Ancaman Pekebun Perambah

Ahad, 08 November 2015 - 08:53 WIB
Ilustrasi

Kawasan hutan seluas 167,618 Ha Kompleks hutan Tesso Nilo di jantung Sumatera merupakan salah satu kawasan yang memiliki keragaman jenis tumbuhan vaskuler tertinggi di dunia dan merupakan kawasan penyangga populasi kunci dari gajah dan harimau Sumatera yang kini terancam kepunahan.

Nilai konservasi yang tinggi ini mendorong Kementerian Kehutanan pada tahun 2004 menetapkannya sebagai Taman Nasional Tesso Nilo yang kemudian diperluas pada tahun 2009.

Dari keseluruhan kawasan hutan tropis dataran rendah seluas 1,6 juta Ha—yang pada tahun 1980-an merupakan lanskap hutan tropis yang kondisinya mengagumkan—hanya tersisa sekitar 80.000 Ha saja dan kondisinya pun berada dalam ancaman kepunahan.
Kawasan hutan di sekitar kompleks hutan Tesso Nilo telah berganti menjadi hutan tanaman yang dimiliki oleh dua perusahaan berskala global, APRIL dari Royal Golden Eagle/Raja Garuda Emas dan Asia Pulp & Paper dari Sinar Mas Group.

Selain dikonversi menjadi hutan tanaman, kawasan ini pun secara masif dikonversi menjadi perkebunan sawit. Seiring dengan meningkatnya nilai ekonomi dari komoditas ini, perluasan kebun sawit juga telah merambah kawasan hutan termasuk Taman Nasional Tesso Nilo.

Pengembangan perkebunan kelapa sawit di dalam kompleks hutan Tesso Nilo adalah kegiatan ilegal. Menurut undang-undang kehutanan di Indonesia, semua tanah yang berada di dalam kawasan kompleks dikategorikan sebagai “Kawasan Hutan” yang tidak membolehkan pengembangan perkebunan komoditas pertanian seperti kelapa sawit.

Transaksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang berasal dari kompleks hutan Tesso Nilo dapat dikategorikan sebagai ilegal dan setiap orang yang terlibat dalam proses transaksi dapat dituntut secara pidana.
Namun perkebunan milik masyarakat setempat dan penduduk asli dengan hak kepemilikan adat dan hukum untuk tanah yang berada di dalam kawasan hutan Tesso Nilo harus dihargai.
Satuan tugas multipihak yang dikoordinasikan oleh Balai Taman Nasional Tesso Nilo telah berjuang selama bertahun-tahun untuk menghentikan gelombang perambahan kebun sawit ini namun belum menunjukkan hasil dan perubahan yang diharapkan.

Tantangan berat ini memang harus dihadapi secara bersama-sama, melibatkan Pemda, perusahaan, LSM dan masyarakat. Dalam kerangka mempertahankan yang tersisa dari ekosistem kompleks hutan Tesso Nilo.
Perlu pemetaan lebih jauh tingkat deforestasi yang terjadi di dalam kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dan menelusuri rute rantai pasok TBS yang berasal dari kawasan ini kemungkinan telah mengkontaminasi rantai pasokan minyak sawit sampai ke tingkat global.***

Editor:

Terkini

Terpopuler