Dewan Sayangkan Sikap Pemda Menyegel Istana Siak

Jumat, 15 November 2019 - 18:50 WIB
Anggota DPRD Siak, Indra Gunawan

RIAUMANDIRI.ID, SIAK - Penyegelan Istana Siak kebanggaan masyarakat Siak, Asyerayah Al Hasyimiyah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Siak, Riau, disayangkan anggota DPRD Siak asal Partai Golkar, Indra Gunawan.

Dia mengatakan, seharusnya pihak Pemda tidak menyegel Istana tersebut hanya karena persoalan didatangi wali waris. Sebab Istana itu sebagai salah satu ikon wisata Kabupaten Siak. 

"Tidak baik pemerintah menyegel Istana yang menjadi kebanggaan masyarakat Siak, apalagi Istana itu sebagai bukti peninggalan sejarah bahwa Kerajaan Siak pernah menjadi salah satu kerajaan besar di seantero Indonesia," kata Indra Gunawan kepada Riaumandiri.id, Jumat (15/11/2019).

Politisi muda Golkar itu juga menyampaikan, seharusnya pemerintah daerah berlaku arif dan bijaksana dalam menyikapi persoalan itu. 

"Apalagi di Siak sedang berlangsung event bertaraf internasional yang mengundang banyak orang dari luar kota bahkan luar negeri," kata dia.

"Seharusnya pemda bijak dalam menyikapi apa pun itu persoalannya. Jadi penyejuk dalam setiap persoalan, bukan malah menciptakan suasana semakin gaduh di tengah-tengah masyarakat. Apalagi Siak sedang ada tamu dari luar kota bahkan luar negeri," tambah Indra.

Indra mengaku hal ini harus menjadi koreksi bersama di tataran pemerintah daerah. Dia berharap kejadian seperti ini terulang kembali, sebab persoalan membuat malu masyarakat Siak. 

Selain itu, hal ini juga bisa menjadi preseden buruk bagi para pengunjung untuk datang ke Siak ke depannya.

"Pemerintah harus hadir dan berkeadilan dalam memberi informasi seluas-luasnya kepada masyarakat," kata Indra. 

Sebelumnya sudah diberitakan, Istana Kerajaan Siak tiba-tiba ditutup dan disegel oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Siak pada Kamis (14/11/2019).

Diduga, Istana Siak itu ditutup karena Dinas Pariwisata Kabupaten Siak merasa ketakutan kedatangan ahli waris Istana Siak yang akan menuntut haknya yang sudah puluhan tahun tidak diterima. (adv)

Editor: Rico Mardianto

Terkini

Terpopuler