Bulog Lelang Impor Beras 80.000 Ton dari India-Pakistan

Rabu, 21 Maret 2018 - 11:34 WIB
Ilustrasi
RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Perum Bulog hari ini melakukan tender impor beras jenis medium seberat 80.000 ton dari Asia Selatan, yakni India dan Pakistan.
 
Beras seberat 80.000 ton tersebut merupakan bagian dari kuota impor 500.000 ton yang diberikan pemerintah. Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, untuk merealisasikan impor beras 80.000 ton tersebut, pemerintah memberikan tenggat waktu hingga akhir Juni tahun ini.
 
“Sisa kuota impor 80.000 ton tersebut diberikan waktu oleh pemerintah sampai Juni 2018 untuk direalisasikan. Jadi new bidding rencananya besok (hari ini). Iya lelang baru,” ujar Djarot seusai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Penyediaan, Pemanfaatan, serta Pengembangan Data dan Informasi Statistik di Bidang Pangan dengan Badan Pusat Statistik (BPS) di Kantor Perum Bulog, Jakarta, Selasa (20/3/) kemarin.
 
Djarot mengatakan, perusahaan boleh mengikuti tender harus berasal dari negara produsen beras yang sudah memiliki perjanjian kerja sama dengan Pemerintah Indonesia. Diketahui, importasi beras seberat 80.000 ton dari India dan Pakistan tersebut diberikan pemerintah dalam menjaga hubungan dagang antara Indonesia dengan India dan Indonesia dengan Pakistan.
 
Dalam kesempatan tersebut, Djarot juga mengatakan, hingga akhir bulan ini akan masuk beras impor 159.000 ton. Rinciannya 139.000 ton berasal dari Thailand dan Vietnam sementara yang 20.000 ton berasal dari India.
 
Beras 139.000 ton tersebut memang jatah kedatangan untuk Maret sementara 20.000 ton merupakan carry over atau sisa jatah kedatangan Februari. Karena kuota kedatangan beras impor pada Februari sebanyak 281.000 ton baru masuk 261.000 ton.
 
“Sempitnya waktu diberikan pemerintah menyebabkan waktu kedatangan beras impor dari India yang 20.000 ton itu meleset, seharusnya tiba Februari menjadi Maret,” kata mantan direktur BRI ini. 
 
Rencananya beras impor sampai pada akhir Maret nanti sebanyak 159.000 ton dengan rincian 20.000 ton berasal dari India dan 139.000 ton didatangkan dari Vietnam dan Thailand.
 
Dengan demikian total impor beras sampai akhir Maret akan terealisasi 420.000 ton dari target 500.000 ton. Sebelumnya pemerintah memutuskan bahwa impor beras khusus dengan total volume sampai dengan 500.000 ton yang semula diberikan ke PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) dialihkan ke Perum Bulog dalam bentuk beras umum.
 
Perpres Nomor 48 Tahun 2016 tentang Penugasan Kepada Perum Bulog Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional menyatakan Bulog dapat melaksanakan impor untuk menjaga ketersediaan pangan dan stabilisasi harga pangan pada tingkat konsumen dan produsen untuk jenis pangan pokok beras.
 
Dalam kaitan itu, Bulog telah diberikan mandat oleh Presiden untuk menekan kembali harga beras ke banderol yang normal. Karena Djarot membuat strategi, salah satunya segera mengisi kekurangan (shortage) beras antara kebutuhan dengan produksi.
 
“Kita semua paham kalau harga akan bergeser dengan proses demand and supply, dengan asumsi demand kurang lebih sama, pasti yang gerakkan harga adalah supply,” kata dia.
 
Selama beberapa bulan belakangan, dia melihat harga beras bergerak di atas normal. Setelah ditelusuri permasalahannya adalah kurangnya suplai. Ada kemungkinan suplai tidak berkurang tetapi disebabkan adanya distorsi pasar.
 
Sumber: Okezone 
Editor: Nandra F Piliang

Editor:

Terkini

Terpopuler