Petani Dumai Makin Menjerit

Jumat, 21 Agustus 2015 - 14:29 WIB
ilustrasi

DUMAI (HR)- Kondisi ekonomi yang labil saat ini, membuat kehidupan masyarakat menengah ke bawah makin terpuruk. Di satu sisi harga melonjak, berbanding terbalik denga nilai jual hasil pertanian yang turun anjlok.

Para petani mengeluhkan kondisi harga sawit dan karet yang tak kunjung pulih. Hal itu mengancam perekonomian mereka, karena harga barang kebutuhan dengan hasil pertanian jauh tak seimbang.

“Kondisi saat ini, hidup makin susah saja. Harga buah kelapa sawit dan karet makin terhenyak ke tingkat yang terendah,” tutur Mukmin, seorang petani dari Bukit Kapur, Dumai.

Menurutnya, harga buah sawit yang dibeli pedagang pengumpul di daerahnya hanya kisaran Rp400-an per kilogramnya. Sementara harga karet tak beranjak dari Rp4500 hingga Rp5000 per kilo gramnya.

Ia mengakui bahwa kondisi tersebut cukup memberatkan. Dia juga mempertanyakan apa penyebabnya. Pasalnya, harga minyak goreng curah saja tak kunjung turun, yang kini mencapai Rp11.000 per kilogramnya.

Begitu pula harga karet yang makin terpuruk sejak beberapa tahun terakhir dan tak tahu kapan pulihnya. Padahal, kata dia, nilai tukar dollar makin naik. Biasanya, nilai tukar dollar naik, harga komoditi ekspor juga naik.

“Saat ini tidak. Dollar terus naik, sementara komoditi ekpor justru tetap terpuruk. Dimana letak salahnya,” tanyanya menggugat kebijakan pemerintah.

Begitu pula yang disampaikan petani yang ada di Mundam, Kecamatan Medang Kampai, dan petani di Kecamatan Sungai Sembilan. Mereka berharap agar pemerintah segera mengatasinya, supaya petani bisa bangkit.

Normalnya, harga kelapa sawit menurut petani kisaran Rp1000 per kilogramnya. Sementara harga karet sebesar Rp10.000 per kilogramnya. Bila harga itu bisa dicapai, maka dinilainya kondisi ekonomi petani bisa bertahan. ***

Editor:

Terkini

Terpopuler