Pasang Besar Picu Pendangkalan Sungai

Ahad, 08 Mei 2016 - 22:45 WIB
air pasang di laut

BAGANSIAPIAPI(riaumanidiri.co)-Sejak beberapa hari ini, air pasang di laut Rohil cukup besar. Namun, besarnya pasang itu membawa sedimen lumpur. Halaman rumah warga yang tergenang, menyisakan lumpur yang harus dibersihkan.

Pantauan riauterkinicom, Sabtu (7/5) sore, di Bagansiapiapi, air laut yang pasang memasuki sejumlah anak sungai hingga pemukiman warga.

Sebagian halaman rumah warga tergenang air pasang itu.

Namun, air pasang itu membawa sedimen lumpur yang cukup tebal, sehingga apabila air kembali surut, lumpur tersebut tinggal pada dasar anak sungai sampai halaman rumah warga. Warga terpaksa membersihkan lumpur itu.

Menurut warga setempat, Agus Kurniawan, pasang besar seperti yang terjadi saat itu hanya dua kali dalam setahun dan memang di Bagansiapiapi dan sekitarnya, air pasang mengandung sedimen lumpur.

Dalam pada itu, air pasang besar itu membawa berkah bagi sejumlah warga, biasanya, pasang besar mengandung sedimen lumpur ini ikut membawa ikan yang disebut masyarakat, Ikan Lundu. Ikan ini sangat mudah ditangkap dan dipancing, sampai kedalam sejumlah parit dan halaman rumah warga.

Biasanya, setelah adanya pasang besar mengandung sedimen lumpur ini, beberapa kawasan bibir pantai tanaman bakau akan datang dataran baru, dan dataran baru ini dari tahun ketahun semakin membesar hingga akhirnya menjadi sebuah daratan yang ditumbuhi tanaman.

Kemudian, pasang besar ini menimbulkan bono, apabila mulai datang, bisa disaksikan dari Jembatan Pedamaran I dan Jembatan Pedamaran II, suaranya bergemuruh dengan arus yang deras dan debit air yang banyak.

Bono yang paling indah, biasanya terjadi disekitar Kecamatan Rimba Melintang, dan dapat disaksikan dari Jembatan Jumrah, kalau melihat besarnya hampir sama dengan bono yang ada di Pelalawan, bisa dipergunakan untuk berselancar.

Tapi, bule mengatahui, kalau di Rokan Hilir, mulai dari muara Sungai Rokan sampai kebagian hulunya berbatasan dengan Rokan Hulu, banyak buaya, sehingga mereka tidak berani untuk berselancar.

Bono yang besar juga mengancam keselamatan nelayan yang sedang melaut, tercatat sangat banyak warga setempat yang meninggal dunia ditelan bono, mulai dari Bagansiapiapi dan sekitarnya didiami warga Tionghoa 1883 hingga sekarang.

Termasuk dr. RM Pratomo, dokter asal Belanda yang namanya diabadikan menjadi nama RSUD setempat. Sewaktu meninggal dilaut ditelan bono, hanya ditemukan topinya saja.

Belum lama ini, cucu dan cicitnya datang dari Belanda untuk menyaksikan sejarah keberadaan dr RM Pratomo, tidak ada kuburan yang bisa diziarahi, sehingga mereka hanya bisa nyekar dilaut Bagansiapiapi.(rtc/hen)

Editor:

Terkini

Terpopuler