10 Korban Anggota Paskhas Lanud Pekanbaru

Rabu, 01 Juli 2015 - 09:25 WIB
Petugas gabungan mengangkat jenazah korban pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, Selasa (30/6). Sedikitnya 50 orang korban tewas dalam peristiwa tersebut.

PEKANBARU (HR)-Kepala Penerangan dan Perpustakaan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Muhammad Rizwar, mengatakan, 10 korban dalam musibah jatuhnya pesawat Hercules di Medan, adalah anggota Yonko 461 Paskhas Pulanggeni Pekanbaru.

"Rencananya 10 anggota Paskhas ini akan bertugas di Satuan Radar 213, Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau," terangnya.
Ke-10 korban tersebut yakni, Sertu Irianto Sili, Serda Sugiyanto, Kopda Mujiman, Kopda Saryanto, Kopda Endria W, Kopda Eria Agus, Pratu Warsianto, Pratu Sepri Doni, Pratu Rudi Haryono dan Pratu Ardianto W.

Hingga tadi malam, pihaknya belum bisa memberikan keterangan lebih rinci, karena penangannya langsung dari Pimpinan AU. "Jadi apakah korban ini akan dibawa ke Pekanbaru arau langsung dipulangkan ke kampuang halaman masing-masing, kita masih menunggu informasi dari pimpinan," ujarnya.

Sementara itu, Komandan Batalyon Paskhas 462 Pekanbaru Letkol Solihin, menuturkan, sebelumnya musibah itu terjadi, Hercules tersebut terbang dari Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta dan mampir ke Bandara Roesmin Nurjadin Pekanbaru. Di Pekanbaru, pesawat mengangkut 20 anggota Paskhas. Namun 10 di antaranya selamat karena terlebih dahulu turun di Bandara Dumai.

Para anggota Paskhas bertugas mengamankan radar. 10 Personel ditempatkan di Dumai, sisanya di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Tugas itu dilakukan rutin dan bergiliran setiap tiga bulan sekali.

Musibah itu, tambahnya, membuat seluruh anggota Markas Paskhas 462 Pekanbaru berduka dan memasang bendera setengah tiang. Seluruh pasukan berkumpul di aula. Ada juga keluarga anggota Paskhas yang ikut dalam pesawat tersebut.

Musibah jatuhnya Hercules itu, membuat pihak keluarga berduka. Termasuk yang dirasakan Oma Amir (63), warga Jalan Adisucipto Pekanbaru. Ia kehilangan anak, menantu serta dua cucunya yang ikut dalam penerbangan naas itu.

Ketika ditemui di kediamannya Selasa kemarin, Oma Amir mengaku tidak mendapatkan firasat apa pun saat anak dan cucunya diajak menantu, Serda Ainul Abidin (35), untuk naik pesawat Hercules naas itu.

Serda Ainul bertugas di Kodim Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, sejak setahun terakhir. Selama itu, mantan anggota Arhanudse Kodam Bukit Barisan ini hidup terpisah dengan keluarga. Pada Selasa kemarin, ia mengajak sang istri Triastuti Indahsari dan dua anaknya, Rizki Putri Ramadani dan M Arif Wicaksono, pindah ke tempat dia bertugas. Namun harapannya bisa hidup bersama di tempat kerja, pupus seketika setelah pesawat yang ditumpanginya bersama keluarga, jatuh di Medan.

Menurut Oma Amir, sebelum mengajak serta anak dan dua cucunya, Ainul sempat berpesan kepadanya.
"Dia (Serda Ainul) bilang akan menjaga istri dan anaknya sampai akhir hayat," ujarnya dengan nada pelan.

"Seharusnya mereka tiba di Ranai hari ini," tambah Oma  Amir.Sebelum terjatuh, pesawat Hercules buatan 1964 itu telah terbang dan singgah di beberapa tempat. Awalnya, pesawat terbang dari Bandara Halim Perdanakusumah di Jakarta dan mendarat di Lanud Rosmin Nurjadin Pekanbaru. Selanjutnya, pesawat kembali terbang menuju Dumai dan akhirnya ke Medan. Dari Medan, pesawat Hercules itu dijadwalkan mendarat di Tanjungpinang dan selanjutnya terbang ke Natuna. Sayang, pesawat jatuh setelah dua menit lepas landas dari Medan. (bbs, yuk, dtc, ral, sis)

Editor:

Terkini

Terpopuler