Rajin Sumbang Medali, Angkat Besi Seharusnya Dapat Fasilitas Lebih Bagus dari Pemerintah

Senin, 22 Agustus 2016 - 15:29 WIB

Jakarta(riaumandiri.co) - Pelatih nasional angkat besi, Dirdja Wihardja, mengaku senang dengan inisiatif pemerintah yang telah menyiapkan pemusatan latihan baru bagi cabang angkat besi. Namun, ia juga berharap pemerintah bisa menyediakan ahli nutrisi dan dokter yang melekat dengan cabornya.

Angkat besi dan bulutangkis merupakan dua cabang yang berulang kali menyumbangkan medali untuk Olimpiade. Namun ada yang berbeda dari segi fasilitas latihan yang dimiliki keduanya. Pasalnya, PBSI sudah bisa membiayai pelatnas secara mandiri, sedangkan angkat besi secara dana masih terseok.

Bulutangkis memiliki pelatnas di Cipayung, sedangkan angkat besi berada di kawasan Gelora Bung Karno Senayan. Itu pun bisa mereka tempati dengan cara menyewanya dari PPK GBK. Padahal kalau mau ditilik, keduanya sama-sama cabang prioritas. Begitu juga dengan kelengkapan fasilitas lain, seperti ahli nutrisi dan sport science bulutangkis punya, sedangkan angkat besi tidak. Sekalipun ada, sifatnya tidak melekat.

Berkaca dari kebutuhan itu, Kemenpora pun telah menyiapkan tempat latihan terpusat bagi cabang prioritas untuk mendukung kelangsungan pelatnas para atlet. Dikatakan Menpora Imam Nahrawi, pelatnas angkat besi dan panahan rencananya akan dipusatkan di kawasan Cibubur. Tempat itu juga ada rumah sakit sebagai bagian dari sports science, asrama, GOR (Gelanggang Olah Raga), lapangan, dan tempat untuk berlatih.

"Ya kalau benar syukur, puji Tuhan, berarti Oktober nanti atlet sudah punya tempat yang nyaman untuk berlatih," kata Dirdja, kepada detikSport, Jumat (19/8/2016).

Di luar itu, tempat latihan angkat besi di kawasan Senayan juga sudah tidak bisa digunakan lagi karena akan direnovasi untuk persiapan Indonesia menuju Asian Games 2018. Renovasi rencananya akan dimulai pada akhir Agustus ini. Lebih dari itu, tugas dari PABBSI sudah menanti dan bakal lebih berat lagi. Pada Oktober mereka sudah harus mulai persiapan menuju Kejuaraan Dunia, SEA Games 2017, Asian Games 2018, dan Olimpiade 2020.

"Tapi yang jelas, sejauh ini PB PABBSI sangat setuju dengan keinginan pemerintah apalagi tugas di depan sudah lebih berat. Kan gradenya sudah naik sedikit dari perunggu ke perak. Tinggal sedikit lagi, jadi kalau mau emas di Olimpiade 2020 ya harus disiapin sekarang," ungkap dia.

"Jika bisa, pelatnasnya dibuat permanen untuk angkat besi saja. Jangan sore latihan untuk angkat besi, paginya digunakan cabang lain. Kami tak ingin itu terjadi, masa mau bongkar pasang terus," tambahnya.

Lebih jauh Dirdja menyebutkan jika sudah selayaknya angkat besi punya pelatnas yang layak apalagi jika dikaitkan dengan pembinaan yang berkepanjangan. "Kalau punya padepokan mungkin tidak hanya 10 orang saja yang akan dipelatnaskan tetapi bisa 200 persen untuk menyiapkan semua untuk meraih poin. Jadi di Olimpiade nanti tidak hanya komposisinya 5 putra 2 putri tetapi bisa 6 putra dan 3 putri."

"Kami juga ingin ada peningkatan dalam hal ahli nutrisi yang dibuat melekat, dokternya juga. Karena berat badan atlet untuk angkat besi sangat penting. Minimal seminggu tiga atau empat kali lah mendampingi atlet. Karena sekarang ini kan hanya mengandalkan tim pelatih saja. Supaya lebih perfect-lah," ujarnya.

Di lain sisi, usai keberhasilan angkat besi meraih dua medali perak di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, para atlet dikembalikan ke daerah untuk membela daerahnya masing-masing di PON Jawa Barat pada 17-29 September mendatang.

"Atlet mulai pelatnas kembali kemungkinan Oktober mendatang usai PON. Karena akan persiapan untuk Kejuaraan Dunia juga, selain itu ada SEA Games 2017 dan Asian Games 2018. Di tahun itu juga sudah mulai kualifikasi untuk Olimpiade," pungkasnya.

Angkat besi mempersembahkan dua medali perak di Olimpiade 2016. Cabang olahraga tersebut tak putus menyumbang medali sedari Olimpiade 2000, dengan kini total telah mempersembahkan lima medali perak dan lima perunggu.
(mcy/dtk)

Editor:

Terkini

Terpopuler