Saat Ini Dibutuhkan Energi Terbarukan

Rabu, 23 Desember 2015 - 10:03 WIB
Manager Operational dan Maintenance Chevron, Sukamto saat menyampaikan materi pada acara Diskusi Pakat Ketahanan Energi Nasional yang dilaksanakan Chevron bersama PWI Riau di Hotel Zaira, Selasa (22/12).

PEKANBARU (HR)-Persatuan Wartawan Indonesia bekerja sama dengan SKK Migas-PT Chevron Pacific Indonesia menggelar Diskusi Pakar tentang Ketahanan Energi Nasional, Selasa (22/12). Dalam pemaparannya, dosen dan pengamat migas UIN Suska Riau Kunaifi menyebutkan, dibutuhkan energi terbarukan saat ini.

Kenapa, karena jumlah manusia dalam waktu singkat bertambah signifikan. Diperkirakan pada 2045 nanti manusia di bumi akan berjumlah 9 miliar. Sayangnya, bumi hanya mampu menampung 8 miliar.     

"Semakin banyak manusia, semakin tinggi puls kebutuhan energinya. Sementara sumber energi fosil (batubara, gas dan minyak bumi) tidak bertambah. Maka perlu dicari energi terbarukan. Produksi energi fosil hanya menunggu waktu untuk menjadi sejarah dalam peradaban manusia, karena energi fosil tidak terbarukan," sebutnya.

Oleh karena itu, perlu dicari energi terbarukan. Energi terbarukan juga lebih banyak menyerap tenaga kerja dan ramah lingkungan. Indonesia punya peluang besar untuk mengembangkan energi biogas dan biodisel, demikian pula dengan Riau, punya potensi dari sawit dan lainnya.

Sementara pembicara lain dari Chevron Sukamto dari CPI menuturkan, diperlukan revolusi mental semua pihak untuk menghemat energi. Ini dapat dimulai dari hal-hal kecil sehari-hari,

Saat seperti mematikan lampu saat tidur. Ini diperlukan karena cadangan minyak bumi Indonesia dari waktu ke waktu terus berkurang.

Chevron sendiri terus berupaya untuk menahan laju penurunan produksi dan mencari sumber-sumber minyak baru dengan teknologi tinggi. Selain itu, perusahaan itu juga tengah berusaha mengembangkan energi biotermal yang bersumber dari panas bumi, seperti di Gunung Salak, Bogor.

"Persoalannya, sumber panas bumi itu adanya di gunung yang berada di kawasan hutan lindung. Pemerintah membuat regulasi yang melarang industri masuk dan melakukan eksplorasi di kawasan hutan lindung," katanya.

Oleh karena itu, pemerintah harus didorong untuk membuat regulasi yang memungkinkan investor melakukan hal itu, namun dengan syarat tetap ramah lingkungan.

Sementara Al Azhar pada pemaparannya berharap, semoga keberadaan minyak di Riau lebih bermakna bagi masyarakat Riau.(mel)

Editor:

Terkini

Terpopuler