BKKBN Kendalikan Jumlah Penduduk Melalui Angka Kelahiran

Jumat, 10 November 2017 - 04:55 WIB
Dwi Sulisyawardani, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN RI
RIAUMANDIRI.co, PEKANBARU - Dalam rangka meningkatkan kualitas manusia Indonesia di tengah persaingan era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, komit akan tetap menjalankan program pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia, sebagai wujud mengantisipasi jumlah penduduk bumi pada 2100 yang diperkirakan akan mencapai 16 miliar.
 
"Jika Indonesia dan negara-negara lain tidak mampu mengendalikan angka kelahiran, dengan asumsi laju kelahiran mecapai 2,1, maka penduduk bisa tidak terkendali," ujar Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN RI, Dwi Sulisyawardani, Kamis (9/11). 
 
Menurut Dwi, kualitas manusia Indonesia, tidak lepas dari rekayasa pemerintah untuk mengendalikan jumlah penduduk. "Pengendalian penduduk penting demi menjaga daya dukung bumi, tanpa pengendalian penduduk maka daya dukung bumi akan semakin terbatas, manusia akan berebut pangan dan energi," ungkapnya.
 
Seiring dengan, target yang dicanangkan yakni menargetkan jumlah penduduk di tahun 2035 hanya berjumlah 305 juta. Guna mencapai bonus demografi yang berlangsung sejak 2012 hingga 2045, dan saat ini Indonesia berada dalam periode emas ketika angkatan kerja menanggung beban kurang dari 50 non pekerja.
 
"Pada periode 2020 hingga 2030, Indonesia bahkan berada pada windows opportunity ketika 100 orang pekerja hanya menanggung sekitar 44 orang yang tidak bekerja," ungkapnya.
 
Dalam menangani persoalan dalam bonus demografi adalah meningkatkan kualitas manusia agar tidak kalah bersaing seperti menciptakan angkatan kerja lulusan perguruan tinggi.
 
Sementara itu, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Riau, Agus Putro Proklamasi mengatakan saat ini Indonesia mendapatkan bonus demografi yang harus dihadapi dengan bijaksana.
 
"Menghadapi bonus demografi akan lebih arif jika belajar dari pengalaman bangsa lain yang pernah mengalami hal serupa," katanya.
 
Agus mencontohkan negara yang pernah mengalami bonus demografi adalah Jepang. Menurut perkiraan, pada tahun 2020 hingga 2030, Indonesia akan mencapai puncak populasi usia produktif, yakni 70 persen dari total penduduk. Bonus demografi bisa menjelma menjadi keuntungan atau sebaliknya menjadi beban bagi Indonesia, tergantung pada kualitas populasi usia produktif.
 
"Generasi yang lahir di rentang tahun 1980 sampai 2000 atau yang lazim disebut milenial adalah para penentu nasib Indonesia mendatang," katanya.
 
Menurut dia, generasi terdahulu tidak boleh malu-malu belajar pada anak-anak remaja sekarang karena teknologi informasi berubah dengan begitu cepat.
 
Baca juga di Koran Haluan Riau edisi 10 November 2017
 
Reporter: Renny Rahayu
Editor: Nandra F Piliang

Editor:

Terkini

Terpopuler