart Traveller adalah milik Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Pemerintah Australia. Negeri jiran di selatan ini menyatakan fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk lebih rendah ketimbang yang ada di negaranya.

"Perawatan kritis untuk merawat warga Australia yang sakit serius, termasuk perawatan yang ada di Bali, cenderung di bawah standar Australia. Otoritas Indonesia menerapkan pembatasan sementara masuknya pendatang yang pernah melintasi China, sebagian Italia, Iran, dan Korea Selatan karena COVID-19," kata Smart Traveller.

Editor: Mohd Moralis

Tags

Terkini

Terpopuler