BI: Sebagai Retailer Bagi Konsumen

Sabtu, 12 Maret 2016 - 10:58 WIB
ilustrasi

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Guna memberikan kesejahteraan bagi para petani, Bank Indonesia akan melakukan sinergisitas dengan Pemerintah Provinsi Riau.

Terkait dengan upaya pemangkasan mata rantai perdagangan gabah. Dimana selama ini dianggap justru memberatkan petani, karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pada yang diterima.

Demikian diungkapkan Kepala Kantor Perwakilan BI sekaligus Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Riau, Ismet Inono kepada Haluan Riau, Jumat (11/3). Menurutnya, upaya tersebut sebagai salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap kondisi ekonomi para petani. Meski nilai tukar petani yang diterima sudah ada perbaikan namun belum dirasakan siginifikan.

"Kondisi ini karena masih melalui tahapan yang cukup banyak. Selama ini terdapat tujuh mata rantai. Namun kita berupaya untuk memotong mata rantai tersebut dari tujuh menjadi tiga mata rantai, sehingga tidak terlalu memberatkan konsumen," ujar Ismet.

Dijelaskannya, banyaknya tahapan yang dilalui seperti pada produksi beras, di mana seharusnya sebelum sampai kepada konsumen tentunya melalui distributor. Namun dari fase tersebut, justru yang mendapatkan keuntungan paling besar adalah kalangan distributor.

Sedangkan penerima nilai terendah tetap ada pada petani. Adapun upaya yang dilakukan, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan pemrov Riau, untuk melakukan pemotongan mata rantai tersebut. Sehingga nasib petani tidak terus menerus berada pada fase terbawah.

"Kita sudah menggagasnya dengan Pemrov dan ke depan dari hasil produksi petani hanya langsung diambil oleh Bulog, dan dipasarkan di pasaran melalui Bulog Mart," tuturnya.

Keberadaan Bulog Mart tersebut, dimaksud agar hasil produksi petani bisa langsung dipasarkan tanpa melalui distributor yang selama ini banyak menjamur. Dengan fungsi dari Bulog Mart, sebagai retailer yang langsung menawarkan kepada konsumen.

"Kita berharap, ini tidak hanya diterapkan pada komoditi beras saja, tetapi bisa juga diterapkan pada komoditi lainnya. Sehingga tidak terlalu banyak jalur distribusi yang dilalui oleh konsumen," ungkapnya.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Riau, terhitung Maret 2016 angka produksi padi selama 2015 sebesar 393.917 ton padi. Kondisi ini meningkat dibandingkan produksi tahun 2014, dengan kenaikkan sebesar 8.442 ton atau 2,19 persen.  

Peningkatan produksi terjadi karena adanya peningkatan luas panen sebesar 1.509 hektare atau 1,42 persen, yang disertai dengan peningkatan produktivitas yang signifikan.

Peningkatan luas panen terbesar secara absolut terjadi pada realisasi panen pada periode Januari-April sebesar 7.690 hektar atau naik 13,81 persen, dibandingkan dengan luas panen pada periode yang sama pada tahun sebelumnya.(nie)

Editor:

Terkini

Terpopuler