Tokoh Pendidikan dan Peduli

Rabu, 25 Februari 2015 - 21:53 WIB
Prof Dr Muhammad Diah

Pekanbaru (hr)-Dunia pendidikan Riau kembali berduka, masyarakat Riau pun turut kehilangan sosok tokoh pendidikan Riau terbaik Prof Dr Muhammad Diah yang wafat pada Selasa (24/2) malam. Sosok yang dikenal sangat bersahaja ini, selalu memberikan kesan indah bagi orang yang mengenalnya. Salah satunya, Rektor Universitas Riau Prof DR Aras Mulyadi, DEA.

Bagi Aras, pria kelahiran 10 Mei 1963 ini sosok Alm M Diah, adalah seorang pekerja keras, yang telah berhasil membawa beberapa universitas dan lingkungan pendidikan di Riau baik Universitas Riau (UR), Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) dan SMAN 8 Pekanbaru meraih kemajuan yang pesat, semasa beliau memimpin lingkungan pendidikan tersebut.
M Diah yang meninggal di Rumah Sakit Awal Bros akibat tumor otak. Penyakit ini terinfeksi oleh radiasi alat eletronik. Sebab ia bekerja kadang dua hari dua malam tidak tidur baik di depan komputer maupun di lapangan. Semasa hidup, beliau termasuk orang pertama di Riau menamatkan kuliah S3 di Illinois, Amerika untuk doktor kebahasaan tahun 1982.
Selain itu juga, mertua dari Dekan FKIP UR Prof DR M Nur Mutafa ini juga dikenal memiliki ilmu bahasa dan sastra (Bahasa Inggris) sangat bagus. Atas ilmu yang dimiliki, ia sudah banyak menyumbangkan tenaga fikiran untuk pembangunan dan pendidikan Riau,"ujar Aras.
"Ia selalu mempertanyakan perkembangan UR Dumai, kepada penerus kepemimpinan UR.Karena sampai sekarang, yakni, perkembangan UR Dumai. Karena fakultas Perikanan dan Kelautan itu dibangun dan diresmikan semasa M Diah menjadi Rektor UR periode 1993-1997. Ini membuat saya sangat terkesan dan bangga dengan beliau. Pengabdiannya sebagai dosen, bahkan disaat usianya yang senja, ia masih mampu mencurahkan fikirannya demi kemajuan pendidikan di Riau dan terakhir menjabat sebagai Rektor UMRI, "kenang Aras.
Dikisahkan Aras, awal pertemuan dengan M Diah ketika peresmian UR Dumai. Ia bersama menandatangani MoU dengan Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Dumai saat itu. M Diah supaya dapat membina dan mengembangkan fakultas Perikanan dan Keluatan dengan bak. Supaya banyak anak Riau menjadi ahli perikanan dan keluatan, sehingga mereka bisa menjaga keutuhan lau Provinsi Riau.
"M Diah selalu bertanya UR Dumai kepada saya, bagaimana perkembangannya. Memang sekarang UR Dumai tidak optimal, karena terkendala oleh tenaga pengajar dan mahasiswa. Namun fakultas yang memiliki fasilitas lengkap ituakan tetap kita kembangkan," kata Aras, yang mengaku pernah menjadi mahasiswa M Diah.
Rasa kehilang tentunya dirasakan oleh seluruh masyarakat, karena lelaki yang memiliki sifat kebapakan ini pantas menjadi tauladan bagi seluruh masyarakat dan seluruh peserta didik.  "Kita sangat kehilangan, begitu banyak ilmu yang dimilikinya, dan mungkin masih belum bisa kita serap. Namun begitu kita sebagai anak bangsa tentu sangat sedih sekaligus bangga dengan kepribadian dan jasa beliau, "tambahnya.
Salah seorang sejawat almarhum, Prof Dr Ir Muchtar Ahmad, MSc, mengatakan, M Diah adalah sosok seorang pendidik yang pantas menjadi tauladan bagi siapa saja. Almarhum tidak segan-segan memberikan ilmunya kepada orang lain tampa mengharapkan imbalan.
"Saya sangat kehilangan dengan kepergian M Diah. Namun bagaimana lagi Kita semua pasti akan kembali kepada-Nya. Karena sudah kehendak Allah," ucap mantan Rektor UR ini.
Dekan FIKOM UMRI Jupendri SSos MIKom juga anak angkat M Diah mengaku, almarhum adalah sosok pemimpin yang ilmuwan. Setiap pekerjaan yang dijalani selalu berkembang pesat. Bisa dilihat SMAN 8 Pekanbaru, UR, UMRI dan beberapa organisasi lain bisa dikembangkan semasa ia menjabat. Seperti, jabatan Rektor UR, beliau sudah bisa membangun gedung kelengkapan fasilitas proses belajar mengajar dan gedung pendukung, seperti, Perpustakaan dan lain lain. Termasuk pengembangan melalui cabang UR di beberapa kabupaten/kota di Riau. Sehingga mahasiswa Riau tidak lagi mencari tempatperkuliahan keluar provinsi, tapi orang luar provinsi yang kuliah di Pekanbaru.
Terakhir menjadi Rektor UMRI induk Jalan KH Ahmad Dahlan, dalam tempo 7 tahun, kampusnya sudah dibuka dua cabang, yakni di belakang Mal SKA Pekanbaru, Rumah sakit Muhammadiyah sudah beroperasi. Pemindahan pengembangan kampus ke depan sudah jelas.
"Saya benar benar salut dengan kepemimpinan pak M Diah. Tidak semua ilmuwanbisa memimpin tapi dia bisa menjadi pemimpin dan menjadi panutan bagipemimpin lain dalam mengemban tugas suatu pekerjaan," sebut Jupendri yang mengatakan, M diah memiliki 6 orang anak dan 20 orang cucu. ***

Editor:

Terkini

Terpopuler